Villain || 01

3.5K 185 13
                                    

Lantunan musik menyambut pendengaran siapapun yang ada di ruangan ini. Area ballroom sebuah hotel terlihat indah dengan berbagai dekorasi pesta.

Puluhan orang dengan jas juga gaun gaun mewah memehuni seisi ruangan. Sibuk bercengkrama bersama kenalan dengan tangan memegang gelas alkohol. Ini pesta megah yang menghadirkan petinggi petinggi ternama. Orang-orang elit yang berkecimpung dalam bisnis berlumur darah.

"Acara ini melibatkan putri bungku keluarga Larson. Saya harap anda bisa melewati malam ini tanpa keributan."

Elian melirik saat mendengar suara setengah berbisik di sampingnya. Gadis itu hanya berdeham singkat, kembali berjalan mengabaikan wajah penuh peringatan dari orang yang mengajaknya bicara.

"Bukan aku yang harus kau peringatkan. Gadis dengan segala tingkah gilanya itu yang harus di ajak bicara."

"Nyonya tidak akan melepaskan anda jika hari ini kembali terjadi masalah. Ini baru hari kedua setelah hukuman yang anda terima."

"Aku mengerti!" Elian sedikit berdecak. Mempercepat langkahnya menuju tengah ballroom. "Berhenti mengoceh atau aku benar-benar akan membuat keributan."

Elian tampak cantik malam ini. Tubuh rampung berbalut gaun shoulder mermaid itu terlihat pas fi tubuhnya. Membungkus indah hingga memperlihatkan setiap lekuk tubuh gadis itu.

Tapak kakinya berjalan anggun melewati setiap orang yang berlalu lalang di ruangan itu. Senyum manis yang terlihat menawan tidak lupa menghiasi wajahnya. Terlihat anggun untuk ukuran gadis pembuat onar.

"Astaga, menyesakan sekali." Elian mendengus samar. Hingar bingar pesta membuat matanya sakit. Belum lagi segala pembahasan bisnis yang tidak dia mengerti terasa mendominasi setiap percakapan yang dia dengar.

Tidak masalah jika ini pesta anak muda yang isinya keseruan. Alkohol sex atau semacamnya. Akan terasa menyenangkan, Elian tidak akan keberatan ikut andil dalam acara semacam itu.

Masalahnya, ini bukan jenis pesta yang Elian harapkan. Ruangan ini hanya diisi para pejabat tinggi yang berkecimpung dalam bisnis. Seluruh percakapan nya hanya tentang perusahaan saja.

Tadi pagi. Ibunya mendadak mendatangi kamar Elian hanya untuk memberikan undangan pesta rutin pada pebisnis kota ini. Ibu dan ayahnya tidak bisa datang, maka Elian sebagai satu-satunya anak tunggal yang yang harus menggantikan mereka.

"Kemana aku harus pergi?"

Elian menghentikan langkah. Menoleh kebelakang pada pria tampan yang sejak tadi berjalan di belakangnya. Wajah tegas dengan tubuh tegap itu terlihat serasi bersanding dengan Elian.

Pria itu mengedarkan tatapan ke penjuru ruangan. Sesaat berhenti pada satu titik sebelum menatap Elian. Senyum kecil terbit di wajah tampannya.

"Tuan dan Nyonya Wilder baru tiba beberapa saat lalu. Sebaiknya anda menemui mereka untuk mengucapkan sapaan."

"Aku lebih tertarik mendatangi meja itu."

Dagu Elian bergerak menunjuk salah satu meja yang dihuni beberapa gadis seusinya. Mereka berkumpul, saling tertawa, entah membicarakan apa.

Milo, pria itu ikut menatap kearah yang di tunjuk Elian. Keningnya sedikit berkerut samar saat menyadari beberapa gadis yang tidak asing baginya. Pria itu menghela nafas. Mencoba mengontrol gejolak aneh dalam hatinya sebelum kembali menatap Elina.

"Sebaiknya jangan." Suaranya tegas tak terbantahkan. "Anda hanya akan memicu keributan di sana."

Alis Elian terangkat sebelah. Gadis itu terkekeh singkat mendengar penuturan Milo. Pria datar satu ini selalu punya cara membuatnya terhibur. "Kau mengataiku sebagai pembuat onar?"

Damn!! I'm Become To Be A VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang