Prang
Pyarrr
Suara pecahan kaca terdengar nyaring menggema menguasai malam diruangan yang sunyi, Hening beberapa saat hinga sebuah suara dingin tersirat kekecewaan mendalam memecahkan keadaan.
"Kau bermain dibelakang ku?" Wanita itu tetap diam dengan tatapan menantang enggan menjawab. Sedangkan, lawan bicaranya menatap dingin dengan hembusan nafas yang mulai meronta.
" Jawab aku!"
" Gwen jaw..."
"Iyaa! " Jawabnya singkat lalu memalingkan wajahnya memutuskan kontak mata.
"Kenapa?" Ucap lelaki itu kecewa.
"Karena aku tidak mencintai mu!" Tegasnya lantang tanpa keraguan.
"Aku tau, aku sangat tau pernikahan kita hanya sebatas kontrak jalinan kerjasama demi mendapatkan kekuasaan. Tapi apakah kau tidak bisa mempertahankan ini Gwen?"
"Tidak! Cukup sampai disini Jef, aku ingin kita bercerai!"
"Gwen! Kau...Oke, jangan lihat aku, jangan hiraukan aku, tpi setidaknya lihat anakmu, pikirkan dia, bagaimana persaannya nanti, bagaimana Rendis nantinya?"
"Dia sudah cukup dewasa untuk mengerti hal ini, jangan terlalu memanjakannya, dia harus mengerti semuanya mulai saaat ini."
"Kau tega?"
"Ya! Akan ku urus semua surat perceraian dan segala tetek bengeknya, kau hanya perlu tanda tanga dan hadir di persidangan nanti." Ucapnya tanpa getar.
"Bisakah kau pikirkan lagi? Jangan egois Gwen." Seru Jefry mulai emosi.
"Egois? huhh...Aku sudah mengorbankan banyak hal disini, lagi pula kita semua sudah mendapatkan keuntungan bukan dari hubungan bullshit ini, oh iya sampaikan saja pada Rendis bahwa ibunya ini sangat berterimakasih, karenanya aku memiliki kekuasaan yang besar, ohh tidak hanya aku tapi kau juga"
"Hentikan omong kosongmu!"
"Hahahahhaa itu fakta Jefry, anak itu hanya sebuah materai simbolis kemenangan harta dan kekuasaan, selebihnya TIDAK ADA!!"
Plak.....
"Wanita biadab, dia darah dagingmu sialan!"
"Ambil saja aku tak butuh anak yang lahir dari benih bajingan sepertimu!"
aaakhhhhhh
Bajingan!
Lepaskan tangan kotormu!
Jaga mulutmu dasar Jalang!
Kau gila brengsek!
" Eungh..." tidur seorang anak lelaki yang mulai terusik akibat suara berisik dilantai bawah rumahnya hingga dia berjengit dan langsung melompat dari kasur lalu turun untuk mengecek kejadian apa lagi yang tengah diperankan oleh orang disana.
akhhhhh sakit!
"Apa lagi kali ini tuhan..." Lirihnya lalu segera berlari turun ke tempat kejadian. Matanya melotot melihat ruang tengah sudah tak berbentuk, pecahan vas dimana mana dan dua koper yang telah terbaring dilantai dengan isian yang berceceran dan tentunya dua manusia yang masih cekcok. Anak itu segera mendekati keduanya dengan tergesa.
"Ayah hentikan, ayah menyakiti Ibu..." Seru anak lelaki itu sembari mencoba mendekat.
"Berhenti!" Suara rendah dan dingin mengintrupsi langkah kaki mungilnya untuk diam saat itu juga. Jantungnya berdegup kencang, hatinya sekarang resah tak karuan melihat semua kejadian yang ia tak mengerti saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati Rendis
Teen Fiction"Ayah maaf, tapi disini rasanya sakit. Ibu tolong dekap aku. Mengapa semuanya jahat? Apakah aku pendosa? Adilkah aku mendapatkan ini semua? Haruskah aku terima? apakah aku egois?" Rendis. Malam ini sejuk tak biasa, bahkan embun ikut menetes menggena...