Pagi ini Om Galahad sudah janji akan mengantarku. Katanya sekalian ada urusan. Aku sih ayo-ayo saja. Sampai kemudian saat menuruni tangga, aku melihat sesuatu yang membuat hatiku langsung memanas.
Di sana ada Tante Yasmin, sibuk mendorong tubuh Om Galahad ke sisi dinding sambil melumat bibirnya agresif. Bukan cuman ada kecepakan becek dari bibir mereka, Tante Yasmin bahkan menggigit bibir Omku dengan brutal.
"Eunghh Yash, enough," gumam Om Galahad menyela.
Namun bukannya berhenti, Tante Yasmin justru malah semakin liar. Ia menyentuh penis Omku sambil sedikit meremasnya, membuat desahan pria itu mengalun seksi.
"Ahhh,"
"Kontolmu udah keras. Kenapa harus berhenti, huh?"
"Ada Briana di sini," ucap Om Galahad.
Ia mendorong pelan tubuh Tante Yasmin lalu mengecup bibirnya lembut.
Seketika wanita itu mengernyit sambil mengedarkan pandangan. Buru-buru aku jongkok, bersembunyi di sisi tangga.
"Dia tinggal sama aku." Kata Omku menjelaskan.
"What? Sejak kapan?"
"Seminggu yang lalu. Lokasi sekolahnya lebih deket dari sini. Makannya dia bakal numpang sampai kelulusan, kalo gak salah sekitar satu semester lagi." Ucap Om Galahad.
Aku yang masih bersembunyi pun mengatur nafas lalu bangkit berdiri. Begitu menyadari kedatanganku, Om Galahad dan Tante Yasmin sama-sama menoleh.
"Udah siap, Bri? Ayo sarapan dulu." Kata Omku.
Tante Yasmin pun ikut tersenyum sambil melambai kecil. "Hai, Bri!"
"Hai, Tante." Ujarku menyapa balik.
Di meja makan, sesekali Tante Yasmin mengajakku ngobrol santai. Sebenarnya ia orangnya asik, hanya saja aku menanggapi seadanya. Entahlah, fakta bahwa ia merupakan pacar Om Galahad berhasil membuatku malas sok akrab dengannya.
"Ah iya, Mas. Kamu ngapain semalem tf ke rekeningku?" Tanya Tante Yasmin tiba-tiba.
Om Galahad yang sedang asik makan pun menoleh sesaat. "Buat tebus lukisan lelangan yang kamu bahas kemarin. Kamu bilang pengen banget dapetin lukisan itu kan?"
"Astaga, By. Padahal aku cuma cerita doang, loh. Uang yang minggu kemarin aja belum kepake semua,"
Seketika aku mendongak menatap mereka. Uang yang kemarin? Itu artinya Tante Yasmin sering mendapatkan asupan dana dari Om Galahad?
"Gak apa-apa. Oh iya acara lelangnya di Singapore kan? Terus nanti kamu mau kesana?"
"Gak tau deh, kayaknya mau pake agen aja. Btw makasih banyak ya, Mas." Ucap Tante Yasmin. Ia mengulas senyum lalu mengecup ujung bibir Om Galahad sekilas.
Cih, najis. Lonte paylater, entot dulu bayar kemudian.
——— ˗ˋ ୨୧ ˊ˗ ———
Meskipun terakhir kali pacaran waktu SMP, tapi aku tidak polos-polos amat. Aku sering kok nonton film biru, jadwal pastinya sebulan sekali tiap mau datang bulan. Masa pas lagi horny-hornynya.
Sisanya mungkin karena kecapean, jadi hormon remajaku tidak begitu kerasa. Aku penasaran, tapi gak yang ngebet banget. Mungkin karena aku sibuk, jadi rasa penasaranku kealihkan oleh hal lain.
Seperti hari ini, selesai sekolah aku harus kursus persiapan SAT lalu baru bisa pulang pukul 6 sore. Itu sebenarnya tergolong jam pagi, kadang bisa sampai pulang pukul 9. Bayangkan saudara-saudara!
Karena kelelahan akhirnya aku memutuskan langsung tidur. Namun seperti biasa, aku terbangung jam 2 dini hari karena perut yang keroncongan. Tentu saja, sejak siang aku belum sempat makan sama sekali.
Akhirnya aku memutuskan turun ke bawah, berniat membuat ramen seperti malam-malam biasanya. Namun baru saja membuka pintu, suara rintihan terdengar jelas menyapa indra pendengaranku. Sontak aku berjalan menuju sisi balkon untuk melihat apa yang terjadi di bawah sana.
Bangunan penthouse milik Omku ini berkonsep mezzanine. Sejenis bangunan terbuka, dengan lantai dua berbentuk balkon melingkar yang dibatasi partisi kaca. Jadi dari atas sini aku bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi di lantai utama.
Meskipun jauh di bawah sana, namun suara mereka terdengar begitu lantang ke telingaku. Entah itu karena gema atau desahan mereka memang keras saja.
"Ahh ahh ahhh, Mashh, pelan-pelan uhhh,"
"Why should I? Kamu suka kan diginiin, hm?"
Seketika tubuhku meremang melihat apa yang terjadi di ruang tengah. Berbeda dengan terakhir kali aku memergoki mereka ngeseks, kali ini aktifitas mereka lebih keras dan brutal.
Tante Yasmin duduk mengangkang di sofa dengan satu kaki yang diletakkan diatas bahu kokoh Om Galahad. Sedangkan Omku terlihat memegangi pinggangnya sambil menghentak pinggul mereka dalam satu irama.
"Ahhh, Mashh ahhh yahhh aku suka, memek aku keenakan sama kontol kamu, ahhh aku suka diginiin,"
Plak!
Satu tamparan mengenai payudara kiri Tante Yasmin. Om Galahad semakin menggila, menyodokkan penisnya ke vagina wanita itu dengan tempo yang lebih cepat.
"Diginiin? Diapain, ngomong yang jelas. Ahhh, sialan memek kamu jangan diketatin, ngentot."
Tante Yasmin tergelinjang-gelinjang sambil merintih nikmat tiap kali dasar kemaluannya disodok. Ia memejam sambil meremas sisi sofanya saat merasakan gelombang nikmat yang luar biasa.
"Ahhh mashh. Mau keluar ahhh. AHHH! AHHH STOPHH! MASSHH SENSITIF AHHHH. MEMEKKU MASIH SENSITIFHH! STOPHHH!"
Tante Yasmin menjerit-jerit keenakan. Bukannya mendengar permintaan kekasihnya, Om Galahad justru malah bergerak semakin brutal. Ia meremas-remas payudara wanita itu dengan kasar sambil mencengkram lehernya.
"Eghhh anjingh. Memek kamu enak banget, By. Fuckhh!"
Aku masih berdiri dengan inti vagina yang berkedut. Tanpa sadar kedua tanganku mencengkram erat sisi celanaku kuat. Ada sensasi aneh yang membuat darahku berdesir seketika. Sensasi yang membuatku ingin sekali melakukan sesuatu pada vaginaku yang basah.
Seperti menyumpalnya dengan sesuatu—dengan penis misalnya.
Namun sama seperti terakhir kali, rasa kesal jauh lebih dulu menguasaiku. Aku marah, ingin sekali menghentikan aktifitas erotis mereka namun sadar itu adalah ide yang bodoh.
Akhirnya dengan emosi yang memuncak aku memilih kembali masuk ke kamar sambil membanting pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Tension
Romance❗Mature Story | 21+ Briana tak sadar kalau ia memiliki perasaan pada Omnya sendiri. Sampai kemudian saat Om Galahad memperkenalkan seorang calon istri─ia nekat melakukan segala cara untuk mengikat laki-laki tersebut. Bahkan meski dengan cara paling...