Di hadapan Akuji yang mengangkat kedua tangannya ketakutan, kepalan tangan Jinwoo terangkat tinggi sembari dicekalnya erat kerah leher si pirang. panik mendera semua mata yang memandang, khawatir akan terjadinya perpecahan kala bahkan Akuji sudah mereka anggap kawan.
tak satupun dari mereka mau ataupun mampu menghentikan ketegangan yang ada, sampai pada akhirnya, atensi mereka direbut oleh sebuah suara, "Brengsek.. di saat yang lain sibuk berkorban demi keselamatan kalian.. kalian para pecundang malah sibuk bersenang-senang." itu Kim Chul yang datang berseragam luka, lemah dan nampak setengah mati kesalnya.
"Kami yang di garis depan nyaris mati karena kelaparan dan kekurangan peralatan.. tapi kalian malah menimbun sebanyak ini untuk diri kalian sendiri!?" nada suara Kim Chul meninggi, dan yang lain mulai makin tertekan dengan energi manusia-manusia kuat yang sedang berapi-api karena tersulut emosi.
Kim Chul mengangkat tangannya, menunjuk pada tiap-tiap kepala dengan amarah yang melukis wajah, tinggi suaranya semakin mengancam kala ia berkata, "Siapa..? Siapa dari kalian yang dengan egois sudah menyimpan persediaan sebanyak ini hanya untuk diri kalian sendiri dan membiarkan yang lainnya mati!?"
suaranya sarat akan amarah dan frustasi. itu menggangu semua orang--khususnya Akuji yang tidak tahu-menahu mengenai alasan yang membuat mereka berakhir pada keadaan ini.
"Akan kuhitung sampai tiga! jika masih tidak ada yang mengaku, kuanggap kalian semua pelakunya!" iris itu bergejolak marah kala Kim Chul memulai hitungannya, "satu.."
cengkraman pada kerah leher Akuji dilepaskan, dan perhatian Jinwoo kini benar-benar teralihkan. terlebih karena Kim Chul kini menatap tajam pada salah satu rekan timnya--seolah-olah menyiratkan bahwa dia sudah menetapkan target untuk di salahkan, yaitu Heejin, healer tingkat B yang memang pantas dituduh sebagai provider karena rank-nya merupakan yang tertinggi dalam tim.
"..dua.." Kim Chul melanjutkan hitungannya, 'Pasti dia..'
pun belum juga angka tiga di raihnya, Akuji sudah lebih dulu tersentak karena Jinwoo yang tiba-tiba muncul dan menghempaskan Kim Chul ke udara dengan satu pukulan ringan saja.
"Tiga.." adalah satu-satunya kata yang keluar dari mulut si penilik iris violet tepat setelah tubuh Kim Chul dilambungkannya.
dan Akuji terdiam di sana, dengan mata membola dan senyum yang mengindikasi kekaguman luar biasa terhadap gerakan hingga damage tak selaras yang baru disaksikannya.
"Gila.." Akuji berbisik pada dirinya sendiri, kekagumannya terhadap kekuatan Jinwoo ternyata tanpa sengaja didengar oleh Song-yi yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Kau harus lihat bagaimana caranya membunuh seekor ice bear dalam sekali pukul siang tadi." ujar Song-yi, yang kemudian ditambahi dengan bisikan kecil di akhir kalimatnya sendiri: "Meski ditimbang dengan ukuran kekuatan manusia yang tidak masuk akal sekarang ini.. kekuatan Kak Jinwoo itu masih.. tidak manusiawi."
mendengar cerita barusan, Akuji mengangkat alisnya penasaran. pun dengan tangan yang dilipat di depan dada, ia menghampiri si gadis untuk mendengarkan lebih banyak soal si pemilik iris violet yang telah menarik perhatiannya.
"S-ranker?" Akuji bertanya memastikan, sedikit membungkuk ke arah Song-yi agar hanya mereka yang bisa mendengar percakapan antara satu sama lain.
namun kala gelengan itu diterimanya, mata si pirang langsung membola.
"Aku pikir orang yang baru melihatnya tanpa tahu fakta sebenarnya juga akan berpikir begitu, tapi Kak Jinwoo itu sebenarnya ada di rank E. seperti aku."
"tidak mungkin." Akuji membalas. "Kalau yang seperti itu saja masuk rank E di korea itu berarti--"
belum juga Akuji berhasil menyelesaikan kalimatnya, perhatiannya lagi-lagi teralihkan pada Jinwoo yang sedang menatap tajam ke arahnya. namun alih-alih melanjutkan keributan setelah disingkirkannya Kim Chul yang sempat mengganggu cek-cok mereka, Jinwoo malah terus menatap ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
" Blatherskite " [ Sung Jinwoo x Readers/Male OC ] [ BL ]
FantasyBagaimana jika Tuhan yang kalian kenal sebenarnya rela mati untuk ada di antara kalian? si maha besar pemilik raga dan pikiran, menukar kekuasaan atas takhta yang maha agung demi merasakan sedih dan kehancuran dari konsep yang Ia ciptakan, menghanta...