Sekitar jam 10 malam, Marcel, Jerome, bunda Citra dan ayah Jefri berkumpul di taman rumah sakit atas permintaan Marcel yang ingin membicarakan sesuatu.
"Ada apa Marcel?" Tanya Jefri khawatir, tak biasanya anaknya itu meminta berkumpul untuk berbicara seperti ini.
Marcel menghela nafas lalu mulai berbicara to the point. Ingat dia bukan orang yang bertele-tele.
"Tadi oma dan tante Anis datang ke ruang rawat Rendis." Ucapa Marcel membuat bunda Citra dan Jefri kaget setengah mati sedangkan Jerome bingung. Memangnya kenapa?
"Marcel, Ren Rendis?" Ucap Marcel terbata.
"Maaf ayah, tapi omah dan tante Anis menjelaskan segalanya." Jefri memejamkan matanya. Bunda Citra terdiam, apakah karena ini Rendis berkata kasar lagi padanya tadi. Jika iya, maka Citra akan sangat menyesal telah mendiami anak itu.
"Menjelaskan apa? Kalian ini kenapa?" Jerome heran dengan tingkah keluarganya ini.
"Ayah lebih baik ayah jelaskan kepada Rendis sejelas jelasnya, dan pada Jerome." Ucap Marcel lirih.
"Ay... Ayah belum siap." Lirih Jerome.
"Ayah lebih baik Jerome mendengar langsung dari ayah daripada mulut orang lain." Jefri menatap Marcel ragu yang diabalas anggukan oleh Marcel. Jefri kemudian menarik nafas dan memantapkan hatinya.
"Jerome sebelumnya, ayah mohon jangan potong ucapan ayah nanti, jangan pergi sebelum semua penjelasan ayah selesai dan tolong jangan salahkan Rendis, semua itu kesalahan ayah. Kau mengerti?" Jelas Jefri, sedangkan Jerome menatap ayahnya serius dan mengangguk pertanda setuju.
"Baiklah Jerome, sebenarnya kau dan Marcel bukanlah anak tiri ku. Kau dan Marcel adalah anak kandungku dengan bundamu Citra.
Rendis merupakan anak dari hasil pernikahan kedua ayah dengan ibu Rendis. Semuanya terjadi pada saat kau masih berumur 10 tahun, perusahaan ayah terncam bangkrut, hingga terjadi sebuah kesepakatan dimana ayah harus menikah dengan seorang wanita yang tak lain adalah ibu dari Rendis untuk mendapatkan suntikan dana dari perusahaannya. Saat itu ayah sempat menolak namun, karena saat itu kau mengalami kecelakaan bersama opamu yang menyebabkan opamu meninggal ditempat dan kau kritis. Saat itu kau mengalami benturan kuat dikepala hingga membutuhkan operasi besar di tempurung kepala untuk memperbaiki saraf serta pengambilan gumpalan darah di otak. Hal itu membutuhkan biaya yang besar. Tak ada pilihan lain, karena itu menyangkut nyawamu. Ayah dan bunda akhirnya sepakat menyetujui hal ini." Jefri mengehela nafas sejenak sembari menatap Jerome yang mengeraskan rahangnya menahan emosi.
"Akhirnya ayah menikahi ibu Rendis dengan kesepakatan saat wanita itu atau ibu Rendis melahirkan seorang anak maka, kontrak suntikan dana itu akan terputus atau selesai. Ada alasan lain juga yang tak bisa ayah jelaskan sepenuhnya disini. Intinya seperti itu. Jadi, saat Rendis sudah lahir dan umurnya sudah mencapai 4 tahun kontrak itu sebenarnya sudah selesai. Namun, namun... Karena keegoisan ayah untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih dan kehilafan ayah saat itu yang mulai menyukainya, ayah membuat kesepakatan kembali dengan ibu Rendis untuk memperpanjang kontrak hingga umur Rendis 15 tahun.
Hingga saat umurnya telah mencapai 15 tahun, ibu Rendis mulai muak dengan ayah yang terus ingin memperpanjang kontrak seolah menahannya, akhirnya pertengkaran pun terjadi hingga kontrak akhirnya terputus. Saat itu ayah mulai sadar dengan keegoisan dan keserakahan ayah, hingga membuat bundamu kecewa dan depresi. Itu semua kesalahan ayah, maafkan ayah.
Maafkan ayah. Hingga tiba waktu itu, ayah bersujud, memohon maaf dengan tulus kepada bundamu untuk kembali memperbaiki keluarga kita. Bunda dengan hatinya yang seluas dan selapang samudra menerima kembali ayah. Dan membuat skenario bahwa kau dan Marcel adalah anak tiriku dan bundamu merupakan istri keduaku. Hal ini kami lakukan agar tidak terjadi perpecahan kembali. Maafkan ayah, kau boleh membenci ayah, pukul ayah, lampiaskan segalanya pada ayah. Tapi jangan terlalu lama ya." Ucap Jefri dengan mata memerah menahan tangis mengingat perbuatan kejinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati Rendis
Teen Fiction"Ayah maaf, tapi disini rasanya sakit. Ibu tolong dekap aku. Mengapa semuanya jahat? Apakah aku pendosa? Adilkah aku mendapatkan ini semua? Haruskah aku terima? apakah aku egois?" Rendis. Malam ini sejuk tak biasa, bahkan embun ikut menetes menggena...