2

97 13 45
                                    

"Ah, kenapa sulit sekali menemukannya.."

Seorang gadis sedang merayap mengitari perkebunan sawi. Pakaiannya sangat kotor karena ia telah lama menaruh diri di tanah. Lucu sekali, seperti seekor kecoa.
....
Ya, gadis itu adalah aku.

Aku hampir menyerah untuk mencari seekor kadal, namun aku yakin ini baru berlalu hanya beberapa menit. Akademi memiliki waktu istirahat yang cukup panjang. Jam istirahat disini sekitar empat puluh lima menit. Yah, menurutku itu hal wajar, karena kami juga tidak pulang ke rumah.
...
Aku harap aku mengetahui trik mencari kadal dengan benar, karena saat ini aku tidak melihat kadal satupun. Maafkan aku, kakak.

"Fuu.." aku bangkit untuk duduk, menggunakan sihir untuk membersihkan diri karena pakaianku kotor sekali. Lebih sedihnya karena tidak ada satupun hewan melata yang kulihat selain ulat dan beberapa serangga. Ulat bukan kategori yang diizinkan oleh kakak.

Waa, aku ingin menangis saja rasanya...

Aku berpikir ini akan membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak, jadi aku pergi ke area pepohonan.
....
Akademi juga memiliki area yang dipenuhi pepohonan. Wilayah ini ditanami berbagai jenis pohon, hampir seperti hutan, namun dalam skala lebih kecil. Ini dibuat untuk pembelajaran sekaligus pelestarian alam.
Aku memulai pencarianku dari sebuah pohon belimbing yang buahnya sudah hampir matang. Pohon ini mudah diamati dalam pencarian kadal karena batang yang ramping, namun sayangnya aku masih tak menemukan apa-apa.

Aku melanjutkan pencarian lebih jauh.
Berbagai pohon telah kuamati, namun aku masih belum menemukan apapun. Kakiku mulai lemas. Biasanya kadal pohon dapat ditemukan di tempat seperti ini, tapi aku tak menemukan apapun setelah mencari dan mengamati belasan pohon.
Waktu semakin berlalu, aku harus segera menemukan setidaknya satu, namun tidak ada satupun kadal yang kulihat. Pencarian diteruskan lebih dalam, bila masih belum ketemu, mungkin saat pembelajaran selesai aku akan menyisir seluruh pohon di akademi ini.

Saat tengah berjalan, ada langkah kaki terdengar dari belakangku.
Awalnya kupikir itu monster, namun seharusnya di wilayah akademi tidak ada monster mengingat tempat ini dibatasi tembok tinggi yang aman.
Aku terus berjalan dengan berpura-pura tidak tahu apapun, namun langkahnya semakin dekat.

M-mengerikan! Apakah itu penguntit?

Ah baiklah, siapapun itu maafkan aku karena aku akan menyiram dirimu dengan air.

Kukumpulkan mana di tangan kiriku untuk menciptakan kumpulan partikel air dalam waktu kurang dari satu menit. Aku berbalik ke belakang dan menyiram seseorang. Aku ketakutan, jadi sihir air yang keluar barusan cukup dahsyat. Orang yang kusiram langsung tersungkur ke tanah.

Sebentar, ini kan-
....

"Haldir!?"

——————
Aku mengeringkan rambut panjang Haldir dengan sihir angin yang hangat dari tanganku, ia basah kuyup. Ia duduk di rerumputan dengan melipat kakinya sembari kukeringkan. Aduh, bagaimana ya.. aku jadi merasa agak bersalah nih. Tapi dia juga tidak memberitahu kalau dia ada di belakangku, jadi aku cemas.

"Ah, kau menakut-nakutiku saja... kenapa tidak memanggilku tadi?"
....
"Hei, kenapa kau tidak mau berbicara padaku sih?"
....
"Kau marah padaku ya?"
....

Haldir hanya diam ketika ditanya, pada pertanyaan terakhir, ia hanya merespon dengan menggelengkan kepala. Sejak awal bertemu dengannya aku memang belum pernah mendengar dia bicara. Anak ini kenapa sih?! Bisu? Angkuh? Sombong, atau bagaimana?! Dasar kaum elf! Jangan menjadi sombong karena kalian lahir sedikit lebih pintar dari manusia! Huft-
...

Tapi.. tunggu dulu, sungguh.. dipikir pikir...
....

Ah, astaga...
Sepertinya aku mengerti sekarang.

Ashina; Physician's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang