16. Berlawan Arah

129 24 0
                                    

Berada di dunia antah berantah sangatlah asing. Tetapi ia tidak pernah merasa kesulitan untuk menjalani kehidupan disini. Karena di kehidupan aslinya dulu, mungkin ia terlalu sering berada di lingkungan yang menyulitkannya. Hingga ia terbiasa akan apapun.

Gunwook adalah satu satunya dari kesembilan temannya yang tidak ingin kembali ke kehidupan sebelumnya.

"Kamu ini sudah gila?!" Matthew menjitak kepala Gunwook yang sangat tinggi itu setelah mendengar kalimatnya barusan. Yang dipukul tidak menjawab apapun, ia hanya terkekeh pelan dan menganggapnya sebagai gurauan. Jiwoong memerintahkan mereka berdua untuk mencarikan makanan ringan untuk Yujin yang kini sedang terbaring.

"Aku berpikir jika nanti kita bisa mengalahkan roh itu dan memilih antara tinggal atau kembali pulang, maka aku akan tinggal saja." Sembari Matthew memilih beberapa snack dan roti, Gunwook memegang plastik belanjaan merek.

Matthew berbalik dan menatap Gunwook cukup lama. "Ya.... Kamu tidak sedang bercanda kan?"

Ia menggeleng sebagai jawaban.

"Kenapa?"

Gunwook punya ribuan jawaban untuk pertanyaan seperti ini. Tetapi mungkinkah ia mengatakannya sekarang. Membuka kartu usang yang telah lama ia abaikan karena terlalu terbiasa. Hingga terkadang ia melupakan keadaannya sendiri.

Berada di keluarga konglomerat, Gunwook tumbuh dewasa dengan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang sangat memadai. Membuatnya menjadi seorang remaja sekolah dengan ranking yang stabil berada diatas, berprestasi, dan menjadi ketua OSIS di sekolahnya. Disamping itu, reputasi keluarganya yang begitu terpandang, seakan menjadi sendok emas tersendiri bagi Gunwook untuk memanjat kepopulerannya saat ini.

Orang-orang disekelilingnya pasti berpikir, betapa sempurnanya seorang Park Gunwook itu. Tetapi pernahkah mereka berpikir jika sendok emas itu juga seakan memberi racun bagi penggunanya. Pernahkah mereka berpikir, ia begitu menderita dengan keadaannya ini.

Tuntutan keras dari keluarganya untuk menjaga reputasi dan martabat membuatnya kewalahan. Tak jarang ia menangis karena pukulan ayahnya yang melihat begitu banyak garis tinta merah diatas kertas ulangannya. Padahal ia telah belajar larut malam bahkan hingga fajar menyingsing malam sebelumnya. 

Tahukah keluarganya jika dirinya dibenci oleh hampir seluruh siswa di sekolahnya hanya karena ia begitu diagung agungkan guru dan kepala sekolah. Padahal ia tidak pernah sekalipun bermaksud untuk meminta pujian pujian itu semua.

Ia ingin lepas dari semua itu. Keluar dari sangkar yang membuatnya begitu sesak untuk bernafas. Menikmati dunia yang sebenarnya, tanpa terikat oleh reputasi dan marga milik keluarganya. Ia ingin dikenal sebagai Gunwook yang berprestasi tanpa sebuah sendok emas dari siapapun. Dan dunia ini adalah sebuah utopia bagi dirinya.

"Hey!" Satu tepukan di pundaknya menyadarkannya. Rupanya ia melamun sejak tadi membuat Matthew merasa terabaikan.

"Ah... Aku hanya ingin hidup disini saja, Aku bisa membantu dan menyelamatkan orang disini, tanpa adanya... sesuatu yang membelenggu." Gunwook terdengar terbata bata, tetapi tidak ada keraguan diantara kata kata yang dilontarkannya.

Matthew mengerutkan dahinya bingung dengan pernyataan Gunwook yang sangat aneh itu. Ia ingin mengungkapkan pertanyaan tetapi ia mengurungkan niatnya setelah getaran pelan terasa. Getaran itu langsung berubah menjadi goncangan hebat yang meretakkan dinding dinding supermarket.

Dengan cepat Gunwook berlari menarik Matthew yang masih terdiam kaku disana. Rupanya takdir berkata lain, belum sempat kedua pasang kaki itu melangkah keluar, kaca koridor supermarket pecah. Lontaran kepingan kaca itu membuat Gunwook dan Matthew memundurkan langkahnya. Tidak sampai satu detik setelahnya, atap beton yang telah retak ambruk dan mengubur semua hal didalam ruangan itu.

....

Hanbin dan kelompoknya telah kembali ke rumah Zhanghao. Disana terlihat Yujin yang terbaring dan Jiwoong duduk bersila disampingnya. Dari arah Taerae muncul cahaya putih menuju ke tubuh Yujin.

"Dia membutuhkan kekuatanmu, pergilah kesana dan sembuhkan dia." Jaehyun menatap Taerae yang kini ikut duduk bersama Jiwoong.

"Jiwoong Hyung, yang lain pergi kemana?" Zhanghao langsung bergegas ke dapur mengambil air untuk mereka.

"Aku menyuruh mereka mengumpulkan makanan yang tersisa." Jiwoong melihat dengan jelas setiap luka Yujin tertutup saat Taerae menaruh telapak tangan diatasnya. Hal itu mengundang tatapan tidak percaya dari semua orang disana.

Taerae seharusnya tidak kaget. Tetapi ia tetap ikut ternganga melihat tangannya melakukan itu. "Aku pasti sudah gila."

"Aku tidak ingin mengatakan itu, tetapi kamu memang gila Hyung." Itu Gyuvin yang juga terkejut melihat kakaknya.

Ricky mendekat ke arah Yujin yang sedang terbaring. Ia menyibak poni rambutnya yang penuh keringat agar tidak mengganggu matanya. "Apa ia akan baik baik saja?"

Jaehyun menggeleng sebagai jawaban. "Jika luka biasa saja mungkin ia akan baik baik saja, yang membuatku ragu adalah kali ini ia terluka karena roh jahat, aku tidak tahu yang akan terjadi kepadanya."

Jiwoong menatap Jaehyun dengan tatapan penuh tanya. Hanbin baru sadar mereka belum kenal satu sama lain. "Ah... Hyung ini adalah Jaehyun, ia yang membantu kami mengumpulkan informasi tadi, oh iya dia ini adalah sebuah hantu ya."

"Hantu?"

Jaehyun mengangguk cepat ke arah Jiwoong.

Hanbin tertawa canggung. "Akan ku ceritakan secara lengkap nanti, saat kita telah berkumpul semua."

"Hyung, aku minta Snack kentangmu itu ya? Terimakasih." Gyuvin mengambil bungkusan snack milik Zhanghao di tas besarnya. Tak menunggu dijawab ia telah merobek plastik dan memakannya.

"Vin, Aku bahkan belum menjawab apapun!" Zhanghao menggeleng melihat Gyuvin yang telah duduk diatas sofa memakan snack itu.

Taerae kembali fokus untuk menyembuhkan Yujin. Sebenarnya ia hanya perlu mengusap perlahan dan kekuatan itu akan mengalir sendirinya. Tetapi sesuatu hal yang membuat dirinya seperti sedikit tertarik untuk menyelam ke tubuh Yujin. Sekelebat bayangan Yujin terlihat di netranya.

Yujin berdiri di depan sebuah rumah tua. Ia mengulurkan satu tangannya ke depan. Tidak ada yang aneh dari yang ia lihat. Namun ketika ia melihat rumah tua didepannya, tepat didepan Yujin terdapat Riwoo menyeringai ke arahnya. Ia memegang uluran tangan Yujin itu dengan cahaya gelapnya.

Ia mendadak teringat dengan kalimat yang diucapkan Jaehyun. Yujin akan diambil alih oleh roh jahat. Jika ia mendapatkan Yujin maka ia akan semakin kuat sedangkan dirinya akan semakin lemah.

"Han Yujin!" Taerae refleks menggerakkan kakinya, berlari menuju Yujin. Ia menarik tangan lain milik Yujin ke arahnya. Sekuat tenaga ia menarik tangan itu agar menjauh dari genggaman roh jahat.

Sepertinya kali ini Riwoo tidak akan meremehkannya lagi. Ia menyalurkan cahaya hitamnya lewat tubuh Yujin untuk melukai tangannya yang sedang berusaha menarik Yujin. Taerae sedikit merintih kesakitan saat cahaya hitam itu seperti menyayat kedua tangannya. "Yujin! Sadarlah!"

Sekeras apapun Taerae berteriak, Yujin seperti telah tuli. Matanya berwarna hitam sepenuhnya. Tetapi Taerae tidak akan menyerah begitu saja. Ia tetap menarik satu tangannya sekuat tenaga. Ia berusaha untuk mengalahkan dominasi dari Riwoo atas Yujin dengan kekuatannya.

"Aku mohon Yujin..." Setelah ia mengambil alih atas Yujin. Taerae menarik dengan sisa kekuatannya. Melepas genggaman Riwoo dari tangan satu tangan lain milik Yujin. Ia terjatuh ke tanah bersama tubuh Yujin yang menindihnya.

At the end of the time || ft. ZeroBaseOne ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang