Bab 7

7.8K 229 5
                                    

Viona pov

Huh bosen banget, selain bosen juga nih tangan capek banget dari tadi gak berhenti mencatat hasil meetingnya. Ribet banget yah kalau kerja gini, enak juga minta duit sama orang tua haha.

Drrttt.....

Ku hentikan sejenak tugasku dan kulihat ada notifikasi sms di hpku, kulirik lagi kearah jordan yang masih fokus melihat penjelasan client.

+62821xxxxxxxx

Let's play the games, Vi.

What the hell?  bisa-bisanya sms disaat kek begini?  Gesrek kali tuh otak cewek yah. Tapi, kalau ancaman ini benar bagaimana?  Bagimana kalau dia berhasil mencuri detak jantung yang hanya untuk Aku?  Apa aku sanggup melepas orang yang mulai mencintai, orang yang memberiku ciuman pertama saat kecil dulu?  Apa aku sanggup menjumpai lelaki seperti dia lagi?  Lelaki dengan keberanian tinggi itu?  Ah Tuhan...

Aku benar-benar takut sekali, kehilangan itu tidak pernah menyenangkan dan mendengar kata kehilangan saja membuat tubuh ku lemas. Aku benar-benar takut sekali sekarang ini, tak terasa air mataku kini merembes keluar dan kurasakan tangan besar yang menghapus air mataku, tangisku pun semakin pecah.

"Hey, jangan menangis!" Serunya sambil berjongkok didepanku dan menggenggam kedua tanganku, ku lirik dia yang kini menatapku lekat-lekat.

Apa kamu tau Jo? Aku takut sekarang ini,takut kehilanganmu dan takut tidak mendapatkan yang sama sepertimu. Apa kamu punya rasa takut sepertiku ini juga Jo? Hatiku semakin minder ,dan otakku berfikir pantaskah aku bersanding denganmu? Mengandung dan melahirkan anakmu?

Bagaimana kalau Asya berhasil merebutmu dariku? Atau kau yang pergi untuk memilih Asya? Aku semakin ragu dengan semua kata cintamu? Tapi,bagaimana dengan suara detak jantung yang kau perdengarkan itu padaku? Apa itu bukti kalau kau bahagia denganku?Begitu banyak ketakutan dalam diriku, aku harus bagaimana Jo?

"Sayang? Kenapa tangismu semakin menjadi? Bicaralah,kumohon" pintanya yang kini sudah mendekap erat tubuhku,dan detak jantung yang sedang berpacu sangat cepat itu kembali kau perdengarkan. Apa kau juga takut Jo?

Kurasakan tangan besarnya yang mengelus punggungku dan bibirnya yang mengecup puncak kepalaku. Semua ini membuatku nyaman,tapi bagaimana kalau kenyamanan ini tidak bertahan lama?

"Bicaralah,sayang. Jangan buat aku khawatir" pintanya yang semakin erat mendekapku. Apa aku harus bicara? Ya,harus batinku . Tapi aku takut...

"Ak-aku takut Jo" jawabku yang terbata dan kueratkan lagi pelukannya . "Aku takut kau pergi dan meninggalkan aku sendiri" sambungku diiringi suara tangis yang semakin menjadi.

"Jangan takut sayangku,percayalah. Aku janji gak akan menyakitimu " sahutnya yang kini tidak lagi memelukku,kedua tangannya menghapus airmataku yang tetap saja tak mau berhenti.  "Please jangan nangis,hatiku sakit melihat kamu menangis seperti ini Vi" sambungnya yang kini berlutut didepanku dan memelukku.

"M-Maafi aku Jo, kamu betul janjikan? "Tanyaku padanya sambil senggugukan. Dia tersenyum tulus kepadaku dan mencium kedua telapak tanganku.

"Aku janji, percayalah "jawabnya yang kini kembali memelukku lagi.  Hatiku menghangat mendengar janji yanh diucapkan, tapi tetap saja Perasaan takut ini masih ada dan masih jelas.

"Makasi Jo" jawabku mempererat pelukkannya, ini akan jadi bagian favorit aku saat bersamamu Jo, karena dengan begini aku mampu mendengarkan detak jantung yang hanya untukku itu .

Bukannya lagi meeting ya ? Batinku. Ku renggangkan kedua tanganku yang memeluknya, ah yang benar saja sampai lupa begini. 

"Jo lepaskan, kita sedang meeting Jo! "Bisikku padanya yang masih enggan melepaskan pelukannya. Aih nih anak pemimpin gak patut dicontoh banget yah, mesra-mesraan pas meeting lagi. Aaa.....

Marry your daughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang