"Eungh... "
"Ayah?.... " Jefry segera memasang dasinya lalu mendekati Rendis yang terlihat ingin mengusap matanya.
"Jangan dikucek, sayang."
"Eummm... Ayahhhhhh." Rendis kembali memeluk Jefry yang telah rapi dengan setelan formalnya.
"Kenapa? Ini masih pagi, tidur lagi hemmm."
"Ayah ke kantor kan?"
"Iya, mau titip sesuatu?"
"No, aku mau sekolah. Ayah ke kantor, aku sendirian di rumah dan itu sangat membosankan, jangan suruh aku bersama bi Siti karena aku sangat sebal hanya dicekoki makanan, bisa tambah gendut akunya yah!" Dumel Rendis tapi mata itu tetap tertutup rapat dengan tangan yang tetap memeluk Jefry erat.
Jefry terkekeh, syukurlah anaknya ini sudah kembali cerewet. Jefry menghela nafas kemudian mengusap wajah Rendis.
"Kalau mau sekolah bangun, mandi lalu sarapan, berangkat bersama ayah, oke?""Tentu." Hanya kata yang terucap tapi nyatanya tubuh mungil itu malah tetap tak bergerak dari dekapan hangat ayahnya.
"Ayah mandikan ya." Putus Jefry karena sudah 5 menit Rendis tetap tak bergeming.
Selesai memandikan Rendis, Jefry segera membantu menyiapkan keperluan anak itu, mulai dari seragam dan segala tetek bengeknya. Apa itu? Minyak telon dan bedak bayi, jangan bilang siapapun tapi ini sudah rutinitasnya, ditambah dengan lotion, haircare rasa stroberi dan parfum vanila. Setelah serangkaian persiapan itu selesai, kini mereka telah siap duduk di meja makan menikmati sarapannya.
Menu sederhana dari bi Siti, nasi goreng kecap dengan toping telur ceplok dan segelas susu cokelat. Rendis makan dengan sangat lahap, dia sangat merindukan nasi goreng kecap. Sedangkan, Jefry hanya menikmati 2 lembar roti dengan selai kacang serta teh sebagai pelengkapny. Jefry tidak suka kopi, aneh memang tapi menurutnya teh lebih menenangkan.
Selepas sarapan, Rendis berpamitan pada bi Siti tidak lupa memeluk erat perempuan yang sudah berumur tersebut.
"Sudah sampai, jangan nakal, jangan jajan sembarangan, pulang harus tunggu ayah jemput, jangan kelelahan, telpon ayah jika kau merasa tidak nyaman! " Jefry memberi petuah panjang mencoba memperingati Rendis yang tengah menatapnya dengan senyum patuhnya. Anak itu mengangguk semangat seolah anjing yang penurut pada tuannya.
"Paham ayah, dadah ayah, sayang ayah muachhh." Rendis berlari dengan kaki kecilnya memasuki gerbang hingga tak terlihat lagi. Jefry hanya menggeleng, bukankah tadi dia bilang jangan kelelahan, tapi anaknya baru saja berlari tergesa.
_____________________________________
"Bocil? Lu udah masuk?" Candra melotot melihat Rendis yang sudah duduk rapi sembari menampilkan gigi putihnya.
"Aku sudah sehat, jangan lebay, jangan cerewet, jangan komen pokoknya kalian diem!" Rendis berbicara menatap mereka satu persatu dengan jari telunjuk yah bergerak ke kiri dan ke kanan.
"Harusnya kamu istirahat dulu." Tambah Jordan yang didukung anggukan setuju oleh Hendra.
"Ststststts..... Aku tidak dengar jika pembicaraan kalian topiknya seputar itu." Rendis kembali membawa pandangannya ke papan tulis lalu mengeluarkan buku pelajarannya. Dia sangat bersemangat, ya benar, Rendis suka belajar.
"Keras kepala." Nanda berucap ketus lalu duduk disamping Rendis tanpa berucap apapun. Rendis hanya mengendikkan bahunya tak peduli.
Jam istirahat sedang berlangsung, keramaian memenuhi kantin. Rendis tak terlalu peduli dengan sekitar. Anak itu duduk anteng fokus dengan makanannya. Rendis memakan siomay dengan saus kacang hingga belepotan. Menurut Rendis jajanan kantin memang sangat enak, tapi kalau ayah tau bisa habis dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati Rendis
Genç Kurgu"Ayah maaf, tapi disini rasanya sakit. Ibu tolong dekap aku. Mengapa semuanya jahat? Apakah aku pendosa? Adilkah aku mendapatkan ini semua? Haruskah aku terima? apakah aku egois?" Rendis. Malam ini sejuk tak biasa, bahkan embun ikut menetes menggena...