Villain || 06

1.9K 172 6
                                    

"Anda berfikir seperti itu?" Kahina menaikan halis. Tersenyum kecil kepada Flossie yang terlihat menikmati tehnya.

Keadaan seperti ini sudah sering Kahina hadapi di kehidupan sebelumnya. Kahina tahu jelas jika ucapan Flossie barusan hanya untuk melihat reaksinya.

Di novel, Kahina tidak pernah suka mendengar sesuatu yang buruk tentang hubungannya dengan Almore. Gadis itu memiliki tempramen buruk yang cukup sulit ditangani.

Apapun itu, mereka yang mengetahui pentunangan Kahina dengan Almore tidak pernah menyinggung gadis itu. Kahina akan melakukan apapun untuk membuat citranya bagus sebagai pasangan Pangeran Mahkota. Termasuk menyingkirkan orang-orang yang menurutnya mengganggu.

"Aku hanya mengungkapkan apa yang aku lihat"

"Tidak masalah." Kahina menjawab lugas. "Bukankah ada banyak hal yang tidak bisa kita paksakan untuk membuat seseorang menyukai kita? Jika anda merasa seperti itu, maka biarlah. Saya tidak tertarik merubah sudut pandang seseorang tentang hubungan saya dengan Pangeran Mahkota."

"Sungguh?" Flossie tertawa kecil. Gadis itu tampak menikmati hiburan di depannya.

Senyum yang Kahina ukir. Sikap gadis itu yang lebih tenang dari biasanya dan tatapan mata lembut namun berisikan segala hal rumit yang tidak Flossie pahami membuat dia tertarik.

Hubungan mereka tidak bisa dibilang baik ataupun buruk. Baik Kahina ataupun Flossie, keduanya tidak pernah berinteraksi lebih jika tidak menyangkut kegiatan kerajaan.

Jika boleh jujur, Kahina menjadi Putri Mahkota bukan hanya karena keluarganya mengajukan pertunangan, tapi karena gadis itu juga memiliki kualitas mumpuni dalam pergerakan kerajaan. Pengetahuannya dalam politik membantu besar Almore menangani tugas-tugas nya sebagai Putra Mahkota.

Dalam kata lain, Kahina cukup pintar. Posisinya ada di urutan pertama orang yang pantas menduduki kandidat Putri Mahkota. Terlepas dari sikap buruknya.

"Aku tidak menyangka jawaban itu yang akan keluar dari mulutmu, Putri."

"Anda bicara seolah mengharapkan jawaban lain dari saya."

"Mungkin?" Flossie menaruh cangkirnya. Menatap Kahina dengan senyum aneh. "Tadinya aku kira akan ada adegan mengamuk. Paling tidak teriakan seorang gadis yang mengatakan jika aku tidak memiliki hak apapun membicarakan kecocokan mu dengan Pangeran Mahkota. Seperti apa yang biasa kau lakukan?"

"Perkataan itu terdengar terlalu kasar. Saya lebih tidak menyangka anda akan terang-terangan bicara seperti sekarang."

"Ah, maaf." Flossie berkata seraya tersenyum kecil. "Aku hanya terlalu bersemangat melakukan perbincangan dengan Kakak ipar ku sampai melewati batas yang kumiliki."

"Anda terlihat cukup menyenangkan."

Flossie membenarkan posisi duduknya. Untuk beberapa saat diam diam, kembali menilik Kahina yang duduk di depannya lalu berdeham. "Apa yang kau butuhkan?"

"Saya datang untuk mengucapkan permintaan maaf atas kejadian dua minggu lalu." Kahina memasang wajah menyesal. Matanya berpendar lembut dengan sorot sendu yang dibuat. Seolah meyakinkan bahwa dia menyesali perbuatannya.

"Acara yang harusnya menjadikan anda tokoh utama justru hancur karena kecerobohan saya. Untuk itu saya harap anda mau memaafkan apa yang terjadi malam itu. Apa yang saya lakukan terbilang kekanakan untuk gadis seusia saya. Maaf telah mempermalukan anda tanpa sadar.

"Saya menyadari semua kesalahan yang saya lakukan. Apapun itu, maaf sudah mengacaukan hari yang seharusnya menjadi hari spesial untuk anda."

Kahina mengangkat wajah. Berniat melihat apa yang akan Flossie lakukan. Tapi, gadis itu tidak menunjukan reaksi sama sekali selain diam. Matanya menatap langsung pada manik kebiruan Kahina. Sudut bibirnya terangkat, entah memikirkan apa.

Damn!! I'm Become To Be A VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang