7. Don't Worry About Me

26 4 0
                                    

"Ben! Kau bisa diam tidak sih?!" Rutukan kesal yang ia berikan kepada pria bermarga Zeferino ini yang terus mengoceh tidak jelas kepada dirinya.

Setelah pulang sekolah, mereka berdua jadi pergi untuk belajar bersama. Tapi, sebelum mereka belajar bersama, ia memutuskan untuk pergi ke mall terlebih dahulu. Sedangkan Ben sendiri tidak bisa membantah, karena perjanjian yang telah mereka berdua buat.

"Bagaimana aku tidak mengoceh, kalau cara menyetirmu sangat tidak baik untuk keselamatan nusa, dan bangsa!" Protesan yang masih Ben berikan, yang masih saja membahas masalah cara menyetir wanita yang ada disampingnya ini.

Bagaimana tidak memprotes, kalau cara menyetir Brianna ini seperti cara dia balapan. Dia yang terus menginjakan pedal gasnya, seakan tidak ada rem di mobil milik pria ini. Disepanjang jalan juga banyak yang meneriaki, serta memaki dirinya, karena cara menyetirnya. Untung saja di sepanjang jalan tidak ada polisi.

"Ya tapikan kau selamat sampai tujuan. Gak ada yang lecet kan?!" Protes balik yang langsung ia berikan, akan protesan yang diberikan pria ini. Baginya, yang terpenting selamat sampai tujuan.

"Iya aku tau. Tapikan--"

"Bisa diam tidak?! Disini aku ingin bersenang-senang, bukan ingin mendengar ocehan yang keluar dari mulutnya!" Potongnya, yang langsung menangkup mulut pria yang ada disampingnya ini yang terus mengoceh.

"Iya, iya! Lepaskan tanganmu!" Final Ben, yang akhirnya memilih untuk pasrah dan mengikuti ucapan wanita yang ada disampingnya. "Kau mau makan apa?" Tanyanya, mengalihkan obrolan mereka.

Brianna pun langsung berfikir sejenak mengenai makanan yang ingin ia makan. Karena baginya makan bukanlah hal yang dapat dimainkan. "Kau yang akan membayarnya, bukan??" Tanyanya, yang langsung menatap pria yang ada disampingnya ini dengan aegyo andalannya.

"Baiklah. Aku yang membayar." Lagi dan lagi dia hanya bisa pasrah dengan permintaan yang diberikan wanita yang ada disampingnya ini. Terlebih doktrin ibunya yang selalu berkata bahwa tidak boleh membiarkan perempuan membayar, apabila sedang jalan bersama dengan dirinya.

Dan Brianna yang mendengarnya pun langsung tersenyum senang. Dirinya langsung menarik tangan pria ini menuju restaurant pizza. Sampai di restaurant pizza, mereka berdua langsung duduk di tempat yang telah di tunjuk pelayan. Ia juga langsung memesan makanan yang tidak bisa dibilang sedikit.

"Kau bakalan habis?" Tanya Ben, yang saat ini tengah menatap wanita yang ada dihadapannya ini dengan tatapan tidak yakin. Sedangkan dia malah terkekeh terus menggelengkan kepalanya.

Ben yang melihatnya pun langsung mendelik. "Terus siapa yang akan menghabiskan makananmu?" Tanyanya.

"Tentu saja kau! Bukankah aku sudah bilang kepadamu bahwa jangan ikut memesan? Gunanya aku membawa kau kesini untuk apa?" Seruan yang ia berikan dengan sangat enteng.

Helaan nafas kasar keluar dari hidung Ben. Lagi dan lagi, ia hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan pasrah.

"Eum, Ben. Kenapa kau mau menjadi mentorku?" Tanyanya, dengan tatapan yang menatap pria yang ada dihadapannya ini dengan penuh penasaran.

"Karena disuruh." Jawaban singkat yang Ben berikan tanpa berfikir terlebih dahulu. Karena memang itu buktinya. Karena dia disuruh oleh gurunya secara langsung.

(NEVER) LOSE - RENNINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang