seven

793 5 0
                                    

7. Kabur!

Akhir pekan yang seharusnya dia bersenang-senang sendiri, kini Joshua terkekang harus menemani Elisa yang mengajaknya berkeliling mal. Joshua mengikuti Elisa dibelakang dengan tangan yang penuh dengan belanjaan cewek itu. Niatnya healing malah jadi babu. Jika saja Elisa tidak mengancam membawa-bawa bundanya, cih tidak akan sudi Joshua menuruti permintaan Elisa.

Joshua kira Elisa hanya akan meminta menemani keliling jakarta, itu sih masih mending tapi kalau kayak gini sih 'jancok' kalo kata Joshua mah.

"Lo masih mau beli apa lagi sih?" gerutunya ketika Elisa kembali menariknya masuk ke toko baju, ini yang ketiga kalinya. Uasu tenan!

"Bagus gak?" tanya Elisa tidak memedulikan wajah lelah Joshua, kini gadis itu sedang mengepaskan baju di depan badannya.

"Bagus, bagus." jawab Joshua asal, dia ingin ini segera berakhir. Plis, bawa Joshua kabur dari nenek lampir Elisa.

Kalian tahu tidak? Tiga jam cok Elisa membawa Joshua keliling pusat belanja. Sekarang tangan Joshua dipenuhi belanjaan yang isinya beraneka ragam. Udah kayak babu nih.

"Lo kan bawa motor, trus belanjaan gue taruh dimana?" tanya Elisa dengan tampang polosnya menatap Joshua yang kesusahan tanpa niat membantu.

Joshua segera menghampiri Elisa, lalu memberi semua belanjaan cewek itu kepada pemiliknya. Mengangkat tangannya, Joshua menyerah. Dia berjalan menuju motornya lalu menaiki motor tanpa melirik Elisa yang kini tengah menatapnya kebingungan.

"Trus gue naiknya gimana?"

"Ngapain naik?" Joshua meraih helmnya lalu memakainya. "Gue capek anjing!"

Elisa menghentakkan kakinya. "Lo mau ninggalin gue?"

"Gue aduin ke tante Dara."

"Masa bodo." Joshua menjulurkan lidahnya lalu melajukan motornya dengan menarik gas kencang meninggalkan Elisa yang teriak-teriak memanggilnya mencak-mencak.

"JOSHUA!!"

Rencana pergi ke bandung nya gagal gara-gara siluman ular berwujud Elisa. Joshua yang sudah sangat teramat kesal mengendarai motornya tanpa tujuan. Hingga menempuh perjalanan menghabiskan waktu tiga puluh menit, Joshua menghentikan motornya di basement apartemen.

"Loh kok gue kesini?" gumamnya saat melepas helm. "Halah, sekalian lah."

Joshua turun dari motor lalu berjalan menuju lift dan memencet tombol lantai 5. Setelah pintu lift terbuka dia berjalan di lorong sepi menuju nomor 2005, memasukkan sandi pin dan masuk ke dalam apartemen. Melepas sepatunya, menggantinya dengan sandal rumahan berbulu.

"Buset, rumah orang apa rumah hantu nih?" Setelah menyalakan saklar, Joshua dibuat geleng-geleng melihat apartemen itu dipenuhi debu. Terlihat sekali tidak dihuni. "Jadi nih orang tinggal di rumah? Pantesan ikut pemotretan."

Violetta yang kini berada di tubuh Joshua itu membuka ponselnya, memanggil cleaning service. Lalu melangkahkan kakinya menuju kamar dengan tangan yang mengibas udara ketika debu halus berterbangan mengikuti langkahnya.

"Kenapa tinggal sama mama? Nyusahin diri sendiri aja." Violetta tidak percaya dengan Joshua yang kini menempati tubuhnya membuat keputusan bodoh dengan tinggal bersama mamanya.

TRANSLOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang