Semua menu di kumpulkan di atas nakas yang sudah di siapkan panitia. Sandila dan kawan-kawan hendak menaruh tampan di nakas namun kaget dengan tatapan dari Yusuf pada Sandila. Tatapan tajamnya yang teduh dan sikapnya yang biasa saja, sungguh membuat yang di tatap pun menjadi risih.
Songong banget ini orang, apa sih sinis banget.
"Kita taruh di sini aja" ucap Meyza menyadarkan Sandila
"Hah iya" ucapnya gelagapan
Ayam bakar Sakema Menggoda dan Es Cinle Maknyuss pake dua s. Itulah menu kebanggaan mereka. Lucu nggak sih.
Semua menu sempurna di letakkan di atas meja. Barisan meja penuh dengan berbagai macam jenis masakan dan juga minuman. Pasti juri yang mencoba masakan itu akan merasa kenyang karena melihat menu yang banyak dan juga rasa yang bereda-beda, bagaikan restauran bintang 5, yang hanya tinggal pilih menu tanpa dibayar.
Semua kelompok kembali ke tempatnya masing-masing. Menunggu hasil penilaian dari juri dan setengah jam kemudian mereka akan diberitahukan siapa pemenang masakan kali ini. Semua kelompok di berikan waktu untuk makan siang dan juga istirahat sejenak, karena nanti akan ada lagi pengenalan kampus dan juga lomba lagi.
Peserta MPLS bubar ke posko masing-masing. Ada yang pergi keluar kampus, ada yang ke kantin dan ada juga yang tidur.
Berbeda halnya dengan Sandila dan Arlin, mereka berdua pergi ke kamar mandi untuk wudhu dan melakukan sholat Dhuha lagi.Setibanya di mushalla mereka langsung mengambila air wudhu dan langsung mengambil mukenah dan langsung memakainya. Mereka mekaksanakan sholat Dhuha.
Setelah sholatnya selesai, mereka langsung ke posko untuk mengambil nasi dan membuat nasi goreng. Di tengah perjanalan mereka bertemu dengan Yusuf.
Yusuf memandang Sandila dan Arlin, kedua wanita itu terlihat setelah melaksanakan sholat. Yusuf senyum ke arah Sandila dan juga Arlin. Kedua sahabat itu saling kikuk, kenapa dosen itu mau memperlihatkan senyumnya pada mereka berdua.
Kesambet hantu
"Tunggu, saya ada dua nasi untuk kalian berdua. Dimakan ya"
"Hah?" Ucap Arlin kaget
"Nggak usah" timpal Sandila
"Nggak papa ambil aja, tadi saya beli lebih untuk teman. Ternyata dia sudah pulang. Jadi ini untuk kalian aja"
"Kami ada kok nasi"
"Sayang banget nasinya. Nggak papa kalian ambil aja makan bareng-bareng sama teman, gimana?"
"Hmmm. Udah deh San ambil aja"
"Kamu ni, nggak boleh ambil sembarangan pemberian orang"
"Inikan dosen kalian" ucap Yusuf menimpali
"Yaudah iya, makasih" ucap Sandila mengambil kresek yang berisi nasi dua bungkus itu.
"Makasih pak" ikut Arlin
"Sama-sama. Yaudah saya kebawah dulu"
"Iya" balas Arlin
Sandila hanya diam, menyaksikan tingkah laku Yusuf yang semakin aneh. Perasaan waktu Yuusf tabrakan dengan Arlin dia begitu arrogant lah kenapa sekarang dia jadi baik begini.
Yusuf pergi sesuai tujuan yang akan ia tuju, sementara kedua sahabat ini berjalan menuju posko untuk mengistirahatkan badan kemudian makan. Setelah sampai di posko mereka duduk, dan beralih pada nasi yang diberikan Yusuf tadi.
"Wahh enak banget makan nasi bungkus" ucap Yuli
"Eh, yuk kita makan" ucap Sandila yang mendapati Yuli baru saja habis dari kamar mandi bersama alat makeupnya yang banyak
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa Depan Menunggu
Dla nastolatkówSandila bukanlah wanita yang paling paham agama, pemahamannya hanya cukip untuk dirinya sendiri. Saat ini, dia diberikan kedilemaan dari almarhum ayahnya. Masih dengan pesan terakhir dari sang ayah, agar Sandila menikah dengan pilihannya. Lelaki pil...