Gibran dan Arza pun kini sudah sampai di depan rumah, mereka melihat keempat adiknya sedang duduk di teras rumah.
Gibran berlari kecil saat melihat Danta yang sedang menangis di pelukan devan.
"Ta, kenapa nangis?". Gibran mengambil alih danta yang masih di pelukan devan.
Bukannya berhenti menangis bocah itu malah semakin kencang menangisnya. Arza menatap ke bawah Danta yang sudah basah ia pun tertawa lepas dan membuat Danta semakin merasa malu.
"Udah nggak usah nangis sana cepet mandi sebelum hanip pulang, lagian kamu kenapa kok bisa ngompol?" Arza berusaha menenangkan Danta, ia juga terheran-heran kenapa Danta bisa mengompol, dia kan laki-laki bisa buang air di amna saja, tapi kenapa dia malah menahannya sampai seperti itu.
Seperti yang kalian tau, Danta adalah anak polos yang bahkan masih mempercayai hal-hal ghoib, ia tidak berani untuk sembarangan buang air karena dulu Bapak selalu bilang kalau buang air sembarangan maka akan ada makhluk halus yang mengikutinya, sejak saat itu Danta benar-benar mengingat omongan Bapak dan sampai sebesar ini ia tidak berani buang air sembarangan, padahal Bapak waktu itu hanya menakut-nakuti Danta saja, dan mengajarkan Danta untuk selalu menjaga kebersihan. Yang penting jangan lupa baca doa.
Malam pun tiba sekarang semuanya sudah berkumpul di rumah, mereka sedari tadi asik menyantap makanan yang sudah tersedia, namun Danta bocah itu hanya diam saja, bahkan saat saudaranya mengajaknya bicara pun dia tetap tidak menjawab.Sepertinya ia masih kesal dengan yoga, dan ia memikirkan bagaimana besok harus sekolah karena celana seragamnya baru saja di cuci tadi. Itu tidak akan kering sampai besok pagi.
Setelah selesai makan Danta pergi ke kamarnya dan kamar yoga juga tentunya karena mereka satu kamar.
Danta mengambil bantal dan sarung lalu ia menuju ke ruang tamu, di sana ada kursi yang umurnya lumayan tua dan di bawahnya ada karpet.Danta memapankan badannya di karpet itu lalu menutupi tubuhnya dengan sarung yang ia bawa tadi. Sepertinya ia benar-benar marah pada yoga sampai ia tidak mau tidur satu kamar dengan yoga.
"Le, ngopo kok turu neng kene?" Bapak heran dengan tingkah anak bungsunya itu, dari tadi sore hanya diam melamun dan sekarang malah tidak mau tidur di kamarnya.
Danta sudah tertidur lelap dan tidak lagi mendengar pertanyaan Bapak. Bapak hanya menghela nafas dan menggelengkan kepala.
Lalu setelah itu Bapak memanggil Devan dan menyuruhnya untuk menggendong Danta ke kamar.
"Van, rene le, ewangi Bapak nggendong adekmu pindah neng kamar". Devan segera menghampiri Bapak, ia sedikit mengernyit heran melihat Danta seperti itu, walaupun ia sudah tau apa alasan adiknya itu tidur di sini, tapi ia tidak menyangka kalau Danta akan semarah itu dengan yoga. Biasanya juga kalau di jahili Danta tidak pernah marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story From Arza
Teen Fiction"kesulitan yang sebenarnya adalah mengatasi caramu berpikir mengenai diri kamu sendiri, jangan berpikir terlalu jauh"