Pagi yang cerah dengan sedikit hawa dingin menyapa Freen yang baru saja membuka matanya, ia melihat ke samping tapi tidak menemukan Rebecca. Telinganya menangkap suara dari kamar mandi dan benar saja tak lama Rebecca keluar dengan pelan.
Awalnya Freen menutup matanya kembali karena hari ini ia free alias tidak ada jadwal untuk pemotretan. Tapi, Freen kembali membuka matanya ketika menyadari Rebecca tidak kembali ke tempat tidur padahal Freen yakin sekarang masih sangat pagi.
Betapa kagetnya ia melihat Rebecca memegangi kepalanya sambil terduduk dilantai. Freen segera bangkit dari ranjang dan menghampiri Rebecca.
"Kamu kenapa?" Tanya Freen, tangannya mulai menyentuh kening Rebecca.
"Kamu demam, ayo kembali ke tempat tidur"
Freen memegangi kedua bahu Rebecca dan menuntunnya pelan menuju ranjang.
Direbahkannya Rebecca, segera Freen mengambil kain kering lalu direndamnya di air hangat, ia kembali lalu mulai mengompres Rebecca.Wajah Rebecca merah, mungkin karena demamnya sangat tinggi. Freen sedikit panik melihat Rebecca seperti ini.
"Kita ke rumah sakit aja yaa? Demam kamu tinggi"
Saat Freen akan bangkit dari duduknya, Rebecca menahan tangan Freen. Ia menggeleng tanda dirinya tidak mau untuk ke rumah sakit.
"Tapi kamu harus mau makan terus minum obat ya?" Ucap Freen.
Rebecca mengangguk kemudian kembali menutup matanya. Dengan telaten Freen merawat Rebecca, ia juga berniat membuat bubur sendiri karena tidak mau meninggalkan Rebecca.
Setelah memastikan Rebecca terlelap baru Freen beranjak dari duduknya menuju dapur dan menyiapkan semuanya.
Waktu berlalu cukup lama dan akhirnya Freen sudah selesai, ia membawa nampan itu ke kamar lengkap dengan air minum dan juga obat untuk menurunkan demam yang dialami Rebecca.
Freen membangunkan Rebecca dengan pelan agar ia bisa makan lalu minum obat, setelahnya Rebecca boleh kembali tidur sampai keadannya membaik.
Rebecca duduk bersandar dan melihat nampan.
"Aku tidak suka bubur" Ujar Rebecca pelan.
Freen menggaruk bagian belakang kepalanya, harusnya ia memang bertanya terlebih dahulu. Dia mengira semua orang menyukai bubur.
"Ah, yaudah makan roti aja kalo gitu ya? Yang penting perut kamu ke isi biar bisa minum obat"
Rebecca mengangguk, ia juga meminta maaf kepada Freen karena merepotkannya. Freen kembali membawa nampan itu, menyimpan buburnya untuk dirinya saja. Ia mulai mengoleskan selai pada roti tawar yang berada dikulkasnya, sedikit memanggangnya agar hangat dan selesai.
Suapan demi suapan Freen berikan pada Rebecca, Freen ingat bahwa Becky sangat menyukai bubur bikinannya. Tapi Rebecca justru malah tidak suka.
Setelah rotinnya habis setengah dan Rebecca sudah sangat susah untuk menelan, ia memberikan obat penurun demam.
Rebecca demam mungkin gara gara semalam mandi hujan,Freen juga yang salah karena membiarkan Rebecca bermain hujan tengah malam.
Kini Rebecca sudah terlelap kembali, badannya masih demam. Freen berdiri dari duduknya dan mulai mengerjakan pekerjaannya yang belum selesai, barang barangnya akan dikirim siang ini. Ia juga mengambil bubur untuk sarapan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Siang sudah semakin terik diluar sana Freen sudah siap dengan semua barang barang yang akan ia kirim juga. Pandangannya berkeliling takut jika ada yang tertinggal.
Rebecca mulai nampak gelisah sekarang membuat Freen mau tidak mau terus menatapnya. Tak lama ia menghampiri Rebecca dan memegang keningnya kembali.
"Masih demam"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile (End)
Fiksi Penggemarhujan selalu menakutkan, membuat kita merasakan kekuatan alam yang sesungguhnya, hujan juga selalu membawa kenangan pahit, bahkan walau hanya rintik rintik. lalu, kamu datang. sejak itu aku tau bahwa hujan akan selalu indah jika bersamamu.