Villain || 00

5.7K 289 1
                                    

"Kau kembali bersama kegagalan yang sama, Dewi?"

Air mata Kahina luruh. Gadis itu terduduk tak berdaya di atas lantai berlapis. Menangis dalam diam, meratapi semua yang terjadi dalam hidupnya.

Penampilannya kacau. Rambut putih serupa salju miliknya terlihat berantakan, menutupi seluruh wajah cantik yang sekarang menunduk di linangi air mata. Mahkota yang tadinya bertengger di kepala gadis itu sudah lepas. Terpental jauh beberapa meter darinya.

"Cuacanya terlalu indah untuk melihat putriku menangis atas kesalahannya sendiri."

Pria yang duduk di atas singgasana itu kembali berucap. Sorot matanya dingin, menghunus tajam pada sosok gadis cantik yang terlihat menyedihkan dibawah sana.

Situasi nya kembali sama. Terulang belasan kali seperti sebelum-sebelumnya. Kahina, sosok gadis cantik yang menjabat sebagai salah satu dewi di dunia atas sekaligus putri pertamanya kembali dalam keadaan sama. Terduduk tidak berdaya bersama air mata yang membanjiri seluruh wajahnya.

Sosoknya terlihat menyedihkan tapi apa yang terjadi sekarang adalah hukuman atas apa yang dia perbuat selama ini.

"Aku gagal..." Suara Kahina terdengar lirih. Gadis itu masih menunduk, enggan menatap sosok pria menawan di depannya. "Almore kembali membunuhku."

Pria itu diam. Melihat dari atas kursi kebesarannya bagaimana kacaunya Kahina. Suara tangis itu terdengar lirih. Tubuhnya bergetar di lingkupi cahaya samar dari sisi sisi tubuhnya.

"Almore meninggalkan ku. Membuatku kembali sendiri dalam kesepian."

"Kau tidak bisa terus seperti ini, Dewi." Kesiur angin berhembus samar. Menghantarkan hawa dingin yang langsung menusuk kulit. "Hentikan dan terima hukuman lain atas kesalahan yang kau lakukan."

Pria itu mencoba tersenyum. Hatinya ikut sakit melihat keadaan Kahina yang seperti ini. Dewi yang dulu selalu menebar senyum di manapun dia berada sekarang justru tidak lebih dari sosok menyedihkan yang putus asa.

Situasi ini sudah terlalu sering terjadi. Belasan kali dia melihat Kahina seperti ini tanpa bisa melakukan apapun. Gadis itu harus berhenti, bersiap menerima apa yang memang seharusnya ia terima atau jiwanya akan musna bersama keegoisan yang dimilikinya.

"Tidak!" Kahina mengangkat wajah. Menatap langsung pada sosok pria yang selama ini membantunya. Iris kebiruan miliknya bergetar samar. "Almore sejak awal milik ku. Dia ditakdirkan untuk bersamaku sampai kapanpun. Kau sendiri yang menuliskan takdir itu, jadi jangan melanggar apa yang sudah kau catatkan sejak awal."

"Semua kegagalan itu karena kau yang tidak bisa membuang keegoisan dalam dirimu, Dewi. Semua yang kau lakukan akan berakhir sia-sia selagi kau tidak bisa memahami keadaan dengan benar."

"LALU APA YANG HARUS AKU LAKUKAN!"

Suara nyaring itu terdengar memekakan telinga. Kahina berteriak marah, menyorot tajam pada sosok si atas singgasana. Air mata gadis itu lolos. Kembali muncul dalam lingkupan kekhawatiran.

Kepalanya menggeleng ribut. Mencoba menghilangkan segala kemungkinan yang bisa kapanpun terjadi. Dia sudah sejauh ini, sudah banyak yang dia lakukan untuk mendapatkan kembali pasangannya. Membiarkan pria yang dia cintai meninggalkan nya sendiri adalah sesuatu yang tidak akan Kahina biarkan.

Sejak awal takdirinya bersama Almore. Pria yang begitu memujanya itu adalah milik Kahina. Tidak boleh ada siapapun yang mengambilnya dari Kahina bahkan jika itu Dewa yang sedang duduk di atas singgasana sekalipun.

"Aku tidak mau melepaskan, Almore." Suara Kahina kembali lirih. Terdengar pelan setengah berbisik. "Tidak akan..."

"Semua sia-sia, Dewi."

Damn!! I'm Become To Be A VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang