Pulau Bastor

9 0 0
                                    

Malam penuh bintang yang indah, angin malam membuat desa menjadi dingin. Zarka bercerita dengan semangat tentang rumor monster di pulau yang misterius kepada, Aliv, Jola, Karta, Dan Wafa. Kami berada di pulau batir, memiliki keindahan alam yang melebihi pulau lain. Bagaikan miniatur yang dibuat oleh tuhan sendiri. Dari kejauhan hanya bisa melihat dua pulau, pulau alatar dan pulau wagai.
Satu pulau yang tak pernah di kunjungi dan orang takut jika orang bertanya tentang pulau itu. Ketakutan memakan orang-orang desa membuat mereka takut tenggelam dalam ketakutan. Aku mengisi heningnya sekitar setelah zarka bercerita.
“hei, kalian tau tidak tentang pulau misterius yang katanya banyak hal yang belum terpecahkan?”
“kata ayahku disana sangat gelap, bahkan pohon-pohon disana tidak terlihat” jola dengan suara bergetar dan muka takut
Pulau Bastor namanya. Baru saja aku ingin melanjutkan, terdengar suara dari puluhan kilometer dari desa kami
BAAM!! Terdengar suara ledakan yang begitu dahsyat membuat telinga kami berdenging. Cahaya yang memancar terlihat sangat terang dari jauh seperti matahari yang terpancar saat pagi hari. Membuat satu pulau ricuh dan khawatir dengan apa yang telah di dengar. Aku bertatapan dengan teman ku bertanya dalam hati, apa yang telah terjadi?.
Warga desa akhirnya mengetahui asal ledakan dan cahaya yang membuat seluruh desa bertanya-tanya. Tempat itu adalah pulau Bastor, ya itu pulau misterius yang baru saja aku tanyakan pada temanku. Ada apa dengan tempat itu? Apakah ada penghuni atau hewan disana? Rasa heran dan takut sudah memakan tubuhku, tangan ku bergoyang dengan sendirinya tanpa aku gerakan.
“ledakan itu membuat ku takut, telinga ku seperti mau pecah” ucap jola sambil menutup telinganya dengan kedua tangannya
“aku penasaran dengan apa yang terjadi di pulau itu” karta yang berpikir sambil memegang dagu nya yang mengkerut. Aliv sudah menguap sambil menahan kantuk sedari awal tadi. Aku melihat nya pun ikut mengantuk. Melihat teman teman sudah mengantuk akhirnya kami pergi ke rumah masih masing. Dan tidur di kala yang lain sedang meikirkan apa yang terjadi.
Aku terbangun dengan nyanyian burung di pagi hari. Peregangan badan sangat menyenangkan. Bangun tidur tidak ingin memikirkan apa-apa, tapi mataku tertuju dengan arah pulau itu. apa yang terjadi? Sesuatu terus terlintas di kepala ku, bagaimana kalu aku dan temanku pergi ke pulau itu?. Aku harus ke sana

“teman-teman!!” aku berlari menghampiri Zarka, Aliv, Jola, dan Karta
“tenang wafa, atur saja nafasmu dulu” Karta heran dengan Wafa
“aku ingin pergi ke pulau Bastor, aku sudah terlalu penasaran dengan pulau itu”
“kau gila ya!?” saut Jola dengan dahi kerut
Sudah di pastikan teman ku tidak mau, tapi aku tidak akan berhenti mengajak mereka pergi ke pulau itu. Aliv menatap Zarka terlihat dari matanya seperti ingin mengatakan sesuatu. Hening sekitar setelah aku bertanya itu.
“wafa, aku sangat pensaran dengan pulau itu. Kata ayah ku laut di sekitar pulau itu berwarna merah setelah kemaren ayah ku menghampiri pulau itu” aliv membuat semua orang saling toleh-menoleh. Terheran-heran dengan apa yang terjadi. Aku semakin yakin aku akan pergi ke pulau itu nanti sore.
“aku akan pergi kesana nanti sore jam tiga, apakah kalian akan ikut?”
“aku ikut denganmu”  Wow aku terkejut. sontak semua mengatakan ikut “baiklah ayo kita cari perahu di tempat clipa.
Aku tidak pernah bicara dengan clipa, dia bocah penyewa perahu terkenal karena perhau nya kuat walaupun badai menerjang. Aku dan teman ku segera pergi mencari perahu. Tempat nya penuh dengan bermacam-macam perahu buatan keluarga nya. Clipa bertanya-tanya pada dirinya ada apa dengan mereka? seperti mau menghancurkan perahu ku saja.
“ada apa kalian kesini?”
“Kami ingin mencari perahu untuk kami ber lima”
“kalian memang mau kemana?”
“kamu tidak perlu tau clipa, belum cukup umur untuk mengetahui urusan orang dewasa”
“kecil kecil begini aku pintar berhitung, buktinya aku bisa menjadi penyewa perahu”
Aliv tertawa kecil melihatnya. Sangat menggemaskan. Akhirnya kami membeli satu perahu kecil yang cukup untuk kami berlima, harga nya cukup murah, tapi kami melebihi harganya karna melihat dirinya seperti tidak di urus. Clipa hidup hanya seorang diri. Keluarga nya meninggal dunia akibat badai laut yang menerjal pulau kami tahun silam. Hanya menyisakan Clipa dan kapal keluarganya. Cerita itu membuat ku sedih.
Setelah membeli perahu, kami mengambil beberapa barang yang dibutuhkan. Aku mengambil beberepa barang yang berguna untuk pergi ke pulau itu. Tentunya berhubungan dengan laut. Karena kita akan melewati laut.

1: Petualangan BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang