part 2

1.8K 8 0
                                    

"Kita harus belajar hidup mandiri, sekarang sudah tidak ada orang tua yang menuntun kita. Kakak harap kalian mengerti, kalau masalah biaya sekolah sama keuangan dirumah biar kakak yang tanggung, kalian fokus saja sama sekolah kalian." Ucap sahara kepada kedua adiknya.

"Nggak kak, sebisa mungkin dira juga akan bantu kakak cari uang." Ucap nadira menyauti ucapan kakaknya.

Sahara mengelus pundak adik perempuannya sambil menyematkan senyuman.

"Gak usah, kamu fokus saja sekolah." Kembali sahara berucap.

Sedangkan andra menatap kedua kakaknya yang sedang saling menguatkan, kini hidupnya akan bergantung kepada kakak sulungnya.

"Kalau andra sudah tamat SMP, andra gak akan melanjutkan sekolah mau langsung cari kerja saja." Timpal andra yang membuat kedua kakaknya menatap andra bersamaan.

"Jaman sekarang dimana yang mau menerima lulusan SMP? Kakak saja cuma bisa buka jongko, mending kamu sekolah masalah biaya kan ada kakak." Ujar sahara.

"Sebaiknya kita tidur, ini sudah larut." Ucap nadira.

Malam serasa panjang bagi sahara yang masih belum memejamkan matanya sama sekali, dia masih sibuk menatap foto kedua almarhum orang tuanya.

"Secepat itu kalian meninggalkan kita bertiga." Lirihnya parau saat air mata menetesi foto itu.

Malam berlalu, waktu menunjukan pukul 03.00 dini hari. Sahara kembali terbangun saat merasa tenggorokannya kering, dia berjalan menuju dapur namun tak sengaja dia melihat pintu kamar andra yang terbuka, lalu sahara melihat kedalam kamar adik laki lakinya.

Rasa sedih yang berusaha dipendamnya kini mulai luruh kembali saat matanya tak sengaja melihat sang adik yang tidur memeluk sarung yang biasa ayahnya kenakan, sahara mendekat ke arah andra.

"Jangan sedih sahara, kamu harus kuat demi adik adik kamu!" Serunya, kembali keluar dari kamar andra.

Skip

Pagi pagi sekali dika sudah bangun, dia turun kebawah melihat keadaan rumahnya di pagi hari. Ada sebagian pembantu yang sedang beberes, ada juga yang sedang menyiapkan sarapan pagi. Dika membuka pintu utama, matanya tertuju pada seorang gadis yang sedang memyiram tanaman di dekat kolam ikan.

"Siapa dia?" Gumam dika bertanya tanya, dengan langkah yang hati hati dia memghampiri gadis itu.

"Hei siapa itu?" Tanyanya yang mulai sampai dengan gadis itu.

Gadis yang baru dipanggil pun berbalik dengan anggun tak lupa merebakan senyuman manisnya, dia menaruh selang yang sedang di pegangnya ke lantai lalu berjalan menghampiri dika.

"Siapa kamu?" Tanya dika.

"Saya fani." Balasnya seraya menjulurkan tangannya, namun tak di balas oleh dika.

"Oh." Ketus dika.

Fani menarik kembali tangannya, senyuman yang merekah berubah menjadi meseman kecil.

Tiba tiba dari arah pintu muncul rani dengan tangan menyilang di atas dada.

"Tante." Fani menunduk saat melihat rani menghampirinya.

"Dika kamu sudah kenalan sama fani?" Tanya rani kepada dika dan mengabaikan sapaan dari fani.

"Siapa dia? Kenapa ada dirumah kita? Pembantu baru?" Tanya dika bertubi tubi.

"Hush,,, dia itu anak temen mami, dia akan tinggal sementara waktu disini." Jelas rani.

"Dia gak punya rumah kah?" Tanya kembali dika.

"Punya, cuma dia itu takut kalau tinggal dirumahnya sendirian, so dia ikut ke rumah kita. Untuk sementara waktu, mami harap dia jadi istri kamu." Ucap rani penuh harap.

wanita pemuas tuan arogan [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang