Sore itu hujan mengguyur kota begitu deras, namun Yuri, Yena, serta Chaewon masih berada di sekitaran area sekolahan.
"Jadi si wonyoung udah lo kunciin di gudang sekolah?" celetuk Chaewon pada Yuri yang sedari tadi sibuk menata rambut nya yang terkena cipratan air hujan.
"Hum ya kenapa? Itu kan rencana lo juga."
Chaewon menggaruk kepala nya canggung memang benar itu adalah rencananya akan tetapi perasaannya sejak tadi sudah tidak enak.
"Terus ortu lo gimana? ntar mereka curiga lagi lo pulang sendiri tanpa wonyoung." balas yena,
"ck buset dah, ntar gue bilang deh si wonyoung nginep di rumah temen nya."
Disaat kedua teman nya sedikit gelisah, yuri malah terlihat santai dan tidak peduli tentang wonyoung.
"lo berdua juga pernah bully si nako kan, gak usah lebay sampe segitunya kali." ucap yuri ketus,
Yena mengerutkan kening nya tak suka pada yuri, "bukannya lo ya yang bully duluan si nako, lo juga yang bikin nako meninggal!"
Yuri menatap tajam yena yang mengungkit-ungkit tentang masa lalu teman sekelas nya itu, "heh! Jaga mulut lo ya sialan! lo juga ikut bully si pendek itu, lo yang siram si nako pake air bekas pel juga!"
"lo yang nyuruh gue! Dasar egois! lo ngancem gue waktu itu, kalau gak lo bakal sebarin rumor tentang nyokap gue kan!" suara yena meninggi dengan mata yang melotot lebar ke arah yuri sambil menunjuk sahabatnya itu.
"Yakan emang nyokap lo itu pelakor anjir!"
"Yuri! stop!" Chaewon mencoba menghentikan pertikaian antara Yena dan Yuri.
"Menurut gue lo udah keterlaluan yur, semenjak nako gak ada lo makin ngelunjak dan sombong."
"won kok lo belain dia sih! jangan munafik deh, lo juga sebenarnya iri kan sama yena karena dia pacar nya Jihoon."
Chaewon mendorong yuri cukup keras, "maksud lo apa?! Gak usah bawa-bawa jihoon!"
"Gak usah munafik deh, lo diem-diem juga mau ngembat doi nya yena kan."
Disaat ketiga nya sedang beradu mulut, tiba-tiba bel sekolah berbunyi nyaring memecah kemarahan ketiga gadis tersebut.
"n-nako..." chaewon tergagap dengan wajah ketakutan ketika melihat nako dengan wajah pusat pasi menatap kearah mereka bertiga dengan tatapan kosong,
Justru yena dan yuri tidak melihat apapun dan menatap aneh chaewon yang terlihat ketakutan kearah lorong panjang sekolah.
"gak usah halu deh, si nako udah koit." celetuk yuri,
"Sumpah yur! Itu ada nako!" balas chaewon dengan nada meninggi, bergegas ia pulang tanpa pamit kepada yena maupun yuri.
"Apasih tu anak! Bego banget."
Yena semakin menatap tak suka yuri, "kok sekarang lu jadi gini sih yur, dulu lu gak kayak gini."
"Apalagi sekarang? lo mau mengungkit-ungkit kematiannya si hitomi juga ha?!"
"lo tuh harusnya intropeksi diri yur, lo udah bully anak-anak lain gara-gara mereka lebih cantik dan pinter dari lo!"
"Gak usah ceramah kalo diri lu juga gak ada baik-baik nya juga!"
"Kak yuri sama kak yena kenapa berantem?"
Suara halus wonyoung membuat kedua gadis itu terdiam, mereka melongok ke samping menatap wonyoung yang berdiri dan tersenyum kearah mereka dan keadaan nya baik-baik saja.
"l-lo kok bisa..."
sedangkan wonyoung memasang wajah kebingungan yang membuat yuri dan yena semakin takut, mereka berdua yakin tadi wonyoung kan sudah di kurung di gudang sekolah oleh yeonjun dan teman-teman nya.
"g-gak, ayo lah kita pulang udah mau hujan nih." ucap yena canggung.
[ DEATH BELL ]
yuri terus-terusan membolak-balikan halaman buku paket nya dengan perasaan gelisah, ia jelas betul melihat wonyoung yang diseret oleh yeonjun ke dalam gudang sekolah atas perintah nya tapi, mengapa wonyoung bisa ada di belakang nya tadi?!
"apa jangan-jangan si yeonjun bohong ya?" ucap yuri pada diri nya sendiri.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
yuri segera mencharge ponsel nya yang hampir kehabisan baterai kemudian kembali duduk di kursi belajar nya dan menghela nafas panjang, "kagak biasanya tu bocah."
saat yuri tengah melamun tiba-tiba di jendela kamar nya terdengar seperti seseorang tengah menyanyi lirih,
"gue gak salah denger kan?"
diluar tengah hujan deras tidak mungkin kan ada orang di larut malam tengah menyanyi diluar rumah nya?
tubuh yuri semakin merinding ketika nyanyian lirih itu sayup-sayup terdengar semakin jelas di tambah hujan serta suara petir membuat suasana dingin di kamar yuri.
yuri segera melompat ke kasur nya mematikan lampu dan menyelimuti seluruh tubuh nya dengan selimut biru nya,
hawa dingin menyeruak ke kulit putih yuri, nafas gadis itu terasa begitu berat ketika suara nyanyian itu semakin keras terdengar di tengah hujan deras, "yaampun masa iya ini malem jum'at..."
tubuh yuri seakan membeku di dalam selimut kala indera pendengar nya menangkap suara lonceng dan...suara nako yang tengah kesakitan.
"kenapa gue gak bisa gerak?!"
tubuh yuri tiba-tiba terasa begitu sakit di area leher nya, seperti sedang di cekik oleh sesuatu.
yuri semakin tidak bisa bernafas dan sekujur tubuh nya terasa nyeri dan sakit, tiba-tiba selimut yuri di tarik tepat setelah itu di depan mata nya sosok perempuan dengan wajah yang tidak jelas bergelantungan di atas dengan leher yang bersimbah darah.