ִֶָ ꩜ʾ .⋆ Prologִֶָ ✧ ១

225 14 0
                                    

Sepasang remaja dengan sarung tangan berwarna senada itu berlarian di trotoar jalan dengan jaket tebal mereka, udara kota Seoul semakin dingin menandakan musim di penghujung tahun itu akan segera tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sepasang remaja dengan sarung tangan berwarna senada itu berlarian di trotoar jalan dengan jaket tebal mereka, udara kota Seoul semakin dingin menandakan musim di penghujung tahun itu akan segera tiba. Bahkan pengamat cuaca telah memperkirakan bahwa salju mungkin akan mulai turun esok hari.

"Finish!! Yeayy!!" Gadis dengan topi rajut bertuliskan Jia itu melompat-lompat girang di depan warung ramyeon.

"Naur way! Kamu curang." Anak laki-laki di sebelahnya tak terima, napasnya naik turun masih kelelahan.

"Heei akui saja. Sekarang traktir aku ramyeon dua porsi!"

"Tidak mau."

"Kan kita sudah sepakat."

"Tapi tadi kamu lari duluan."

"Lalu?"

"Tidak fair. Ayo bertanding ulang."

"Tidak mau." Jia melipat tangannya di depan dada.

"Ayolah."

"Tidak mau Sim Jaeyun jelek."

"Ngambek. Seperti anak kecil saja."

"Memangnya kamu sudah dewasa?"

Tak ada jawaban dari anak laki-laki berusia belasan tahun itu. Setelah mempertimbangkan selama beberapa detik, akhirnya lelaki Sim itu memilih mengalah.

"Baiklah aku traktir, tapi satu porsi saja," putusnya.

"Kenapa?"

"Kenapa apanya, ya agar kamu makan sewajarnya saja. Ayo!"

Gadis dengan bola mata coklat itu tiba-tiba terpaku menatap langit, pupilnya melebar bersamaan dengan senyumnya yang memekar.

"Lihat! Lihat!!" serunya antusias.

"Ada apa? Burung?"

"Bukan pabo. Itu! Salju pertama."

Melihat temannya hanya mengerutkan dahi tak mengerti Jia langsung berdecak. Payah.

"Kamu tau. Kata orang kalau kita berdoa ketika salju pertama turun, maka harapan itu akan dikabulkan," jelasnya.

"Oh, benarkah?"

"Ya." Gadis itu langsung mengepalkan tangan lantas menutup mata. "Aku ingin Sim Jaeyun debut tahun depan, dia sudah bekerja keras."

Sesaat si pemilik nama hanya terpaku, selanjutnya ia mengepalkan kedua tangan, menutup mata dan berbisik. "Aku ingin Park Jia debut tahun depan, dia harus bahagia."

Butir-butiran salju jatuh di antara kepalan jemari yang tengah merapalkan harapan. Keduanya kemudian terkekeh sebelum akhirnya melangkah menuju warung ramyeon yang telah diidam-idamkan.

Satu hal yang tak seorangpun ketahui, harapan yang mengudara tak semuanya mencapai langit, terkadang ada beberapa yang terpaksa gugur.

Lantas, kira-kira harapan siapa yang gugur?

.

.

Tbc..

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FIRST SNOW | Jake SimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang