3. Berubah ? 💦

955 58 37
                                    

Semakin mudah untuk mengetahui kapan Mingi menginginkan seks. Bahkan tanpa aromanya yang menggoda, mata manusia itu hampir tampak bersinar dengan intens setiap kali mereka bertatapan. Dan saat ini adalah salah satu contohnya, si rambut merah berpaling dari makanan di piringnya dan malah menuju ke kamarnya dan membawa Yunho bersamanya dengan tatapan panasnya.

Namun ketika Yunho hendak mengikuti Mingi, Seonghwa menghentikannya dengan mencengkeram lengannya. Dia melihat ke arah cengkeraman itu sampai si vampir buru-buru menarik tangannya, tapi makhluk abadi itu masih bertanya, "Tidakkah kau menyadari perbedaan sikap Mingi?"

"Berbeda bagaimana?" Yunho bertanya, kesal karena mereka malah melakukan percakapan ini padahal dia bisa membuat Mingi berteriak di salah satu bantalnya.

"Berbeda seperti dia belum makan selama tiga hari, namun sepertinya masih memiliki cukup energi untuk melakukan sepuluh ronde lebih bersamamu sehari. Omong-omong, kita bisa mendengarnya lho," Hongjoong menimpali dari tempatnya duduk dengan gusar di sofa. "Aku paham sudah lama sejak terakhir kau jadi manusia, tapi percayalah saat kubilang itu bukan perilaku normal."

Yunho hanya bisa mengangkat bahu. Jika Mingi tak lapar, artinya dia tak lapar.

"Dan bagaimana denganmu?" Seonghwa bertanya padanya.

"Aku?"

"Kau seorang wendigo, dan sudah dua minggu sejak kau tidak makan siapa pun? Setidaknya? Namun kau tak terlihat kurus. Faktanya, kau terlihat lebih sehat dibandingkan pada malam pertama kami bertemu denganmu."

"Daging bukanlah satu-satunya hal yang menopang eksistensiku, aku bisa puas dengan apapun yang sangat kuidamkan," jelasnya. Dan saat ini dia mengidamkan Mingi, kebutuhan akan merasakan kulit manusia yang berkeringat di tengah rasa sakit di ulu hatinya yang menggerogotinya bak anjing dengan tulang.

Dapat dia akui sebelumnya dia tak menyadari bahwa hasratnya bisa terpuaskan dengan seks, tapi dia tak merasa kecewa dengan informasi baru tersebut. Sebaliknya, satu-satunya masalah nyata yang dia miliki tentang semua itu adalah harus terus mencari cara untuk menahan diri agar tak membunuh Mingi secara tidak sengaja dengan persetubuhan mereka. Meskipun manusia itu antusias, dan sangat bersedia, dia tetaplah makhluk yang rapuh.

"Hanya saja—coba suruh dia makan setelah sesi maraton berikutnya, ya? Kau bukan satu-satunya yang perlu makan untuk bertahan," kata Hongjoong sambil menghela nafas sambil bangkit dan menghilang ke dalam kamarnya, menyetel musiknya sekeras yang diizinkan tetangga manusia mereka.

Berjalan ke kamar Mingi secara bergantian, dia memikirkan tentang apa yang dikatakan kedua makhluk abadi tadi. Memang benar Mingi belum makan, tapi Yunho sudah melihatnya telanjang berkali-kali saat ini, dan bahkan, pria itu malah semakin lembut di tangannya, dagingnya kenyal dan penuh, dan sangat hidup.

"Kenapa lama sekali?" si manusia menggerutu dari tempatnya duduk telanjang di atas ranjang, kulit memerah dan sehat seperti biasanya.

"Maaf," katanya jujur, menanggalkan pakaiannya sendiri saat mendekat ke tempat tidur, Mingi menariknya ke arahnya dengan kekuatan yang mengejutkan hingga dia telentang dan menatap manusia cantik itu.

"Kurasa aku bisa memaafkanmu, tapi kali ini saja," goda Mingi, mengambil botol pelumas baru yang baru saja dibelinya karena mereka sudah menghabiskan dua botol pelumas terakhir.

***

Seminggu tak membutuhkan, apalagi menginginkan, makan makanan pokok telah mengakibatkan teman sekamar lama Mingi mendudukkannya di ruang tamu, Yunho di bawahnya saat Mingi duduk sambil bergoyang-goyang di pangkuannya. Apa pun alasannya, akhir-akhir ini Mingi akan merasakan rasa lapar yang tak tertahankan setiap kali dia tak menyentuh shifter beruang itu. Hanya saja-bukan untuk makanan.

Must Be More Dangerous 🔞 YungiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang