Sekali lagi mau ingetin. Karna ini mau dijadiin ebook. Jadi part yang diupdate disini cuma setengah bagian yaa. Dan maybe aku hanya update sampe 4 part doang. Sisanya, full part bisa dibaca di ebook😉
.
.
.Yoona melepaskan handuknya, Menatap pada bak mandi besar yang penuh busa dan bertaburan kelopak mawar, temaram cahaya lilin memberikan sinar lembut kekuningan di kamar mandi yang sepenuhnya terbuat dari marmer. Di tepi bak mandi itu telah tersedia sebotol champage dan dua buah gelas yang disiapkan oleh pihak hotel untuk sang pengantin baru tapi bukan itu yang terjadi.
Ia tak ingin menangis mengingat apa yang terjadi tadi pagi. Yoona mencelupkan tangannya untuk menguji suhu air. Ia tak suka air mandinya begitu panas. Merasa cukup wanita itu menanggalkan handuknya dan melangkah masuk dan menenggelamkan dirinya pada air beraroma mawar. Bibirnya mengeluarkan erangan lega. Ototnya terasa relaks oleh hangatnya air yang merendam tubuhnya. Yoona menutup matanya menghirup wangi mawar membiarkan pikirannya menjauh dari mimpi buruk yang menjadi kenyataan
Suara pintu terbuka membuatnya terkejut dia pun menoleh."Boleh aku bergabung?"
Yoona tersenyum menatap pria berambut gelap yang tubuhnya hanya ditutupi selembar handuk melilit pinggulnya. Pria itu paling tahu apa yang ia rasakan saat ini. Dia telah menyelamatkannya dari rasa malu yang harus ditanggungnya.
"Mengapa tidak? Kau suamiku sekarang. Terima kasih sudah menyelamatkan wajahku dan keluargaku." Yoona menatap cincin yang melekat di jari manisnya dengan sedih.
"Aku melakukannya untuk keluargaku juga. Aku tak menyangka ia akan berubah pikiran di saat-saat terakhir."
"Bisakah kita tak membicarakannya?"
"Baiklah."
Pria itu pun melepas satu-satunya kain yang melekat di tubuhnya dan bergabung bersama Yoona di bak mandi. Ia duduk di sisi lain berhadapan dengan wanita yang beberapa jam lalu menjadi istrinya itu.
"Mau bersulang?" Ia mengisi gelas-gelas itu dengan champagne.
"Bersulang untuk pria bodoh yang meninggalkanku di altar." Ucap Yoona hampir berteriak.
"Bersulang untuk kebahagiaan yang kita akan rasakan nanti."
Kedua gelas itu berdenting dan Yoona langsung meminum isinya dalam satu tegukan. "Kecil kemungkinan aku bahagia."
Yoona meraih botol champagne itu dan mengisi gelasnya lagi dan lagi. Dia menguras semua isi botol itu sendirian. Yoona merasa tubuhnya berada di awang-awang. Dia begitu ringan dan bahagia. Wanita itu mulai cekikikan sendiri. Pria yang bersamanya telanjang di bak mandi itu hanya menggelengkan kepala tapi ia mengerti Yoona membutuhkannya setelah apa yang terjadi kurang dari dua belas jam terakhir.
Tiba-tiba saja Yoona menutup wajahnya dengan kedua tangan dan menangis tersedu-sedu. Melihat pemandangan itu sang pria jadi terenyuh. Sang pria tak mengerti apa yang mendorongnya untuk membantu wanita itu. Ia mengenalnya sejak lama tapi mereka tak pernah dekat. Ia tak tahan melihat wajah menderitanya apalagi semua itu diakibatkan oleh kebodohan adiknya. Mau tak mau ia merasa ikut bertanggung jawab.
Tanpa pikir panjang ia merengkuh Yoona dalam pelukannya. Kulit mereka yang basah dan licin bersentuhan. Wanita itu menangis di bahunya. Ia merasakan dada gadis itu bergetar akibat terisak.
"Please. Buat aku merasa lebih baik."
Yoona memohon dengan lirih pada pria itu. Mengharap ia melakukan sesuatu untuk menghentikan rasa sakit yang melanda hatinya.
"Berjanji padaku kau tak akan menyesalinya besok."
"Tidak...tidak akan."
Yoona melepas pelukannya untuk menatap sepasang mata obsidian. Membiarkan pria itu tahu ia membutuhkannya meski hanya untuk sekedar lari dari kenyataan. Ia tak kuasa menolak, Kecantikan wanita itu tak menghilang meski ia memasang ekspresi sedih dan bermata sembab. Rambut hitam panjangnya tampak menjadi lebih gelap dalam cahaya lilin. Bibir Yoona bergetar mencoba menahan tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
• (Not) Cross The Borderlines• [M] (Terbit Ebook)✔️
Romance21+ [Mature content, adult only🔞] Hanya takut jika nanti semuanya melewati batas dari apa yang seharusnya tidak kita lewati. Tentang rasa yang menjadi cinta, tentang rasa menjadi dendam, tentang rasa menjadi penyesalan. Tiga batas, dengan pria yang...