Kini devan,yoga dan arza sedang duduk di depan teras rumah sambil menikmati kopinya masing-masing, sedangkan lakshan hanif masih saja ribut di belakang.
Gibran, dia sudah sejak tadi berangkat ke kebun untuk memanen kacang panjang yang memang seharusnya sudah di panen dari beberapa hari lalu, tapi karena kemarin bapak dan gibran masih sibuk mengurus jagung yang sudah mulai kembang.
Sebenarnya gibran sudah meminta izin kepada bapak untuk pergi bekerja ke luar kota, namun bapak tetap tidak akan mengijinkan anak anaknya untuk pergi jauh.
"Udah banyak yang tua ternyata". Gibran bermonolog sendiri saat melihat beberapa kacang yang sudah mulai layu
Gibran kemudian mulai memilah kacang yang masih terlihat Hijau. Saat sedang sibuk memetik kacang, tiba tiba saja sepasang tangan menepuk pundak gibran.
Gibran tentu saja kaget, karena sedari tadi hanya ada dirinya sendiri di kebun. Gibran menoleh untuk melihat siapa yang menepuk pundaknya tadi
"Loh ngapain nyusul, bapak sama danta udah pulang apa.?" Ucapnya saat melihat sosok hanif di belakangnya, entah kenapa bukannya menjawab hanif malah bergelayut di pundak gibran, dengan wajah sok imut dan tingkah manjanya yang kini hampir membuat gibran memuntahkan isi perutnya.
"Kamu kalo mau gelendotan gini mending nggak usah nyusul, bukannya bantuin juga ." Ucapnya sembari terus berusaha untuk menyingkirkan tangan hanif yang masih memeluk lehernya.
"Di suruh pulang sama bapak, tadi bapak bawa martabak." Kemudian ia malah semakin mengeratkan dekapannya pada sang kakak. Mau tidak mau gibran harus menggendong hanif menuju rumah
Hanif itu selain jahil dia juga manja, tapi hanya kepada gibran, sifat manjanya akan muncul jika ia merasa sedih dan kemungkinan juga di saat ada yang menyakiti hatinya
Kini di rumah sudah ada lakshan dan danta yang sibuk mendedah tas belanja tadi. Saat lakshan sibuk mengeluarkan belanjaan dari dalam tas iya melihat buntelan kecil berwarna oren kecoklatan.
"DANTAAA INI ANAK SIAPAA!!??.
jeritan lakshan melengking membuat seisi rumah menatapnya panik. Termasuk bapak juga. Pria paruh baya itu berlarian menghampiri putranya.
"Kenapa to shan kok teriak teriak". Itu bapak yang saat ini tengah duduk di kursi sambil memperhatikan putra nya yang menimang seekor anak kucing.
"Ehh maaf pak, tadi lakshan cuma kaget aja, ternyata itu cuman anak kucing". Dengan wajah tanpa dosa lakshan berlalu begitu saja melewati bapak dan audara saudaranya yang telah ia kagetkan tadi.
Lakshan berjalan menuju teras bertujuan untuk mempertemukan anak kucing itu dengan anak kucing lain. Lakshan mendekatkan kucing oren itu kepada kucing hitam yang bernama susi.
"Nah susi kenalin ini oyen, kalian pokoknya nggak boleh berantem, sekarang kalian bagian dari janadi fam's". Entah apa yang di lakukan lakshan , bocah itu tampak semringah ketika kedua kucing itu langsung akrab
KAMU SEDANG MEMBACA
Story From Arza
Teen Fiction"kesulitan yang sebenarnya adalah mengatasi caramu berpikir mengenai diri kamu sendiri, jangan berpikir terlalu jauh"