part 5

1.2K 9 0
                                    

Seharian penuh sahara hanya terdiam di kamar sambil menatap nalang keluar jendela, tatapannya benar benar kosong.

"Kenapa hidupku jadi kacau begini?" Gumamnya dalam lamunan.

Angin meniup lambat tirai yang menghubungkan kamar dengan balkon, disana dika tengah menghirup udara siang hari yang diiringi hujan rintik rintik, sesekali tatapannya tertuju pada sahara gadis yang telah ia renggut kehormatannya.

.

Sedangkan wisnu dan dini tengah menyiapkan pesta pernikahan yang akan di gelar beberapa hari lagi.

"Dini." Panggil Tini saat melihat dini termenung melihat beberapa orang yang sedang memasang tenda pelaminan.

"Ibu." Dini menghampiri tini, yakni ibu wisnu.

"Kenapa kamu melamun?" Tanya tini.

"Maafkan dini ya bu, harusnya yang melakukan ini semua." Ucap dini seraya menunjuk tenda pelaminan yang sedang dipasang.

"Harusnya keluarga dini, harusnya pelaminan ini di pasang di rumah dini." Lanjut dini.

"Gak papa, orang tua kamu pasti sibuk kerja di london. Ibu faham kok din, sudah jangan banyak melamun nanti kesambet." Tini pergi menyiapkan hal lain.

Dini menatap punggung ibunya wisnu yang semakin menjauh dari pandangannya, senyum kecut terukir di wajahnya.

"Andai ibu tahu, keluargaku tidak sekaya yang ibu pikirkan. Apa mungkin ibu akan menerima aku?" Seringainya.

.

Sahara memberanikan diri membuka suara saat tengah makan malam bersama dengan dika, walaupun enggan bicara tapi dia harus bicara.

"Anu..eeum.."

Dika menoleh ke arah sahara yang terlihat ragu ragu untuk berbicara.

"Ada apa?"  Tanya dika.

Sahara menelan saliva dengan susah payah. "Anu, sebentar lagi wisnu akan menikah dan aku di undang. Apa boleh aku menghadiri pernikahannya?" Tanya sahara.

Seketika sendok yang dipegang dika dijatuhkan dengan sengaja, pertanda dika akan marah.

"Bisakan membicarakan orang lain nanti setelah makan selesai?" Pertanyaan dika memang biasa hanya saja setiap ucapannya penuh dengan tekanan.

"Maaf." Kata maaf keluar dari mulut sahara.

Mereka berdua melanjutkan makan malamnya tanpa ada sepatah kata apapun keluar dari mulut keduanya, mereka menikmati makan malam. Walaupun sulit untuk menelan, sahara tetap memaksakan diri menyantap makanannya dia tahu betul karena dia butuh tenaga untuk tetap bertahan melawan lelaki arogan yang ada di hadapannya.

Makan malam pun selesai, sahara mengambil piring kotor milik dika lalu membawanya ke dapur.

"Malam akan segera larut, aku takut pria itu menyiksaku lagi." Gumam sahara saat sedang membersihkan piring kotor sisa makan.

Tiba tiba sebuah tangan melingkar pada pinggang sahara, sontak sahara terkejut dia menoleh ke belakang tampak dika dengan senyuman, dia menyandarkan dagunya diatas bahu sahara.

'Mau apa lagi pria ini?' Batin sahara.

Tanpa menghiraukan dika, sahara melanjutkan aktifitasnya, kali ini sahara pasrah saja karena melawan pun bukan hal yang akan benar.

"Anu...aku sudah selesai, bisa dilepas tangannya?" Sahara bertanya pada dika dengan perlahan takut ucapannya menyinggung dika.

Dika melepas tangannya yang sedari tadi melingkar pada pinggang sahara, dia menatap sahara lalu mengkecup bibir sahara.

wanita pemuas tuan arogan [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang