drrrrr....drrrrrr...drrrrr
Freen melihat ponselnya, ia sebenarnya sedang memgerjakan pesanan untuk dikirim besok berhubung ini cukup banyak dan malamnya ia free, maka ia mengerjakannya sekarang.
Dahinya berkerut ketika melihat siapa yang menelponnya malam malam.
"Richie? Tumben banget. Ada apa ya?"
"Halo."
"Freen! Rebecca belum pulang ke rumah bu Asih!"
Deg
Freen melihat jam dinding rumahnya.
"Ini udah jam 10 malam, bukannya kalian dinner? Ko bisa Rebecca ga ada?"
"Panjang ceritanyaa,"
Tiba tiba suara grusak grusuk terdengar.
"Halo Freen,"
Freen semakin kaget dengan suara ibu Rebecca , terdengar dari suaranya ia sudah menangis cukup lama.
"Bisa tolong bantu carikan Rebecca? Ibu khawatir banget"
Tanpa pikir panjang Freen mengangguk,
"Iya bu, Freen pasti bantu, Freen siap siap dulu yaa.. Daerah mana yang udah di cari?""Timur" Sahut Richie dari jauh.
Kembali Freen mengangguk,
"Yaudah, Freen cari yaa, nanti kalo ketemu Freen kabarin ibu lagi"
Ia menutup telpon dan memakai jaketnya, tidak terpikirkan lagi pesanan untuk besok, yang terpenting sekarang ia harus menemukan Rebecca.
"Daerah barat ya? Hmmm kira kira dimana?"
Freen menyalakan mesin mobilnya dan menancap gas berharap bisa menemukan Rebecca dengan cepat.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Angin berhembus cukup kencang malam ini, air matanya tidak berhenti keluar mengingat semua kejadian masa kecilnya terutama saat tau perlakuan tak adil ayahnya sendiri.
Benar, perempuan yang sedang menangis ini adalah Rebecca. Ia memandang langit yang cerah dengan banyaknya bintang dan indahnya bulan.
"Beck, kalo aku nyusul kamu boleh? Cape banget rasanya, cape banget harus nahan ini."
Rebecca semakin terisak, dimalam yang sunyi dan sepi ia menangis sendirian ditaman yang sudah pasti tidak ada pengunjungnya.
Pikirannya teringat pada Freen, jika saja Freen ada disini , ia pasti tidak akan merasa kesepian seperti ini. Rebecca sangat ingin menelpon Freen tapi ini sudah malam, takut jika ia sudah terlelap. Apalagi Rebecca tahu Freen juga sudah bekerja.
tak lama suara langkah kaki terdengar mendekatinya, Rebecca kaget dan refleks berdiri dengan mempersiapkan kuda kuda.
Tapi, tangannya turun dengan sendiri begitu melihat siapa yang datang dengan nafas yang ngos ngosan. Sinar bulan menerangi langkah Freen. Ia tersenyum lega ketika melihat Rebecca ada didepannya.
"Bener yaa kamu ada disini, untung pilihan aku bener. Hehe. Kamu lagi apa disini?"
Seakan mendapatkan apa yang diinginkan, Rebecca menghampiri Freen dan memeluknya erat. menumpahkan, mengeluarkan emosi yang selama ini ia pendam. Persetan dengan gengsi yang dibutuhkan Rebecca saat ini adalah pelukan hangat dari Freen.
Freen yang tiba tiba dipeluk sempat kaget dan ingin bertanya ada apa. Tapi, mendengar Rebecca yang sudah terisak membuat Freen mengurungkan niatnya, ia hanya mengusap punggung Rebecca berkali kali dan menariknya mendekat sampai tidak ada lagi jarak diantara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile (End)
Fanfictionhujan selalu menakutkan, membuat kita merasakan kekuatan alam yang sesungguhnya, hujan juga selalu membawa kenangan pahit, bahkan walau hanya rintik rintik. lalu, kamu datang. sejak itu aku tau bahwa hujan akan selalu indah jika bersamamu.