4 (Lilin remang)

3K 15 0
                                    

"ayah?"

Tepat jam delapan malam, Ranisa yang pulang dari Bali, baru saja masuk kamarnya, namun sudah di tunggu oleh ayahnya Gelan yang duduk dengan wajah tegasnya sembari melepaskan dasi juga kemeja putihnya perlahan.

"Hello my pretty girl" menatap intens Ranisa yang kini perlahan mundur, air muka ayahnya nampak berbeda, di tambah hanya cahaya lilin aroma terapi saja yang menerangi kamar nya kini. Nampaknya Gelan sudah sangat di penuhi kabur nafsu.

"Kamu mau ayah kan sayang?" Gelan melangkah dengan pelan, Ranisa mundur dan mundur, namun dirinya sudah tersudut di dinding dengan kepungan lengan ayahnya. Suara nafas Gelan dan hangat hembusan dari hidung mancung itu kini menerpa tengkuk putrinya. Dan Ranisa merasakan kecupan demi kecupan juga jilatan di telinga nya mulai membuat buli kuduk nya merinding.

Ranisa ingat bahwa 3 hari lalu ia berkata menginginkan ayah tirinya Gelan, dan tidak di sangka, pria dewasa itu benar menepati janjinya, "ibu mana ayah, mhh" terus merasakan kecupan tanpa henti, membuat lutut Ranisa melemas. "Ibumu tidak pulang, masih mengurus bisnis di sana!".

Itu adalah percakapan terakhir keduanya Ranisa mendesis ketika kemeja putih dan rok mini nya di lucuti dan di belah sehingga kancing kemejanya berserakan di lantai, tak lama gadis cantik ini memantul di ranjang empuk nya dengan tangan yang di angkat ke atas, ia betul betul di lecehkan, buah dadanya di remas kuat dan di sedot kuat, di tambah lagi gesekan daging tegak di muka vagina nya kini terasa mulai hendak masuk. "Mhh ayah, lendir Rani masih belum cukup!" Tersenyum kabur nafsu, Gelan turun, wajah nya tepat di kedua celah paha gadis cantik ini. Gelan mencium dan menjilati vagina Ranisa sehingga gadis itu menggeliat seperti cacing, entah sejak kapan, keduanya jadi sama sama telanjang bulat. "Ayah suka vagina mu, hanya ayah yang boleh menusuk-" berhenti dari berkata Gelan seolah menunjuk dengan suara slurp pada jilatan yang ia lakukan di bibir lubang Ranisa yang mulai licin "- lubang nikmat ini!" Sambung nya.

Jantung Ranisa seketika berdegup kencang, mengingat ia sudah berhubungan badan dengan Darwin, "ahh mmh, apa yang ayah lakukan jika aku di aaahh ahh ayahh".

"Aku akan membunuh siapapun yang berani menyicipi mu selain aku!" Gelan memasukkan tiga jarinya dan mengobok-obok vagina Ranisa, sehingga Ranisa mendesah demikian.

"Enghh ayaah ahh ahh aaaa sakit aaah engh" Gelan menambah jari menjadi empat, dan lalu lima jari "katakan siapa yang berani mencicipi mu!" Ranisa berteriak, kulit lubang nya mulai merenggang dan nyilu.  "Aayaaahh ampunn, nggak adaa, cuman ayaah aaaakhh" sungguh ini penyiksaan.

Melihat Ranisa menangis, Gelan mengeluarkan seluruh tangan nya "bagus, jangan sampai ada yang berani merasakan sensasi ini dengan mu!" Berbarengan dengan ucapan itu, Gelan memasukkan miliknya yang sudah menegang dan membesar.

Ter hengah Ranisa meneguk ludah, dadanya naik turun, setelah merasakan ke gilaan ayah tirinya kini, ia mengangguk, Namun tak lama buah dadanya memantul naik turun lagi karena genjotan di bawah sana mulai menggila. Tidak kuat menahan, Ranisa yang tadinya menggigit bibir kini mendesah sekuat tenaga, bukan sengaja, mulut kurang ajarnya secara otomatis mendesah karena sensasi yang luar biasa enak ini.

"Aaahh ayaah ah yeah enghh hmhh"

Semakin gemas, Gelan mengikat ke dua tangan ranisa ke atas menggunakan dasi, tidak membiarkan gadis itu memegang apapun untuk bertahan.

Sehingga begitu jelas di bawah kuasa nya, buah dada gadis cantik ini menggoyang menggoda, tak tinggal diam, Gelan menyusu sembari meremas sebelah kiri payudara Ranisa, sementara di bawah sana tidak berhenti menghujam dengan brutal. Keringat membasahi tubuh keduanya, "AA aah a ah mhh" suara plok, terdengar memantul di ruang kamar luas ini. Di tambah hari pun mulai turun hujan deras, sehingga bertambah lah gairah Gelan, ia ingin Ranisa anak saingan cinta yang merebut Renata dahulu merasakan karma nikmat. "Lihat lah Erwan, anakmu mendesah nikmat di bawah ku!". Dalam hati, Gelan berucap, sembari mulai melakukan praktek BDSM kepada Ranisa, gadis itu di arahkan untuk doggy style, tak lama Ranisa berteriak, merasakan cambukan benda yang tak lain adalah ikat pinggang kulit milik Gelan, bongkahan bokong seksi itu berkali kali di hantam ikat pinggang, sehingga rasanya sakit sekali, hingga terasa memerah dan terbakar.

Gelan pun memasukkan kembali kejantanan nya dan menggenjot cepat, namun tidak berhenti melayangkan cambukan atau tamparan pada bokong Ranisa sehingga memerah dan seperti terbakar.

Ranisa berteriak merasakan sakit, sekaligus nikmat yang hanya setengah persen saja, tak sampai di situ, Gelan pun berhenti dan tiba-tiba keluar kamar, setelah beberapa saat kini kembali dengan dua buah ungu dan hijau, yakni timun dan terong yang seukuran lengan wanita dewasa.

"Ayaaah jangan ehh ahh ah ah mhh ayah enghh ah"

Gelan mempercepat sodokan timun yang sangat sangat dalam itu, sehingga hampir seluruh timun masuk ke dalam lubang kenikmatan Ranisa "ayah keluar kan, Ranisa mau keluar engh" Gelan hanya diam,dan memperhatikan lubang Ranisa Mulai secara otomatis mengeluarkan timun sepanjang 22 cm  itu di sertai cairan dan lendir Ranisa.

Namun ketika timun itu menyembul keluar sebagian, Gelan memakan timun itu bersama dengan segala cairan dan lendir vagina Ranisa, semakin timun itu keluar, semakin Gelan melahapnya hingga habis.

"Sekarang pakai ini!" Ucap Gelan, "bermainlah sendiri di hadapan ku!". Lanjut nya menyerah kan terong besar pada Ranisa, Gelan pun menyalakan lampu, lalu kemudian mengambil ponselnya.

Ranisa terhengah lemas setelah orgasme, "t tapi, rani-"

"Diam dan turuti sja
Tegas Gelan!.

Ranisa takut, entah mengapa aura Gelan kini makin berbeda, tidak seperti dulu yang nampak meratukan dirinya. "I-iya", Ranisa ragu, sebab ia di video kan, ia takut aib nya di sebar, seolah tau isi pikiran Rani Gelan berucap "tenang, ini hanya alat supaya jika aku jauh darimu dan tidak bisa menghubungi aku bisa bercinta dengan mu dengan video mu!". Menyambung ucapan lagi "lagipula ketika kau menelepon ku, aku tidak melakukan apa apa bukan?".

Deg, Ranisa tiba tiba teringat lagi akan hari itu, "CEPAT ". Bentak Gelan yang membuat Ranisa terlonjat kaget. Ia pun mulai melebarkan pahanya dan memasukkan terong ungu nya dan mulai memasuk keluar kan benda besar nan panjang bengkok itu.

Tanpa Ranisa tau, bahwa kegiatan nya di rekam live dan di tonton oleh jutaan orang, bahkan ada yang tidak tahan melihat Ranisa yang terlihat memasukan terong itu dengan cepat Sembari meremas buah dadanya yang besar sembari mendesah, ada ribuan komentar yang mengenal Ranisa dan ada ratusan orang yang berkomentar ingin bertemu Ranisa dan bermain.

Dan inilah puncak kehancuran gadis itu.

***

"Halo lonte?!"

"Njir lonte cuy, cocok sih kan dia mukanya udah mirip Ani Ani"

"Ranisa, berapaan SE jam? 50?"

"Lonte Jangan sekolah di sini, bikin rusak citra sekolah!"

"Huuuuuu jauh jauh Lo, sayang muka cantik tapi lonte haha!"

Berbagai ucapan tak senonoh di lontarkan pada nya, ia tidak mengerti kenapa, hingga sampai di dalam ruangan, banyak orang mengerumuni nya "ah ah ah ah" ledek seorang lelaki sembari memperagakan Ranisa yang meremas buah dadanya dan memasukkan terong ke dalam lubang nya.

Hingga akhirnya Emma datang dan membubarkan mereka semua, di saat Ranisa sudah habis di jatuhkan telor busuk ke kepala dan berbagai macam kotoran seperti air pel dan permen karet yang sudah terkunyah di rambutnya.

"Pergi Lo semua, kaya kalian nggak ada dosa aja!" Bentak Emma, namun ada saja yang berani membalas "minimal skill satu lah jangan langsung di ulti pakai live streaming hahaha!"   Mereka pun terbahak bahak. Ranisa sudah sangat kacau, bahkan bajunya yang tadi pagi rapi, kini sangat berantakan.

Tangis sudah tidak terbendung, pikiran nya kosong entah ke mana, tak lama guru datang ke kelas, "Ranisa kamu sekarang ke kantor!". Guru BK Bu Silvi pun menatap jijik pada Ranisa, murid yang paling ia bangga banggakan ternyata ber kelakuan seperti ini.

Ranisa pun hendak di temani oleh Emma, namun lonceng berbunyi menandakan sudah saatnya masuk kelas. Emma begitu kasihan melihat sahabatnya, bagaimana pun, Ranisa adalah sahabat terbaik, lagipula jika masalah hal itu, tidak seharusnya di publish sengaja, pasti ada orang yang memaksa nya. Pikir Emma, Ranisa sudah tidak kelihatan punggungnya, kini Emma menatap sekeliling, melihat pacarnya Devan tidak kunjung datang, ia hendak memberi pesan, namun guru sudah masuk dan akhirnya pelajaran di mulai, yang pasti di awali dengan ceramah guru terhadap para siswa siswi sekolah untuk tidak melakukan hal menjijikkan seperti yang Ranisa lakukan sebelum menikah.

***

"Rein, aku tidak menyangka, ternyata kamu sama seperti di mimpiku saat itu!" Merujuk pada mimpinya ketika di bali, Ia merenung di jendela sembari menatap berita viral yang beredar di semua media massa.

RUANG BISU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang