Semalaman aku memikirkan ucapan Om Galahad. Dan setelah merenunginya dengan baik, kini aku menyadari sesuatu.
Memang benar kata Omku, aku seperti pelacur. Lihat seberapa jauh aku merendahkan diriku hanya untuk menarik perhatiannya.
Dan kini kuputuskan untuk tidak menahan diri lagi. Toh dimata Om Galahad aku sudah buruk, jadi untuk apa tanggung-tanggung. Mulai sekarang aku akan mengerahkan segala cara untuk membuatnya melirikku.
"Halo Om!"
Sapaanku berhasil membuat Om Galahad yang tengah berjibaku di dapur pun menoleh. Meskipun ekspresinya datar, namun aku tahu kalau dia keheranan melihatku sekarang.
Ya, aku bersikap biasa saja setelah digampar olehnya kemarin. Seharusnya aku murung, atau minimal mogok bicara seperti terakhir kali ditampar olehnya.
"Masak apa, Om?" Tanyaku sambil mengintip nasi goreng yang tengah ia buat.
"Duduk sana, Om siapin makanannya di meja nanti." Ucapnya tanpa menjawab pertanyaanku.
Aku pun megikuti instruksinya lalu duduk di meja makan. Beberapa saat kemudian Om Galahad meletakkan dua piring di atas meja lalu menyajikan nasi goreng mentega di sana.
Kami pun mulai makan dalam hening. Di pertengahan aktifitas kami, aku meletakkan sendokku lalu bersandar ke sandaran kursi.
Kedua tanganku terlipat di depan dada sambil memperhatikan Om Galahad. Sejak tadi ia fokus makan tanpa bicara sama sekali. Sangat jauh berbeda dari biasanya.
"Om tau gak, semalem aku abis nonton bokep." Ucapku yang berhasil membuat Omku menoleh.
"Tentang om-om yang ngentotin anak sekolahan. Ngeliat gimana penis pria dewasa nyodok lubang memeknya, ughh... bikin sange."
"Briana," Om Galahad menyipit, menatapku dengan tatapan frustasi sekaligus tak habis pikir.
"Kenapa Om? Om mau nampar aku lagi?" Tandasku menantang.
Aku yakin Om Galahad tidak akan melakukannya. Ia tahu kalau aku tidak akan jera meski ditampar seribu kali.
Yang ada, dengan melakukannya hanya akan menyakiti kami berdua. Om Galahad tidak suka menyakitiku dan aku tahu ia menyesal, begitu juga dengan aku yang jelas-jelas menjadi korban.
Omku kemudian menghela nafas frustasi. "Kenapa kamu jadi kaya gini, Bri?" Tandasnya tak habis pikir.
"Karena aku suka sama Om." Ucapku enteng. "Om gak ada niatan ngentotin aku gitu?" Tanyaku serius.
"Om gak perlu putusin Tante Yasmin kalo gak mau. Kita bisa ngentot sesukanya. Lagipula kita sering berduaan gini, sayang kalo waktunya gak dipake buat seneng-seneng."
Om Galahad yang sedari tak acuh kini menjeda seolah kehabisan kesabaran. Ia meletakkan sendoknya dengan kasar lalu menghunuskan tatapan menusuk ke arahku.
"Om masih menahan diri karena menghargai hubungan kita berdua, Bri. Om menghormati Papi kamu. Tapi kayaknya kamu semakin melewati batas. So let's make it clear, Om sama sekali gak tertarik sama kamu. Om pria dewasa yang dunianya jauh lebih liar. Jadi jangan kira ngentot sama Om bakal semenyenangkan kaya dientotin penis pacarmu, it's not like what you fantasize about. So you better enjoy your stupid wildness dan berhenti bertingkah kurang ajar kaya gini." Tandasnya dingin.
Tatapannya menyorot datar, berbeda dengan biasanya yang terlihat lembut dan ramah. Dan setelah menatapku untuk beberapa detik, Om Galahad bangkit berdiri lalu pergi begitu saja.
Sedangkan aku masih menatap punggung kokohnya yang menjauh tanpa berkedip. Bukannya sadar dan merenung, aku justru malah mengulas senyum smirk. Damn, ini semakin menarik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Tension
Romance❗Mature Story | 21+ Briana tak sadar kalau ia memiliki perasaan pada Omnya sendiri. Sampai kemudian saat Om Galahad memperkenalkan seorang calon istri─ia nekat melakukan segala cara untuk mengikat laki-laki tersebut. Bahkan meski dengan cara paling...