Freen POV
Aku membuka mataku perlahan karena merasakan pergerakan pergerakan kecil dari sampingku. Ku tatap wajah polos itu, sungguh cantik dengan ukiran yang sempurna.
Ku tempelkan keningku kembali untuk mengecek suhunya, apa dia masih demam atau tidak.
"Syukurlah, dia sudah lebih baik"
Aku menggeliat kecil sambil berusaha melepaskan diriku darinya, aku sebenarnya ingin terus berada dipelukannya. Tapi, aku ada pemotretan hari ini dan aku tidak boleh melewatkannya.
Setelah lepas dari pelukannya, aku turun ke bawah menuju mobilku untuk mengambil baju ganti. Aku memang sengaja menyimpan beberapa pakaian dalam mobilku karena aku sadar pekerjaanku sebagai model yang menuntutku untuk tampil sempurna terutama tentang pakaian yang aku kenakan.
Aku kembali ke dalam rumah dan meminta izin untuk menggunakan kamar mandi kepada bu Asih, sedangkan bu Asih mulai membangunkan Rebecca untuk menyuruhnya makan lalu minum obat kembali.
Setelah semuanya selesai, aku melihat Rebecca duduk dimeja makan bersama Jennie dan juga bu Asih.
'Udah baikan ya?'
"Pagi" Sapaku senang karena akhirnya ada yang menemaniku sarapan.
Aku sedikit melirik ke arah Rebecca yang terus menerus menatapku dengan tatapan yang tidak aku mengerti.
Kini aku berbalik ke arahnya, menatap matanya dan membuka mulut tanpa mengeluarkan suara.
"Kenapa?"
Rebecca menggeleng lalu fokus pada sarapannya, aku yang tidak mengertipun hanya mengangkat kedua bahuku dan memulai menyantap sarapanku.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Drrrrr....
Aku menyalakan kipas yang berada digenggamanku, sudah sore tapi udara masih sangat panas membuat aku terus menerus mengeluarkan keringat.
"Freen , besok ada pemotretan lagi yaa, jamnya sama. Sampai bertemu besok"
Aku mengangguk kepada stylist rambutku dan mulai membuka ponselku yang sedari tadi tidak aku mainkan.
"Loh? Tumben banget Rebecca nyepam chat gini, mana pertanyaannya random banget. 'Kamu udah ngasih makan kucing dijalan?' kucing yang mana yang harus aku kasih makan?" Tanyaku pada diriku sendiri. Tidak biasanya Rebecca seperti ini, apa yang terjadi sebenarnya?
Lalu tak lama ponselku berdering menunjukan nama Rebecca dilayarnya.
"Nah sekarang telpon, ada perlu apa ya?""Iya halo"
"...."
"Hah? I-iyaa nanti aku ke rumah"
"...."
"Loh kenapa? Yaudah mau dibawain apa?"
"..."
"Iyaaa"
Aku memandang ponselku dengan heran,
"Ada apa ya? Ko aneh gini"
.
.
.
.Akhirnya aku sampai dirumah Rebecca dengan membawa makanan seperti yang Rebecca mau, aku sebenarnya tidak apa apa hanya saja aku sedikit bingung apa yang terjadi sebenarnya.
Setelah meminta izin kepada bu Asih aku melangkahkan kakiku ke kamar Rebecca. Ku lihat dia sedang merebahkan badannya sambil menatap langit langit kamar.
"Hai" Sapaku dengan senyuman yang lebar.
Bukannya senyuman yang aku dapatkan, malah tatapan tajam yang membuatku lagi lagi bertanya ada apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile (End)
Fanfictionhujan selalu menakutkan, membuat kita merasakan kekuatan alam yang sesungguhnya, hujan juga selalu membawa kenangan pahit, bahkan walau hanya rintik rintik. lalu, kamu datang. sejak itu aku tau bahwa hujan akan selalu indah jika bersamamu.