-2-

261 29 3
                                    

Maaf banget yaa lama updatenya. Ada beberapa kepentingan di reallife hingga mengesampingkan sebentar dunia orange. Ok aku lanjutin lagi spoiler yaa...
.
.
.

Di ranjang kamar hotel yang di dominasi warna putih dan biru. Layaknya bangunan khas daerah Santorini. Sepasang tubuh terbaring telanjang ditutupi secarik selimut tipis dan lembut. Lim Yoona ah atau sekarang bisa dipanggil Nyonya muda Park itu mengerjap tapi tak membuka matanya yang terasa berat, masih dalam keadaan setengah sadar ia merasa bingung mengapa bantalnya terasa keras, solid dan hangat karena biasanya bantal yang ia gunakan selalu lembut dan empuk. Wanita itu tak menyadari kalau kepalanya tengah bersandar di dada bidang seorang pria dan kaki jenjangnya melintang di pinggul sang lelaki yang tampak tertidur nyenyak.

Yoona tanpa sadar beringsut dan mengeratkan pelukannya pada benda yang dia kira bantal guling itu. Dia tak ingin bangun. Mimpinya begitu indah. Ia dan Sehun akhirnya membeli rumah impian mereka di pinggiran kota Seoul. Tetapi deburan ombak keras yang terdengar hingga ke kamarnya memaksa Yoona terbangun.

Aroma segar garam dan lautan menggelitik indra penciumannya. Secercah sinar mentari pagi menembus tirai tipis yang terbuat dari renda menerangi kamar itu dengan cahaya lembut dan hangat. Yoona melewatkan keindahan suasana itu karena kepalanya berdentam-dentam dengan rasa sakit luar biasa. Otot-otot tubuhnya juga meringis terutama bagian di antara kakinya. Apa yang terjadi? Begitu netranya benar-benar terbuka. Ia menyadari dirinya tengah memeluk Park Chanyeol –kakak dari kekasihnya.

Cepat-cepat Yoona menyingkirkan tangan dan kakinya dari tubuh pria itu dengan hati-hati ia tak pria itu tak terbangun.
Wanita itu berguling ke samping. Memegangi kepalanya dan mengerang pelan. Hang over parah. Berapa banyak yang ia minum semalam? Perlahan-lahan ingatannya tentang kejadian kemarin kembali

.
.
.

Yoona mengenakan gaun chiffon simpel berwarna putih. Gaun itu melambai dengan indah tersapu angin memamerkan lengan dan lehernya yang indah. Kakinya telanjang menjejak pasir pantai. Untaian mutiara dan mahkota dari rangkaian bunga berwarna putih menghiasi rambut panjangnya yang tergerai, di bawah cerahnya sinar matahari kecantikan wanita itu tampak natural tapi ia tampak panik.

"Kalian tak menemukan Sehun dan Krystal?" tanya wanita itu pada Teman-temannya. Jongin, Minho dan Baekhyun menggeleng.

Air mata Yoona hampir tumpah, keluarga dan teman-teman mereka terbang dari Seoul ke Yunani untuk menghadiri acara pernikahan ini tapi sang mempelai pria tak terlihat. Yoona menatap empat buah tiang kayu yang terbelit kain putih dan berhiaskan dedaunan dan bunga berdiri menghadap birunya laut Mediterania dengan kecewa.

Dia dan Sehun harusnya berdiri di sana untuk mengikrarkan janji pernikahan mereka. Keluarga dan teman-temannya telah duduk di kursi yang di persiapkan. Mereka juga tampak cemas dan khawatir karena untuk sesaat pernikahan ditunda.
Sang ayah datang menghampiri Puterinya,

"Ada apa Yoona, mengapa pernikahannya belum dimulai?"

"Sehun lari ayah, dia pergi bersama Krystal. Mungkin kita harus membatalkan acara ini."

Yoona menahan tangisnya. Ini adalah impiannya untuk menikah dipinggir pantai bersama pria yang telah menjadi kekasihnya selama lima tahun, tapi Sehun menghancurkannya begitu saja. Seharusnya Yoona tahu. Dia sudah melihat tanda-tanda Sehun berpaling darinya tapi dia bersikeras mengabaikannya. Ia melihat keraguan Sehun untuk mengadakan pernikahan ini tapi Yoona bersikeras untuk menikah. Ia kini berusia tiga puluh tahun. Sudah tidak muda lagi dan ia sangat ingin menikah dan berkeluarga. Apa lagi Sehun telah melamarnya tahun lalu.

• (Not) Cross The Borderlines• [M] (Terbit Ebook)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang