"Aku tak mau terlarut dalam dunia fiksi mu"
-Alora
•••
Satu minggu berlalu, keadaan Lora mungkin bisa di bilang cukup buruk? karena ia seperti orang yang tidak makan selama beberapa hari dan tidak tidur beberapa hari. Tetapi itu memang benar.
Memang, setiap hari Renan selalu menemui Lora, namun hanya satu kali sehari, selebihnya tidak. Karena minggu ini Renan sangat sibuk, ia membantu perusahaan Ayahnya yang saat ini sedang naik-naiknya. Dan jangan lupakan, ia juga selalu giat belajar. Renan bukan siswa ambisius untuk mendapatkan nilai tertinggi, namun tujuannya itu untuk mendapatkan bunga dari perempuan yang di sayanginya, tau kan siapa dia? Alora.
Renan terus mengingat perkataan Lora waktu itu, "Kalo kamu dapet nilai bagus, pas lulus nanti Lora kasih bunga deh.." Mungkin bagi sebagian orang mengira itu adalah hal konyol, belajar, belajar dan belajar demi mendapatkan sebuah bunga.
Kamu pasti berpikir, "Bunga tinggal beli atau metik" hei, tahu kah kamu? suatu pemberian dari orang spesial akan menjadikan sesuatu itu istimewa. Walaupun itu hanya setangkai bunga, bukan sesuatu yang berharga.
Hari ini adalah hari terakhir Renan ujian.
Satu minggu ini juga mungkin Renan tidak menyadari bahwa ponsel yang dirinya berikan kepada Lora sudah tidak ada di tangan Lora.Terkadang Renan ingin menghubungi Lora atau hanya sekedar mengirim pesan, tetapi Renan lebih memilih untuk langsung menemui Lora. Di satu sisi Renan sadar, pagi sampai siang ia sekolah, sore sampai menjelang malam ia bersama sang Ayah belajar bisnis, di malamnya memang tidak ada lagi kegiatan selain belajar, namun di malam itu Lora kerja, dan Renan tidak ingin mengganggunya.
•••
Tepat pada malam hari ini, Renan ingin menyampaikan sesuatu kepada Lora, dan malam ini juga Lora sudah selesai bekerja.
Renan mengajak Lora ke salah satu taman di Jakarta, dan untungnya Lora mau, biasanya tidak.
Taman ini tidak seramai taman yang lainnya, mungkin karena sudah terlalu malam, Renan dan Lora tidak melihat orang lain ada di sekitarnya.
Kini mereka duduk berdua, namun malam ini tidak seperti biasanya, karena Lora terus terdiam. Dan jika di lihat-lihat tubuh Lora semakin kurus juga dengan wajah yang tidak ada ceria-cerianya, wajahnya terlihat lelah.
"Ra?" panggil Renan.
Tidak ada sahutan, Renan pun lantas memegang tangan yang terasa dingin milik Lora.
Lora menengok ke arah Renan dengan menaikan alisnya."R-ra?" panggil Renan lagi, padahal Lora sudah menatapnya.
Iya, sekarang Renan sadar. Minggu ini ia tidak memperhatikan keadaan Lora, ia terlalu sibuk dengan dirinya sendiri, Renan sakit. Ralat, ia ikut sakit. Sakit melihat Lora, perempuan yang ia sayangi menjadi seperti ini. Renan merasa sangat bersalah, ia pun langsung memeluk Lora.
"Kenapa, Renan?" suara lirih Lora semakin membuat Renan sakit.
"Ra, maaf Ra. Maaf" ucap Renan, ia merasakan tubuh Lora bergetar seperti tengah menangis.
"Lo kenapa? apa yang udah terjadi?"
"Gua.. Gua ngerasa bersalah, Ra!" ucap Renan, ia semakin mempererat pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALORA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction"Aku sedang menutup diri hingga lupa jati diri mana yang sedang ku perankan"