Beberapa bulan setelah pertemuan itu Arza jadi jarang sekali menemui Rindi ia bahkan tampak selalu menghindar dari gadis itu.
Pukul empat sore Arza baru saja menyelesaikan pekerjaannya, bocah itu meregangkan ototnya sesaat setelah selesai mengepel lantai restoran itu.
Yaa, Arza sekarang sudah mendapat pekerjaan, saat ia bertemu Rindi waktu itu, Rindi sempat memberi lowongan pekerjaan di restoran milik pamannya, yang tak lain adalah adik dari papa Gevan.
Arza sebenernya sempat ragu untuk bekerja di sana, tapi ia juga butuh uang untuk biaya berobatnya. Tidak mungkin kan jika ia terus terusan menjadi bebannya Gibran dan Bapak.
Arza tampak sedang berpamitan pada pekerja lain yang berjaga di shift malam, di tempat Arza bekerja ada tiga shift, pagi siang dan malam, untuk Arza sendiri ia memilih shift siang di mulai pukul 11:00 sampai 16:00.
"Tinggal beberapa hari lagi Devan sama Lakshan ulang tahun, kira-kira tabunganku selama ini cukup buat beli apa ya untuk mereka" .. Arza bermonolog sambil berjalan, ia tengok ke kanan kiri melihat apakah ada yang menjual sesuatu.
Tak jauh dari sana ia melihat toko baju, tepat di bagian jendela depan ada dua manekin laki-laki yang di pakaikan setelan baju koko dengan model dan motif yang sama.
"Bagus banget bajunya, aku bakal beli itu buat Devan sama Lakshan". Arza sedikit mempercepat jalannya menuju toko itu .
"Mbak mau tanya, baju yang di manekin itu di jual nggak?". Pertanyaan bodoh keluar begitu saja dari mulutnya, sungguh itu membuatnya malu tidak ketulungan padahal niat hati Arza ingin menanyakan berapa harga baju itu, tapi yang keluar dari mulutnya malah berbeda.
"Haduh mas, kalo sudah di pajang ya di jual atuh, gimana si mas ini" pelayan toko itu sedikit tertawa melihat Arza yang salah tingkah.
"Mas nya mau beli?" Tanya pelayan itu
"i-iyaa mbak buat adik saya". Demi apapun Arza sangat malu rasanya dia ingin menghilang saja dari tempat itu , sungguh
"Baju koko ini udah satu setel sama celananya, karena ini penjualan pertama kami, jadi mas bisa ambil baju itu satu setelnya hanya dengan harga 85.000 aja" Jelas si pelayan
Arza lantas mengangguk menanggapi pelayan toko itu. Syukurlah harganya lebih murah dari yang ia kira
Arza lalu membuka dompetnya ada dua lembar uang 100.000 an dan satu lembar uang 50.000.
"Kalo gitu saya mau ambil dua mbak". Lantas pelayan toko itu membungkus baju yang di maksud Arza tadi lalu memberikannya pada Arza.
Setelah membayar, Arza bersenandung riang sambil berjalan membawa bungkus plastik berisi baju itu, saking senangnya ia tidak memperhatikan langkah kakinya sampai akhirnya ia menabrak seseorang.
"Ehh aduh, aduh maaf mbak saya nggak sengaja maaf".. Arza berusaha membantu orang itu sambil sesekali menundukkan badannya isyarat meminta maaf.
"Arzaa, kamu kemana aja selama ini". Gadis itu lantas memukul lengan Arza cukup kuat.
Sakit sebenarnya, tapi Arza harus tetap stay cool di depan perempuan yang tak lain adalah Rindi.
Rindi malah memeluk Arza dengan cukup kuat membuat Arza sedikit sulit bernafas, gadis itu enggan melepaskan Arza.
"Aduhh Rin lepas dulu akunya ga bisa nafas, Rindi..". Arza berusaha melepaskan tangan Rindi yang mencengkeram kuat jaketnya.
"Ayo Za kerumah". Rindi menunjukkan puppy eyes nya pada Arza, jujur saja sebenernya Rindi malu melakukan itu, ia malah ingin muntah setelah melakukan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story From Arza
Teen Fiction"kesulitan yang sebenarnya adalah mengatasi caramu berpikir mengenai diri kamu sendiri, jangan berpikir terlalu jauh"