꩜ʾ .⋆ 13. Today ✧ ១

41 4 0
                                    

Kembali dari Bangkok, alih-alih segera beristirahat di dorm Jake justru langsung berganti pakaian hendak bergegas ke apartemen pacarnya, Jia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kembali dari Bangkok, alih-alih segera beristirahat di dorm Jake justru langsung berganti pakaian hendak bergegas ke apartemen pacarnya, Jia. Rupanya rasa rindunya amat menggebu-gebu, padahal keduanya baru saja berbicara di telpon tadi malam--meskipun tak lama.

Hanya perasaannya saja atau suara Jia agak berbeda semalam, apa mungkin kelelahan. Katanya ada banyak hal yang ingin diceritakan pada Jake, tetapi nanti, setelah mereka bertemu. Itu membuatnya semakin kepikiran.

"Hyung mau ke mana?" tanya Jungwon menemukan lelaki lebih tua darinya itu sudah akan pergi lagi.

"Eei penasaran yaa," jawab Jake bercanda sembari menahan keseimbangan karena sedang mengikat sebelah tali sepatunya.

"Dilihat dari ekspresinya sih pasti mau bertemu Jia nuna. Memangnya sudah mandi?"

"Sudah lah." Jake kembali berdiri tegak setelah kedua sepatunya berhasil terikat. "Semalam," lajutnya terkekeh.

"Hyung kan harus beristirahat. Kalau manager-nim tanya bagaimana?"

"Jawab saja seperti biasanya, okay? Aku akan kembali sebelum makan malam. Daa Jungwonie!"

Jake tiba di apartemen perempuan itu lima belas menit kemudian. Setelah menekan bel di pintu beberapa kali dan tak kunjung mendapat jawaban, lelaki itu akhirnya memutuskan menekan password agar segera masuk.

"Jia-ya!" panggilnya sembari membuka sepatu dan melepas masker.

Tak ada jawaban.

Jake melangkah menuju pintu kamar, kemudian menemukan secarik kertas tertempel di sana. Diambilnya kertas tersebut.

Jake, jadwal ujian penggantiku mendadak diubah menjadi pagi ini. Maaf, batrai ponselku habis tadi pagi, jadi tidak sempat mengabarimu. Beristirahatlah di kamar, kamu pasti lelah. Kalau lapar, panaskan saja makanan dengan microwave. Aku akan segera kembali. Aku mencintaimu.

Jia xx

Napas Jake terhembus pelan.
Sedikit kecewa karena ternyata pertemuan mereka harus tertunda sesaat. Namun, tidak apa-apa. Ia hanya berharap ujian Jia lancar kali ini.

Mengisi segelas air putih, lelaki itu lantas melangkah menduduki sofa besar di depan televisi milik Jia. Diletakkannya gelas berisikan air tersebut di atas meja kemudian mengeryit menyadari betapa berantakannya meja tersebut.

Buku-buku tebal bertumpuk, kertas-ketas penuh coretan, tiga gelas bekas kopi, laptop yang belum tertutup dengan benar. Tidak seperti biasanya. Sepertinya ia sangat bekerja keras untuk mendapatkan nilai bagus.

Jake bangkit membawa semua gelas ke tempat pencucian, mencucinya hingga bersih. Menumpuk buku kuliah Jia menjadi satu untuk disusun di rak buku sudut ruangan. Semua kertas ia masukkan ke dalam map, kemudian mengelap meja hingga mengkilat.

Diteguknya setengah air dalam gelas kemudian membaringkan tubuh di sofa,  diraihnya laptop Jia hendak menutupnya dengan benar, tetapi tampilan pada layar laptop membuat Jake seketika terduduk.

Ia menggeser kursor ke bawah.
Apa-apaan ini?

Jia hendak menjual apartemen ini.

***

Jia melangkah masuk ke ruang ujian dengan lunglai, bahunya sakit karena tertidur dengan tangan terlipat kaku di atas meja. Kepalanya pusing, kakinya lemas.

Ia berangkat dengan terburu-buru karena nyaris kesiangan.

"Yak. Jia-ya, gwenchanayo? Wajahmu pucat sekali." Youngji ternyata juga harus mengulang ujian, di hari yang sama.

Sejujurnya Jia masih kesal dengan temannya itu, karena telah seenaknya menyebarkan informasi tentangnya kepada senior Kim Hanbi.

"It's okay," jawabnya singkat, dibalas tatapan tak meyakinkan dari Youngji.

Memang benar, ia hanya tidur sekitar satu jam saja tadi malam. Menegak kafein membantunya melek semalaman, tapi efeknya ternyata baru terasa pagi harinya.

Ujian baru dimulai sekitar tiga puluh menit, Jia bahkan belum berhasil menjawab seperempat dari jumlah soal, tetapi kepalanya sudah terasa seperti diputar-putar. Pandangannya buram, Jia menatap telapak tangannya yang tremor.

Tatapannya beralih, hendak memanggil Youngji yang duduk tak jauh darinya. Namun, belum sempat kalimat tersebut keluar, tubuh Jia terasa ringan bersamaan dengan pandangannya yang berubah hitam. Setelahnya ia tak mengingat apapun.

.

.

Tbc..

FIRST SNOW | Jake SimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang