(BAB 17) Teman Perjalanan Baru

71 14 6
                                    

Benedict adalah seorang manusia bayang-bayang yang terlahir buta.
Ibunya meninggal setelah melahirkannya, dan setelah satu tahun, ayahnya mati karena dibunuh oleh manusia di permukaan.
Ia tinggal bersama kakeknya yang seorang seniman.

Sejak kecil, Benedict banyak mendengar cerita dari kakeknya tentang dunia luar yang indah. Walau tidak dapat melihat, ia percaya suatu saat dapat berada di sana.
Pergi keluar menjadi mimpinya. Suatu mimpi yang mustahil.

Karena dibesarkan oleh seorang seniman, sekarang Benedict mengikuti jejak sang kakek menjadi seniman.
Di usia lima tahun, Benedict menyadari bahwa ia dapat menggunakan sihir, ia belajar dengan keras bersama kakeknya hingga mencapai tingkat menengah.
Seni, sihir, menajamkan indra, hingga di usia sepuluh tahun dirinya mendapatkan berkah dimana ia memiliki kemampuan dapat membaca pikiran dan melihat masa depan.
Kemampuan ini tak pernah ditunjukkan kepada siapapun. Hanya dirinya, dan sang kakek yang mengetahuinya.
Kakeknya selalu melindungi dirinya.

Hingga suatu saat...
Terjadi penyerbuan di desa yang dilakukan oleh komplotan petualang yang tengah mengerjakan misi.
Kakeknya adalah salah satu yang tertangkap. Benedict tahu akan hal itu, ia tahu bahwa ia akan selamat, namun apapun cara yang dilakukan, ia tetap saja akan kehilangan kakeknya. Maka Benedict menyiapkan diri.
Namun jauh di dalam hatinya..
Ia memiliki ketakutan yang besar.

Saat bersembunyi dari para petualang itu, mereka hampir ketahuan. Namun kakeknya menyerahkan diri kepada mereka tanpa ragu.
Saat itulah dirinya kehilangan sang kakek.

Benedict tak berdaya.
Ia selalu berharap untuk mati, namun usahanya bunuh diri tak pernah berhasil.
Benedict sendiri tahu, ia memang belum ditakdirkan mati. Dan kematian adalah takdir yang tak pernah bisa diubah.
Ia putus asa, membiarkan dirinya kelaparan dan kehausan selama berhari-hari.

Sampai suatu ketika..
Ia mendapatkan penglihatan...
Bahwa dirinya akan mengembara di dunia luar bersama seorang penyelamat kehidupan.

Penglihatan batin itu membuat harapan hidupnya kembali.
Ia mengingat mimpinya untuk pergi ke dunia luar.
Ia memulai hidupnya sekali lagi, walau sebatang kara. Menunggu sekian tahun akan kedatangan orang itu.

Hingga hari ini, Ashina datang.
Baginya ini satu-satunya kesempatan.
Dan dirinya ingin menjadi sebuah pembuktian bahwa kaumnya bukanlah sebuah teror bagi kedamaian manusia.

——————
"N-naa.. jadi... begitulah. Ashina, kali ini aku yakin.. kau akan menjadi jalan untukku dan kaumku agar kami tak dibenci oleh manusia-manusia lain.." Benedict menggenggam kedua tanganku dengan erat. Tangannya dingin dan gemetaran.
...
Ah..
Bagaimana ya...

"Ashina, kurasa.. dia bisa bermanfaat untukmu yang sihir dasar saja masih kesusahan."
Jangan aneh-aneh Aruka, aku sedang serius.

Aku memperhatikan Benedict sambil berpikir.
Pertama-tama, dia buta. Sebenarnya aku tahu bahwa dirinya telah sangat terlatih menggunakan indranya. Dari caranya berjalan dan merespon, tidak ada yang membuatnya terhambat. Jadi, itu bukan masalah..
Tapi..

"Benedict, kau pernah keluar sebelumnya?" Kulontarkan pertanyaan ini. Aku belum mendengar cerita tentang dirinya yang menginjak permukaan luar.
Masalah genetik ini tidak main-main, aku tak mau membuatnya menderita karena perjalanan di permukaan.

"Belum.. ta-tapi! Aku telah menyiapkan banyak hal! Aku sengaja membuat pakaian ini, juga terus menajamkan indra dan sihirku! Kumohon, percayalah.." dirinya kembali berbicara dengan lantang.
...
Rupanya anak ini keras kepala ya~

"Yaah.. Aruka, bagaimana menurutmu?" Aku melemparkan pertanyaan ini pada Aruka, sesungguhnya aku berharap dia menolak Benedict.
Bukan karena dampak untukku, namun demi kebaikannya sendiri.

Ashina; Physician's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang