5. Because of Racing

35 4 0
                                    

"Itu dia!" Seruan yang Nakula berikan, ketika melihat lawan temannya ini sudah menampakan hidungnya. Sontak perkataannya membuat ketiga temannya langsung menoleh secara serempak.

'Tch, wajah itu ingin sekali aku robek.' Batinnya, ketika melihat wajah angkuh Zavasz.

"Hi Brianna, long time no see." Ujar Zavasz, menatap wanita yang sangat ia kenali. Wanita yang menjadi rival terkuatnya kala itu.

Brianna yang mendapat sapaan seperti itu hanya mendecih, dan memutarkan kedua bola matanya malas.

"Kau mengenalnya?" Tanya Bara, menatap kekasihnya dengan tatapan penuh kebingungan dan juga penasaran.

"Dia rivalku sewaktu di Busan." Sahut Zavasz.

"Wuaah, lalu bagaimana hasilnya?" Tanya Askara yang sangat tertarik dengan obrolan ini.

"Aku kalah dan dia menang." Acuh Savazs.

Baru saja Askara ingin menyahuti perkataan pria ini, namun diurungkan karena suara Arbani Hermawan atau yang sering dipanggil bani ini sudah lebih dulu mengintrupsinya. "Oke! Bara dan Zavas, kalian langsung masuk barisan." Ujarnya.

"Hati-hati, dia licik, Bar." Peringatan yang ia berikan akan lawan kekasihnya malam ini.

Bara mengerti peringatan kekasihnya. Ia langsung mengambil tangan sang kekasih untuk di genggam olehnya. "Kau tenang saja. Aku akan menang." Serunya.

Sedangkan ia langsung mendecak, menoyor sang kekasih, setelah mendengar ucapan kekasihnya. "Ini bukan masalah menang atau kalah! Itu sudah biasa untukku! Aku ingin kau kembali dengan selamat. Dia itu sangat licik, Batara Helios!" Peringatnya yang seketika cemas.

Bara terkekeh, mengusak surai rambut kekasihnya. "Tenang saja. Aku akan kembali dengan selamat, dan dengan kemenangan." Ujarnya, lalu mulai masuk kedalam barisan.

"Aku mau taruhannya ditambah!" Teriak Zavas ketika mereka masuk ke dalam barisan.

"Bagaimana, Bar? Apakah kau setuju?" Tanya Bangchan. Tanpa ragu Bara menganggukkan kepalanya.

"Oke, kau mau ingin apa?" Tanya Bani, menatap Zavas.

"Aku mau wanita itu." Seru Zavas, seraya menunjuk Brianna sebagai tambahan taruhan mereka malam ini.

Bara mendesis, ia segera turun dari motornya, dan menendang tulang kering Zavas. "Anjing! Dia bukan taruhan!" Makinya kepada pria yang dengan beraninya memasukkan kekasihnya ke dalam taruhan.

Brianna yang mencium bau-bau keributan, ia pun langsung memisahkan kekasihnya. Ia langsung menggenggam tangan sang kekasih. "Sayang, jangan terpancing muslihatnya." Peringatnya.

"Ck! Kenapa? Kau tidak mau? Kalau kau tidak setuju, berati kau kalah sebelum bertanding." Seru Zavas dengan tatapan angkuhnya.

Bara mendecih. "Oke! Tapi kalau aku menang? Semua yang ada di dirimu serta motor kesayanganmu jadi milikku! Kau harus pulang dalam keadaan telanjang bulat! Bagaimana?" Tantang balik yang ia berikan.

"Kau gila?!" Sentak Zavas yang tidak setuju akan tawaran yang diberikan pria yang ada dihadapannya, yang menurutnya sangat gila.

Bara hanya mengedihkan bahunya acuh. "Ck! Kenapa? Kau tidak mau? Kalau kau tidak setuju, berati kau kalah sebelum bertanding." Balasnya, mengulang perkataan Zavas tadi.

Dengan dengusan kasar, Zavas akhirnya menyetujui pertaruhan gila pria yang ada dihadapannya ini. "Oke!"

"Oke! Taruhan telah diubah! Pertandingan bisa dimulai!" Ujar Bani, setelah mereka berdua mencapai kesepakatan.

"Kalian siap?" Tanya seorang wanita yang tengah berada di tengah Bara dan Zavas, seraya membawa sebuah bendera.

Baik Bara maupun Zavas, mulai menggeberkan motornya sebagai jawaban.

(NEVER) LOSE - RENNINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang