Villain || 07

1.9K 170 6
                                    

"Flossie~"

Kahina mengulum bibir mengingat pertemuannya dengan Flossie tadi. Gadis itu seolah memiliki sesuatu yang membuat Kahina tertarik bicara dengannya. Walaupun isi percakapan mereka sedari awal terdengar cukup menyebalkan.

"Apa sebelumnya gadis itu memang mempunyai sikap menyebalkan? Kata-katanya beberapa kali membuatku kesal."

Tatapannya tertuju pada cermin di depannya. Menampilkan seluruh tubuh Kahina yang sekarang dibalut gaun indah berwarna putih gading dengan sentuhan warna orange di beberapa bagian.

Dia sedang mencoba beberapa gaun. Mengobrak-abrik seluruh lemari yang ada sampai merepotkan banyak pelayan untuk membantunya.

Setelah meninggalkan tempat Flossie, Kahina memutuskan kembali ke peraduan. Gadis itu tidak memiliki kegiatan apapun, memikirkan apa yang harus dia lakukan untuk mencegah kematiannya juga belum sempat dia pikirkan.

Alur novel belum di mulai. Jadi mungkin Kahina masih bisa bersantai sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan seraya menikmati kemewahan yang tersaji untuknya.

Masalah Almore tidak terlalu rumit. Pria itu akan tetap bersikap baik karena dia membutuhkan Kahina. Almore tidak akan membunuhnya tanpa alasan, kecuali jika Kahina menyentuh gadis yang di takdirkan menjadi pasangan Almore seperti dalam novel.

"Pertemuan anda tadi terlihat berjalan dengan baik, anda hanya terlalu memikirkan apa yang tidak seharusnya dipikirkan."

Hera menjawab sambil menurunkan beberapa gaun dari lemari ke atas kasur. Kegiatan ini sudah dilakukan hampir satu jam setengah, tapi Kahina masih terlihat asik memandangi tubuhnya yang entah sudah dibalut gaun keberapa.

Mengabaikan seluruh kamar yang berantakan dengan kumpulan gaun.

"Benarkah?" Kahina masih belum menyerah. "Kau tidak lihat bagaimana sikapnya saat pertama kali aku masuk? Gadis itu dengan santai mengatakan jika ini ruangan pribadi yang tidak seharusnya aku masuki. Menyebalkan sekali."

"Apa yang dikatakan Putri Flossie benar. Anda terbilang lancang memasuki ruangan pribadi seseorang."

Kahina berdecak sebal. "Bukankah kau yang membuka pintunya? Kenapa mengalahkan ku?"

Kali ini Hera tidak menjawab. Gadis itu menghela nafas pelan sambil tetap meneruskan kegiatannya. Kalimat Kahina barusan cukup menyinggung nya. Hera sadar jika dia yang salah sekarang.

"Boleh saya mengatakan sesuatu."

Suara Hera kembali terdengar. Membuat pergerakan tangan Kahina yang sedang merapikan gaunnya sedikit terhenti sebelum kembali asik pada kegiatannya.

Berputar cantik, memperhatikan lekukan indah pada tubuhnya yang terbalut gaun.

"Katakan."

"Sejujurnya." Hera menggantung sebentar jawabannya. Menoleh sekilas pada Kahina yang tidak terganggu sama sekali. "Sampai kapan anda akan membuat kekacauan di kamar ini?"

"Kekacauan?"

Tatapan Hera tertuju pada tumpukan gaun di atas kasur. Mengulum senyum kecil lalu menjawab. "Ini sudah gaun kesekian yang anda coba. Kita sudah mengeluarkan seluruh gaun di tiga lemari dalam satu jam setengah, Nona."

"Aku belum menemukan yang aku suka."

"Anda membuat kamar ini berantakan. Seluruh sudutnya hanya di penuhi gaun."

Kahina mengabaikan Hera. Matanya masih tertuju pada pantulan dirinya di cermin. "Sebentar lagi, gaun ini terlihat buruk di tubuhku."

"Kau terlihat cantik, Lady."

Damn!! I'm Become To Be A VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang