pelukan untuk Arza🍂

46 19 47
                                    

Masih nungguin kan:(..
Jangan lupa vote yaa

Happy reading guys
*
*
Malam dengan kabut menyelimuti gelisah di hati Arza. Arza beberapa kali terbatuk bahkan badannya sudah melemas akibat darah yang keluar setiap kali ia terbatuk.. arza meringkuk merasakan udara dingin menembus paru parunya.. setiap kali ia mencoba menarik nafas rasanya sesak. Merintih, mengeluh pada sosok mama yang bahkan arza sendiri belum pernah melihat wujud mama kandungnya.

"Mama di mana" dalam isak tangisnya arza terus berusaha meraup udara malam itu dengan susah payah.

Sementara di balik pintu ada seseorang yang terus memperhatikan arza dan selalu mendengarkan rintihan arza, gibran menghela nafas kasar .. ia merasa jengkel dengan arza yang terus terusan menyiksa dirinya sendiri...

Arza memang selalu mengalami sesak nafas saat sedang menangis seperti ini, di tambah penyakitnya yang kambuh lagi..

Tak tahan dengan tangisan arza, gibran menerobos masuk ke dalam kamar, saat ini yang ia lihat hanya tubuh kecil arza yang meringkuk di atas dipan dengan sedikit bercak darah di telapak tangannya...

"Za, kamu sakit?".. gibran mendudukkan dirinya di tepi ranjang, tangannya terulur menyentuh kening arza dengan punggung tangannya. tidak seberapa panas, gibran lalu membalikkan badan arza untuk memeriksa suhu tubuhnya di bagian leher.

Betapa terkejutnya ia ketika melihat bercak darah di sudut bibir arza dan di telapak tangannya. Gibran begitu panik , namun tidak dengan arza, kini dia mulai mengantuk dan ingin tidur. Iya menggenggam tangan Gibran erat-erat.

"Mas jangan bilang bapak dan yang lain ya, aku nggak mau nyusahin bapak, kasian bapak kalo harus kerja keras buat berobat aku" ucapnya dengan suara yang hampir tak terdengar lagi.

"Za, mas masih punya tabungan, buat kamu berobat ya, mas nggak mau liat kamu sakit, yang lainnya juga".

Gibran masih berusaha membujuk arza agar mau pergi ke dokter, namun arza tetaplah arza bocah itu kekeh tidak mau di periksa dengan alasan kalau sakitnya yang sekarang bukanlah apa apa baginya di bandingkan dengan luka belasan tahun lalu.

Gibran sangat mengerti arah pembicaraan ini akan kemana, ia muak membahas hal itu.

"Cepet sembuh yaa, kamu tidur aja udah malem, nanti mas temenin di sini" .. gibran mengubah topik agar arza bisa melupakan kejadian itu, dan ia menyuruhnya untuk segera tidur.

13 tahun lalu, dimana arza kecil yang masih tinggal di rumah megah keluarga gevan. Di usianya yang masih lima tahun, saat itu ia tidak sengaja membuat sang adik terjatuh, dia benar benar tidak sengaja.

Tentu saja gevan merasa amat marah saat mengetahui putrinya terluka karena arza anak angkatnya itu, pikirannya sangat kalut, ia bahkan melontarkan kata-kata tidak pantas untuk arza.

Arza hanya bisa menangis saat ayahnya memukulinya dan mengatakan bahwa ia adalah anak pembawa sial di keluarganya, arza tau dia hanya menumpang hidup di rumah megah itu, tapi tidak seharusnya gevan melontarkan perkataan yang menyakitkan.

Semenjak hari itu arza tidak pernah lagi berbicara pada mama dan papa angkatnya, ia merasa malu karena ia hanya bisa menyusahkan saja. Terlebih lagi ia mendengar percakapan kedua orangtuanya yang akan mengembalikan nya ke panti setelah adiknya sembuh nanti.

Arza pernah egois ia bahkan berdoa agar Rinjani adiknya itu tidak pernah sembuh dari sakitnya, namun tuhan berkehendak lain. Rinjani sembuh, dan benar saja semua itu terjadi.

Story From ArzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang