Villain || 03

2.4K 173 6
                                    

Udara malam menembus kulit. Menghantarkan hawa dingin saat angin itu berhembus dari celah-celah jendela. Keheningan masih menyelimuti kamar mewah itu, menyisakan seorang gadis cantik yang terbaring lemah di atas kasur dengan beberapa orang mengelilingi.

Wajah gadis itu terlihat gusar. Matanya tertutup tapi tak urung dahinya mengernyit samar terlihat tidak nyaman. Tangannya mencengkram kuat tangan seseorang yang duduk di sampingnya, meremas kuat, melampiaskan sesuatu yang tidak bisa dipahami orang yang berada di kamar itu.

"Yang Mulia."

Pria yang tengah menatap wajah gadis di sampingnya itu menoleh. Beralih pada sosok lelaki paruh baya di sebrang sana.

"Putri Mahkota hanya kelelahan. Tidak ada yang serius dengan kondisinya." Pria itu tersenyum. "Beliau hanya memerlukan istirahat. Kondisinya akan pulih seiring waktu."

Almore. Pria bersurai putih itu tidak menjawab. Matanya masih tidak lepas dari wajah Kahina. Gadis yang selama enam bulan terakhir menjadi tunangannya.

"Kau yakin?" Almore memastikan. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya melihat kondisi Kahina. Gadis itu terus mengernyitkan dahi walau dalam kondisi tidak sadar.

"Dia terlihat tidak nyaman." Sebelah tangannya terulur mengusap dahi Kahina dengan lembut. Cengkraman di tangannya cukup kuat. Sebenarnya apa yang terjadi sampai Kahina dalam kondisi seperti ini.

Tabib itu ikut menatap pada arah pandang Almore. Bibirnya sedikit terangkat melihat bagaimana Almore yang telaten mengusap sisi wajah Kahina. Pria itu terlihat lembut. Memperlakukan Kahina dengan penuh kasih sayang dan kehangatan yang terlihat nyata.

"Putri Mahkota akan segera sadar. Saya sudah membuat ramuan obat, anda bisa memberikannya jika Putri sudah sadar."

"Kau boleh pergi."

Tabib itu mengangguk. Berdiri sebentar untuk menunduk hormat pada Almore yang masih telaten mengusap dahi Kahina.

"Kalau begitu, saya pamit, Yang Mulia."

Tabib itu pergi bersama Hera. Menyisakan Almore dan Kahina berdua.

Almore menatap lekat Kahina. Menilik setiap ekspresi yang gadis itu munculkan. Mencoba menerka apa yang sedang di mimpikan Kahina sampai terlihat tidak nyaman seperti ini.

Mereka menjalin pertunangan enam bulan lalu. Kahina yang mengajukannya, gadis itu sendiri yang meminta kepada Raja untuk menjalin pertunangan dengan Almore.

Pertunangan itu disetujui karena memang menguntungkan. Kedudukan Kahina sebagai putri bangsawan Duke menjadikan posisinya pantas dipertimbangkan sebagai Putri Mahkota kerajaan ini. Hubungan ini juga membuat keterikatan keluarga Duke tanoa sadar ada di dalam faksi pendukung Almore sebagai Putra Mahkota.

Posisinya semakin aman. Hubungan yang terjalin antar Almore dan Kahina membuat faksi pendukung nya semakin kuat.

Tapi, hubungan mereka tidak pernah sedekat itu. Setidaknya bagi Almore. Mereka bertenu setiap hari, menghabiskan banyak waktu bersama entah untuk membahas pekerjaan ataupun saling mengisi waktu luang dengan bercakap manis. Hanya saja, Almore tidak pernah benar-benar menatap gadis itu, dia hanya menganggapnya sebagai baru pijakan memperkuat posisi.

Hanya Kahina lah yang lebih sering mengajaknya berinteraksi. Gadis itu selalu meluangkan waktunya untuk mengajak Almore mengenal lebih dekat. Menunjukkan terang-terangan jika dia memang memiliki ketertarikan kepada Almore.

Almore sedikit mengerjab saat merasakan remasan di tangannya mulai mengendur. Pria itu menatap Kahina yang mulai siuman. Matanya beberapa kali bergerak sebelum menampilkan iris biru yang menawan.

Damn!! I'm Become To Be A VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang