30.Jalan pulang

176 33 24
                                    

Hari pun berlalu hingga esok hari, pada hari ini juga Cella berniat untuk pulang ke rumah namun bukan untuk tinggal di rumah itu lagi tapi justru untuk membereskan barang barangnya agar tak kembali lagi ke rumah ayahnya, tak peduli apapun responnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari pun berlalu hingga esok hari, pada hari ini juga Cella berniat untuk pulang ke rumah namun bukan untuk tinggal di rumah itu lagi tapi justru untuk membereskan barang barangnya agar tak kembali lagi ke rumah ayahnya, tak peduli apapun responnya.

Lalu dimana ia akan tinggal? niat hatinya ia ingin tinggal di apartemen dengan uang tabungannya dan juga mendapat harta warisan bundanya dan ia juga berniat untuk bekerja paruh waktu.

Saat sampainya di rumah yang cukup mewah itu, Cella menghela nafas panjang Untuk apa kaya tapi tak bahagia Cella pun mulai melangkahkan kakinya ke teras rumah itu.

Namun bukannya bersikap ramah, ketika melihat Laura, Laura justru memberikan tatapan sinis, tatapannya begitu tegas bahkan senyumannya tak terlukis sedikitpun diwajahnya, seolah menatap benci pada Cella tanpa alasan, oleh hal itu Cella tak mempedulikannya sedikitpun ia memilih menaiki tangga untuk menuju kamarnya.

Sampainya dikamar miliknya itu ia mengambil koper yang ada diatas kepala lemari yang berdebu itu. Ia membuka lemari yang berisikan baju yang telah terlipat rapi. Baju baju itu Cella pindahkan ke dalam koper itu.

Laura yang tadinya diruang tamu lantas bergerak pergi menghampiri adik kandungnya itu meski tak pernah dianggap, dengan raut wajah penuh kebencian.

Brak!
Laura memukul pintu yang tak bersalah itu dengan penuh kekerasan yang mendominasi Cella yang sibuk sendiri itu menghela nafas berat dengan kedua mata yang ia putar ke atas seolah olah tak suka dengan keberadaan Laura yang mengganggu itu.

Plak!
Satu tamparan melayang di pipi Cella oleh Laura dengan raut wajah yang menjengkelkan.

"Jangan mentang mentang lo kenal Naren duluan lo harus ngelarang gue pacaran sama Naren, dia tuh sukanya sama gue bukan sama lo," tegas Laura melampiaskan emosinya itu.

Dengan perasaan kesal Cella pun menjawab "Tapi Cella ga ngelarang kakak kok," ucap Cella dengan memegangi pipinya oleh tamparan Laura itu.

"Bacot lo, lo suka kan sama Naren?" tegas Laura sekali lagi.

"Kalo emang iya kenapa dasar munafik," ujar Cella dengan maju selangkah, berbicara dengan penuh emosi didepan Laura.

"Kurang ajar ya lo, suka suka gue mau pacaran sama siapa emangnya kayak lo yang ga laku," ujar Laura dengan wajah penuh kelicikan.

"Huh? kurang ajar? siapa yang kurang ajar duluan, bisa bisanya kakak merebut orang yang adiknya suka dan kakak semua tau itu dan satu lagi orang gila mana yang sibuk pacaran disaat ibunda kandungnya sendiri udah pergi buat selamanya," ucap Cella dengan tersenyum miris, Laura yang mendengar itu hanya terdiam, ia marah tapi tak tau apa yang ingin dimarahin lagi.

"Oh ya kalau kakak mau pacaran sama kak Naren maupun siapapun itu yaudah ga ada urusannya sama Cella kok," timpal Cella menutup resleting kopernya dan berjalan pergi keluar dari kamarnya jangan lupa sebelumnya Cella sudah menyenggol kasar bahu Laura.

"Mau kemana lo," teriak Laura tanpa membalikkan arah penglihatannya.

"Yang pasti ga bakalan disini lagi," ucap Cella berhenti sejenak lalu melanjutkan perjalananya lagi.

~Way home~

Cella mencoba merogoh sakunya untuk mencari keberadaan handphonenya untuk mencoba menghubungi Raka namun berkali kali ia panggil nomor yang sama pada handphonenya namun tak ada satupun yang terjawab.

Cella duduk di kursi kayu taman yang berada di tepi jalan sembari menunggu taxi jalanan lewat. Ia menghela nafas lagi dan menyimpan handphonenya pada saku celana jeans itu. Ia tertunduk merenungi yang seharusnya tidak perlu dipikirkan, hingga ada sebuah motor yang melintas genangan genangan air yang tergenang di jalanan.

Hal itu membuat sebuah cipratan air yang mengenai wajah Cella yang membasahi juga baju yang ia kenakan.

Atasan berwarna putih dan corak bunga bunga kecil yang melengkapi atasan itu dan celana jeans yang melekat pada tubuhnya.

Cella sontak berdiri karena kaget, ia mengibas ngibaskan air yang terkena pada pakaiannya itu, pengendara itu memberhentikan laju motornya bahkan tanpa membuka helm yang besar itu berlari menghampiri Cella.

"Lo gapapa?" tanya seseorang itu pada Cella "Gapapa," jawab Cella dengan singkat sembari duduk kembali di kursi itu.

Pria pengendara motor itu membuka helmnya secara paksa, lalu mengibaskan sembari memperbaiki rambutnya yang sedikit berantakan itu.

Cella berdiri lagi dari duduknya dan ingin beranjak pergi dari sana karena mengetahui siapa yang ada di hadapannya saat itu namun usahanya sia sia ia terhadang oleh Naren pengendara motor itu yang menahannya untuk pergi disertai dengan helm di lengan sebelahnya.

"Lo marah sama gue?" tanya Naren dengan polosnya mengajak Cella berbicara, namun Cella diam membisu tanpa mempedulikan keberadaan Naren.

"Kalo gue ada salah tuh bilang kalo kayak gini siapa yang salah?" ujar Naren sekali lagi.

"Peduli apa lo?" cetus Cella dengan wajah cuek.

"Gue tau lo suka gue tapi maaf gue lebih milih kakak lo," ujar naren dengan perasan tak bersalah itu.

"Yang nyuruh lo milih siapa?" ucap Cella dengan perasan bosannya.

"Udah gue tau lo salting tapi ga usah sok cuek ke gue,"

"Siapa yang salting geer lo maaf maaf aja nih ya gue ga tertarik lagi sama lo makasih," ucap Cella memberhentikan taxi jalanan.

"Lo mau kemana," ujar Naren lagi menahan Cella yang hendak masuk mobil, dengan perasaan yang tak suka itu Cella melepaskannya secara kasar "Bukan urusan lo," mobil itu melaju meninggalkan Naren yang tak punya perasaan itu.

Annyeong
author up lagi nih
mampir akun ig author yu
@Syafa4nna
@Wayhome43
Segitu dulu jangan lupa komennn



Way home (Terbit)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang