14. Secepat Itukah?

398 23 8
                                    

Halo, assalamu'alaikum semuaa!

Maaf banget baru sempet update 😭. Karena akhir² ini lumayan sibuk... Sebagai permintaan maaf, besok aku akan update lagi.

Dan yang paling penting, jangan lupa vote yaa. Supaya aku ada semangat buat ngelanjutin cerita ini.

Satu lagi, kalau ada typo tolong tandain.

Sekian, terima kasih.

__________

__________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*
*

Happy Reading.

***

Akibat dari kejadian kemarin malam, Ziva memilih untuk tinggal bersama sang ibu terlebih dahulu. Bukan karena Arshaka yang meminta, tetapi itu kemauannya sendiri. Ia juga sangat merasa bersalah sekaligus sedih.

"Gue emang bukan istri yang baik buat mas Shaka. Gue gagal memberikan mas Shaka keturunan, dan sekarang? Gue buat kecewa karena masa lalu yang pernah gue perbuat."

Kamar Ziva terlihat sangat berantakan, banyak tisu bekas bertebaran dimana-mana. Mungkin ia sudah menghabiskan dua bungkus tisu. Ia tidak berhenti menangis sejak bangun tidur tadi. Bahkan, ia merasa tidurnya tidak nyenyak.

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Ziva dari layar ponselnya yang menampakkan foto kemarin sewaktu di telaga bersama Arshaka.

"Nak, makan dulu. Ini udah mama bawain bubur buat kamu."

"Ngga mau, Ziva ngga selera makan," sahutnya dari dalam kamar tanpa ada niatan untuk membukakan pintu kamarnya.

Terjadi keheningan beberapa saat sebelum terdengar suara yang membuatnya terkejut, "Ziva, ayo makan dulu."

Itu suara Arshaka? Ia tidak salah dengar bukan? "Mas Shaka?" tanya Ziva untuk memastikan.

"Ya, ini saya. Buka dulu pintunya."

Ziva bimbang, ia ingin sekali menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Namun di lain sisi ia juga merasa belum siap jika harus bertemu dengan suaminya itu.

"Kalau tidak segera dibuka akan saya dobrak." Suara itu terdengar tidak main-main.

Ziva lalu bangkit dan mulai melangkahkan kakinya mendekati pintu. Dengan ragu-ragu ia menghilangkan kunci dan membuka pintu untuk Arshaka.

"Makan, saya suapin sekarang." Arshaka langsung melengos meninggalkan Ziva yang masih mematung di depan pintu.

Hembusan napas terdengar ketika Arshaka melihat Ziva menatap dirinya yang sudah duduk di kursi, "Ayo sini, keburu dingin makanannya."

Masih Ada Cinta | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang