10. Jujur ke Arlin

5 2 0
                                    

🌾Masa lalu masih mengingatkan aku pada bahagia yang sama. Namun masa depan menghantui diriku🌾

Sandila sudah menghabiskan nasi yang sudah disisihkan Arlin tadi. Nasi itu dibagi dua oleh Arlin agar tidak mubasir nantinya. Perut Sandila masih mual, namun dia tetap tidak bisa memuntahkan isi perutnya.

Tidak lama kemudian Sandila meminum Lasegar dan juga tolak angin. Untuk obat yang diberikan tim kesehatan tadi, akan dia minum beberapa jam kemudian.

"Sekarang jam berapa?" Tanya Sandila

"Jam 2 kurang"

"Lama juga ya kita disini. Yaudah yuk kita sholat habis itu kita istirahat"

"Iya ayuk"

Arlin membantu Sandila untuk berdiri, dia takut jika Sandila nanti pingsan lagi. Sebab dari matanya yang cekung membuat dirinya masih terlihat demam dan tidak fit untuk melakukan apapun.

"Aku bisa Lin"

Sandila melepaskan tangan Arlin yang berada di pundaknya. Dia merasa jauh lebih baik saat ini. Matanya sudah jauh lebih fresh dan terang dari sebelumnya. Alhasil dia mau berjalan sendiri tanpa dibantu sama sekali.

Mereka mengambil air wudhu dan segera melaksanakan sholat zuhur. Setelah usai melaksanakan sholat mereka melipat mukenahnya dan beralih ke tempat tidur tadi.

Sesuai permintaanya, Sandila menutut dirinya untuk tidur siang tanpa diganggu oleh siapapun. Dia meminta kepada Arlin agar mencunci ruang BEM supaya tidak ada yang masuk nantinya. Arlinpun mengunci pintu masuk ruangan.

"Kamu juga tidur ya lin. Manfaatkanlah waktu sebaik mungkin"

"Iya"

Sandila menutup matanya hingga ia benar-benar terlelap. Berbeda dengan Arlin, dia hanya menatap ruangan sekitar sambil sesekali melihat Sandila yang sudah tertidur pulas di depannya.

Bukannya Arlin tidak mau tidur, namun matanyalah yang tidak mau diajak kompromi untuk tidur sebentar. Padahal matanya sudah menahan kantuk juga dari tadi, tapi sayangnya dia masih saja terbangun. Alhasil dia gunakan untuk membaca novel yang ada di atas meja ruangan. Entah itu novel milik siapa, yang jelas Arlin tergerak hatinya untuk membacanya.

Arlin mengambil novel itu, kemudian membacanya. "Setulus Cinta Wahid" itulah yang cerita yang dia baca. Sebanyak 215 halaman harus dia tuntaskan hari ini targetnya.

"Minjam bukunya ya" ucap Arlin ke ruangan yang sepi itu.

Arlin membaca novel yang kini dipegangnya. Dia sangat fokus dengan alurnya sampai terbawa emosi. Arlin emosi dengan tokoh utamanya, dia sudah menjadi isteri namun masih tidak menghormati suaminya. Tokoh utama menginginkan cerai dari suaminya, dan dia beranggapan bahwa, jika saja nanti dia melaksanakan kewajibannya atau melakukan hubungan suami isteri maka anggaplah istrinya itu sebagai seorang pelacur.

"Kesel aku sama Annisa"

Arlin masih saja serius menelusuri novel itu, rasanya dia sangat berambisi menyekap Annisa sang tokoh utama untuk di berikan ceramah. Sebab menjadi seorang istri adalah anugerah yang diberikan untuk kehidupan, apalagi suaminya hafizh qur'an. Dia masih kesal membayangkan sikap Annisa yang susah diatur, bahkan wanita itu tidak mau menggunakan hijab karena dia ingin ayahnya masuk neraka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Masa Depan MenungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang