And The Wind Keeps Blowing 15/2

330 30 3
                                    

Gun tidak tahu seberapa ampuh kekuatan doa, karena dia terlalu beriman dan percaya untuk pernah sekali saja meragukan kekuatan komunikasi interpersonal dengan Sang Pemilik semesta itu. Dan hari ini, dia luar biasa dipuaskan karena ternyata dirinya tidak salah percaya.

Off ada di hadapannya, berdiri, berjalan ke arahnya, dan, "Brain..." memanggilnya.

Tak hanya dedaunan Douglas Fir yang gugur, tetapi juga air mata Gun ketika setelah sekian rindu, dia masuk kembali ke dalam dekapan yang paling hangat yang pernah dirinya rasakan.

"Oh my own heart..."

Rintihan rindu dari Off menerbangkan segala penat dan lelah dalam diri Gun. Sementara segala penat dan lelah dalam diri Off sudah terbang jauh saat melihat Gun tadi.

"Off..."

"Yes, Brain."

Tay, New, dan Arm menyaksikan tanpa ingin menginterupsi, dan mungkin para tetangga mengintip dari sudut-sudut tertentu rumah, mereka tidak akan meminta Off dan Gun untuk melepas rindu di dalam.

Biarkan.

Biarkan saja megahnya kolong langit yang bermatahari cerah menerangi seluruh Bumi hari ini ikut menjadi saksi.

"Off..."

Pria itu melepas pelukan mereka, menatap Gun dalam. "Tolong jangan tinggalkan aku." Suaranya tercekat.

Gun penuh dengan air mata.

"Aku tidak ingin meminta maaf, permintaan maaf itu untuk kesalahan yang muncul dari tindakan keliru melakukan sesuatu yang dirasa benar, ternyata salah... aku berdosa." Off perlahan turun sampai lututnya menyentuh tanah berumput di bawahnya. "Aku tahu itu salah, tetapi tetap kulakukan... ampuni aku, aku berdosa padamu."

Off tidak butuh dimaafkan, Gun akan selalu memaafkannya. Ia butuh diampuni, karena mungkin Gun akan sulit mengampuninya tanpa meminta penebusan, dan ia bersumpah dirinya akan melakukan penebusan apa saja yang dimintai pria itu.

Bahkan jika ia harus menunduk berlutut, dengan memegang tangan Gun, takut kalau ia melepaskan pegangannya, segala harapannya juga akan ikut terlepas.

"Ampuni aku, Precious."

Gun menengadah, menyumbat air matanya, menelan salivanya.

"Penebusan apa pun yang kau inginkan, akan kulakukan untukmu."

Gun bisa merasakan kakinya yang hanya beralaskan sandal jepit rumahannya basah karena tetesan air mata Off yang bersimpuh menangis.

Gun juga bisa merasakan jemari-jemarinya diremas halus dan penuh harap oleh Off. "Apa saja, asal jangan tinggalkan aku."

Off tidak tahu ia akan memohon untuk cinta seperti ini, tetapi anehnya ia tidak merasa itu salah, tidak merasa keberatan melakukannya.

"Jika kau sudah berhenti mencintaiku, tolong belajarlah untuk mencintaiku lagi... aku tak pernah tak mencintaimu, Hope."

Tay menggaruk-garuk ujung hidung, menyimak sang sahabat yang biasa selalu membuat wanita berlutut di bawah kakinya sekarang berlutut di bawah kaki Gun.

"Ampuni aku."

Dan memohon ampun. Jujur, Tay merasa itu aneh, tetapi dia tidak ingin mengurusi pola berpikir sahabatnya itu.

Jika Off merasa berdosa dan perlu memohon ampun kepada Gun, ya sudah biarkan saja.

"Say something, please."

Gun perlahan turun, ikut berlutut di hadapan Off. "Aku ingin melihat wajahmu."

The Love of A Heartless ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang