[Chapter I] : Natajyx Forest

389 47 15
                                    


"Monsters, giants, fire. Makhluk misterius yang menjadi penghuni kerajaan Demon berada. Tempat besar dengan tatanan bangunan tidak berubah, semenjak perang berakhir. "

"Terletak di tengah hutan terlarang, terbesar di dunia, namun hanya yang terpilih yang dapat melihatnya. Yaitu hutan—Natajyx Forest. "

"Cukup, itu hutan mematikan. "

Temannya mengangkat tangan jika menyangkut hutan besar yang konon tempat para makhluk buas disana berada. Sungguh, bahkan banyak tubuh tewas di malam hari dengan luka besar.

Sudah pasti ulah makhluk buas, bukan?

"Lalu? Kau membiarkanku pergi sendiri? " Jake Eslovan, dia berujar ketus seraya menunjuk tas ransel miliknya. Yang sudah berisi barang bawaan nanti.

Sontak, Jungwon yang mendengarnya gelemg kepala. Sepertinya pikiran Jake sekarang hanya untuk menemui makhluk mitos dibuku itu.

"Bukan, Jake. Hanya, kau tahu sendiri hutan itu sangat berbahaya. Kita pergi malam, terpikirkan untuk berlari dari kejaran beruang besar? "

Tubuhnya saja lebih kecil dariku.

Jake menghela, tidak salah sih. Memang perkataan Jungwon benar, namun hanya sekali ini saja mereka dapat pergi. Jika di lain waktu, orangtuanya sudah lebih dulu kembali dari Newyork.

Bibirnya mencebik, "Yasudah kalau kau tidak mau. Aku pergi sendiri saja! " putusnya telak, dia menutup buku tebal yang baru dibacanya. Memasukkan kedalam ransel, lalu menyampirkan di punggung. Untung tidak terlalu berat.

"Kau pergi sendiri dan tidak kembali, berarti aku yang akan di mutilasi Daddy-mu. Aku ikut. "

"Thankyou, my honey bunny Verlanda Jungwon. Kau yang terbaik! " Jake tersenyum senang, menghiasi wajah murungnya.

Dengan rangkulan pada Jungwon, keduanya berlalu keluar rumah Jake. Memasuki mobil putih temannya, Jake duduk seraya mengendalikan degupan pada jantungnya.

Takut? Oh, tentu tidak—iya— bagaimana mungkin seorang Jake Eslovan takut untuk petualangnya kali ini?

"Kau kalau takut minum air dulu, atau ingin susu? Kita mampir ke minimarket lebih dulu. " yah, sepertinya Jungwon memang hafal akan sikapnya. Teman yang pengertian.

Namun walau begitu, Jake tetap pada pendiriannya. "Tidak. Ayo cepat! Sebelum terlambat! "

"Terlambat untuk ajal maksudmu. "

Sikap kekanakkan Jake memang harus Jungwon biasakan. Rasa petualang yang tidak dapat di tahan, sampai-sampai orangtuanya saja memilih meninggalkan Jake sendiri. Menitipkannya pada Jungwon yang kesabarannya harus besar.

"Ajal untuk Uwon saja, aku akan meninggalkanmu jika beruang datang, nanti. " Jake menyengir, temannya hanya mengumpat di sela menyetirnya.

"Kurang ajar. Sialan juga, kau. "

***

"Jake, apa memang segelap ini kawasannya? "

Matanya terus mencoba fokus, berkali-kali hendak melindasi lubang di jalan sedang satu arah ini. Jika ban mobilnya menerobos kesana, dan bocor, akan sangat menyebalkan.

Beauty And The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang