Chapter 2

903 51 5
                                    

"Rendis maafkan ayah. " Lirih seorang pria yang tengah duduk menunduk didepan ruang UGD. Tatapan matanya sarat akan kekecewaan mendalam.

~15 menit yang lalu~
Flash back

"Jefry!" Suara teriakan disusul suara langkah kaki masuk menyadarkan lamunannya. Tak lama Rendis langsung dibawa masuk ke dalam mobil ambulance.

" Dokter denyutnya melemah..." Suasana semakin keos tat kala remaja mungil mulai menunjukkan keputusasaan akan duniawi. Genggaman tangan Jefry kian mengerat seoalah mengatakan untuk tetap disini bersamanya.

" Pantau terus data vitalnya, pasangkan oksigen...." Dokter Fadly dan yang lain berusaha keras melakukan segala rangkaian untuk mengembalikan kondisi Rendis yang dapat dibilang sangat buruk saat ini.

~flash back end~

"Maafkan ayah Rendis" Ucapan maaf tak pernah berhenti diucapkan oleh Jefry yang merasa tak becus menjaga buah hatinya. Sebagai seorang ayah, dia merasa sakit melihat anaknya berada diujung kematian. Pikirannya berkecamuk seperti benang kusut. Dia kecewa dan juga marah, gara-gara istrinya, anaknya satu-satunya mengalami hal ini. Tangannya mengepal kuat, hatinya bertekad untuk menjauhkan Rendis dari Gwen untuk selamanya, apapun yang terjadi dia tak akan mengizinkan Gwen untuk bertemu kembali dengan Rendis.

Tak lama dokter Fadly keluar dengan keringat yang membasahi wajahnya. "Bagaimana Rendis Fadly? "

"Jef..."

"Katakan...."

"Dia berhasil kembali, dia anak kuat, tapi jef.." Jefry sesaat dapat bernapas lega. Namun,..

"Ada apa? Apa yang terjadi?" Tanyanya menggebu.

"Asmanya sudah separah ini, jangan sering membuatnya stress atau terbebani, kau tau itu sangat berpengaruh dan menyebabkan asmanya kambuh, semakin sering terjadi akan sangat berbahaya, terlambat maka taruhannya nyawa Jef." Jelas Fadly sembari menatap mata temannya ini. Fadly adalah teman Jefry sejak kuliah. Mereka cukup akrab dan semakin akrab, bahkan sudah seperti keluarga setelah Jefry menunjuk Fadly sebagai dokter pribadi keluarganya.

"Aku tau...aku...aku memang ayah yang buruk." Jefry menunduk, dia tak pernah sekalut ini, sudah beberapa kali Rendis kambuh. Namun, baru kali ini dia sangat bodoh, hingga membuat nyawa anaknya terancam. Fadly hanya menepuk pundak Jefry untuk menenangkan, Fadly merasa ada sesuatu yang terjadi, karena ia tau Jefry bukanlah orang yang seceroboh ini.

"Inhaler yang kau pakaikan habis Jef, kau harus lebih teliti oke, oh iya pastikan Rendis makan teratur, tidur teratur dan obatnya harus diminum ya, jangan telat atau sampai lewat, untuk masa pemulihan ini jangan kelelahan juga hindari aktivitas yang berat."

"Terimakasih Fadly aku akan mengingatnya."

"Tentu sudah tugsku, Rendis akan segera dipindahkan ke kamar rawat pilihanmu, jaga dia Jef, aku permisi." yang hanya dibalas senyuman tipis dari Jefry.

~ Di kamar rawat Rendis~

"Maafkan ayah, mulai saat ini ayah akan fokus padamu saja Rendis, hanya kita berdua, ayah janji akan selalu membuatmu bahagia sayang." Jefry menggenggam erat tangan Rendis sembari mencium keningnya. Lalu ikut terlelap disamping Rendis.

Suara Hati RendisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang