3 (diam diam suka)

3.1K 13 0
                                    

Sejuk mendayu, hembusan angin dan deburan ombak menghantam karang pantai, ada banyak turis berbikini berjemur di bawah terik menjelang sore.

"Manurut Lo, apa yang mesti gue lakuin Rin sama nih kecebong" duduk di karpet bawah pohon kelapa, kedua perempuan berbikini ini berbincang sembari melihat ke arah depan lautan lepas yg pantai nya di isi oleh anak anak sekolah Bina dharma termasuk Devan dan anak kelas lain yang tengah sibuk dengan permainan masing masing, pria Van sibuk bermain bola voly.

"Gila sih, Lo baru kelas dua anjing, bisa bisa nya Lo hamidun?!" Sembari menoleh sinis tapi perduli, Ranisa menatap heran pada temannya yang satu ini. "Ya kan kami sama sama cinta ran gak sengaja, lagipula kalo pun gue hamil duluan, paling bakal di home schooling sama mom and dad!".

"Lo gak ada niatan buat gugurin aja gitu?, sayang banget masa muda Lo klo cuma habis buat homeschooling trus gak bebas?!" Dalam sekejap Emma Watson gadis berdarah Amerika ini menatap Ranisa tak percaya, "WTF, are you kidding me? Kek, gue ngga sejahat itu Ranisa,, ya ampun otak Lo tega banget sumpah!", Ranisa menghela nafas, "gue juga nggak tega sih, asal ngomong aja!"

"Nggak lah yakali, gue juga udah bilang ke Devan kalo gue hamil anak dia, dan Lo tau reaksi nya?!" Setelah menatap Ranisa, Emma kembali berceloteh sembari tersenyum melihat kekasihnya dan lanjut berkata "dia bakal nikahin gue di Amerika!".

"What? Emma? L-lo yakin?" Dengan mata terbelalak, Ranisa makin terkejut lagi, di tambah Emma membeberkan bahwa pernikahan akan berlangsung Minggu depan. "WTF" ucap Ranisa samar. "Lo kenapa sih, kayak GK suka gitu gue nikah sama Devan?!".

Sontak Ranisa menoel kepala Emma "bukan gitu anjing, Minggu depan kan kita ulangan semester ganjil!". Melanjutkan lagi Rani berkata "gimana gue mau hadir di acara nikahan Lo kocak!" Ranisa nyengir frustasi.

"Yeeee, kan bisa ajaaa pas habis ujian langsung terbang ke Amrik" sontak muka Ranisa memerah "nggak semudah itu Emma ya ampun, kepaksa gue ngga bisa hadir di acara Lo, secara waktu kita beda, di indo sama Amrik!". Meredakan emosi dengan menghela nafas. "Yaudah yok, kita mandi aja!" Ranisa berdiri dan kemudian berlari menuju pantai membiarkan melon dan bongkahan nya terombang ambing akibat berlari, kemudian di susul Emma yang memiliki tubuh berkebalikan dengan Ranisa kurus dan sedikit flat. Banyak pasangan mata yang memperhatikan keduanya sebentar lalu sibuk lagi bermain di pantai Bali.

Di terpa deburan ombak kedua wanita ini bermain air dengan saling menyiram satu sama lain dengan Cipratan air, keduanya tampak bersemangat dan senyum yang berseri-seri "Devan cowok yang gue suka diam diam dari sejak kami masih SD dan sekarang bakal nikah sama Lo, bener em Lo emang pantes dapet cowok kaya Devan, dia cowok yang baik bertanggung jawab, Lo bakal bahagia sama dia, lagian apa yang di harapkan, aku udah nggak pantes buat siapa siapa" dalam hati Ranisa tertawa rapuh "kkk~ gue cuma gadis kotor yang di pakai sejak baru menginjak usia remaja ".  Ketika air mukanya mulai berubah hendak sedih, Ranisa mencelupkan dirinya ke dalam air, mengehentikan pergerakan nya yang tadi sibuk saling siram, kemudian muncul kembali.

"Em, gue laper njir tiba-tiba!"  Beritahu Ranisa "iya sih gue juga, yok kita makan, tuh Radit sama Devan udah selesai juga kayaknya" tunjuk Emma dengan kode menoleh ke arah pacarnya yang nampak Ter hengah meminum air mineral botol.

***

Matahari sudah terbenam, Sepoi Sepoi angin berhembus menembus kulit berbalut sweater rajut, Ranisa kini tengah berdiri di balkon yang langsung terhubung dengan kolam dan luasnya lautan, ia duduk di bangku santai, sembari meminum segelas wine, pemandangan langit sore yang berwarna kuning orange campur hitam seolah merupakan suasana hatinya. Termenung meratapi semua nya, Devano Mahendradatta, kini berkecamuk dalam pikiran nya, kepintaran lelaki itu setara dengan dirinya di bidang akademis, lelaki yang tidak menyukai banyak omong kosong, dingin tetapi berhati hangat, perduli dengan siapapun, termasuk Ranisa kecil yang pernah di bully teman satu kelas, hanya Devan yang mencegah mereka menyentuh Ranisa ketika kelas 3 SD.

RUANG BISU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang