1 (Terjerumus)

7.6K 38 1
                                    

Sembari menangis gadis remaja SMP tersebut masih berusaha mendorong dada bidang lelaki tak tau diri di atasnya kini. Namun semakin Ranisa melawan, semakin terasa pula sodokan di dalam kewanitaan nya terasa. "Diam, dan nikmati saja, gadis cantik dan seksi ku" begitu bisik sang ayah ketika Ranisa berusaha mendorong nya.

"Aah hiks lepas, sakit ayaah hiks..."

"Ini hanya awal, makanya sakit" Gelan Wijaya, nama ayahnya yang kini tengah melayang merasakan nikmat yang ia rasakan sendiri sembari terus menerus menghujamkan keperkasaan nya terhadap Ranisa yang menangis karena kesakitan.

Tak lama lelaki 42 tahun itu menyunggingkan senyum smirk yang seram, menatap putri cantik nya mulai melemah dan terlihat merasakan sensasi yang berbeda, Ranisa tak berdaya, ia sungguh sudah lemas, sudah tidak ada perlawanan, namun kedua tangan nya masih di pegang di atas, dengan buah dada yang menggoyang goyang seiring dengan gerakan di dua belah pahanya.

Tidak di sangka ia berakhir seperti ini, di tangan ayahnya sendiri, berawal dari dirinya yang baru saja keluar kamar mandi, langsung di hadang sang ayah di depan pintu, lalu mengangkat dan melemparkannya ke kasur, Ranisa lupa mengunci pintu kamar nya, lagipula biasanya juga tidak di kunci.

"Aah sayang ku, enak sekali, vagina mu sangat sempit, ayah suka!"

"Ahh ayaah, ahh ahh berhenti Rani mau pipis"

"Sama sama sayang!"

"Aargghh ouhh, enak sekali sayang "

"Hiks, sakit ayah" ucap Ranisa sembari me ngelap air matanya yang sudah sangat banyak.

"Bagaimana rasanya Rani?" Sang ayah membaringkan diri bertumpu tangan kanan di samping Ranisa yang kini meneguk ludah kelelahan dan haus, ada satu jam ia merasakan berbagai macam sensasi yang tidak pernah ia alami sebelumnya.

"Jalan pipis Rani sakit hiks"

"Tenang sayang nnti dia akan membaik sendiri, apalagi jika ayah obati"

"Obati, bagaimana bisa, ayah jahat, ayah memperkosa Rani, Rani akan bilang ke ibu!" Ucapnya dengan cepat bangun dan menuju lemari, namun sayang nya, tangan nya di cekal dan ia kembali di tarik ke ranjang dan di kurung oleh kukungan Gelan sang ayah tiri.

"Ayoo bilang ke ibu, agar kamu melihat bagaimana ibumu berakhir di tangan ku!". Sembari berucap dengan nada berat nan dingin nya sebelah tangan Gelan menggerayangi seluruh tubuh Ranisa yang berisi namun perutnya rata. Dapat Ranisa rasakan tangan ayahnya naik ke perut kemudian mulai meremas payudara nya jujur ini antara nikmat dan sesat.

Ranisa menggeliat seperti cacing kepanasan, ia benar benar telanjang bulat di hadapan ayahnya, sebab ia hanya keluar dengan handuk saja dari kamar mandi tadi. "Jangan di tahan sayang!" Begitu bisik sang ayah yang menggelitik di telinga Ranisa, di tambah lagi tangan sang ayah mulai turun dan perlahan memainkan klitoris nya membuat Ranisa makin merasakan sensasi yang nikmat. "Ahh hmm ayah jang- ahh ahhh ahhhh " bukan nya melanjutkan kata katanya Ranisa justru tidak tahan dengan permainan jari ayahnya di dalam vagina nya.

"Enak sayang?" Di hiasi suara merdu Ranisa, Gelan berucap sembari terus mengobrak Abrik lobang sempit yang hangat milih Ranisa kini, "masih mau mengadu ke ibumu?".

Ranisa tidak menjawab apapun, sibuk merasakan nikmat di bawah sana sembari mendesah keenakan. Seringai licik pun muncul. Gelan melebarkan kaki Ranisa kemudian mulai memasukkan penisnya perlahan, Ranisa menerima nya dengan bukti tubuhnya yang malah kepanasan apalagi sembari melihat milik ayahnya yang begitu besar dan berurat.

"Aaahh sayang nikmat sekali" ucap Gelan ketika miliknya telah penuh di lahap oleh lobang sempit Ranisa. Pria dewasa itu tak menunggu aba aba dan mulai menggerakkan pinggulnya dan ya, Ranisa berteriak kala kepala penis Gelan sang ayah menyentuh g-spot nya. Di situlah desahan Ranisa mulai berkumandang di ruang luas kamar hingga sampai ke ruang tamu di bawah sana.

RUANG BISU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang