Bab 30

266 21 5
                                    

Saat Clara membuka mata, yang bisa dia lihat adalah sosok sayap besar dengan banyaknya mata di sayap itu. "Kami tidak menerima jiwa yang tidak ditarik langsung malaikat maut!"

Segera tubuh Clara terasa seperti berputar-putar. Kepalanya pusing, dan dia merasa seperti jelly. Kenyal dan tidak berbentuk. Tidak. Jangan bilang dia masuk ke dalam tubuh slime?!

Clara menarik napas dalam. Matanya terbuka tapi langsung tertutup karena sinar matahari terik. Setelahnya dia mengerjap berulang kali. Berusaha membiasakan cahaya di matanya.

Gadis itu berusaha menggerakkan tangan, memijit kepalanya yang masih terasa sakit. Tunggu, tangan?! Clara menatap tangannya. Ini sungguhan tangannya!

Dia segera menunduk. Mendapati tubuhnya berbalut gaun putih yang begitu indah. Dia masih hidup! Sungguhan hidup dengan tangan dan kaki yang bisa digerakkan!

Gadis itu langsung mendudukkan diri dan menatap sekeliling. Suasananya aneh. Para hewan berbicara, makhluk mistis, hingga para Pevensie bahkan ada disana. Mereka terlihat berduka dengan mata sembab dan air mata yang masih mengalir.

Clara mendapati Aslan yang berwujud manusia berdiri di sebelah Clara, memegang sebuket lili putih. Netra lelaki itu melebar. Bunga yang dia pegang jatuh.

Pidato yang tadinya berjalan setengah, kini berhenti. Semua hadirin yang sedari tadi menunduk sambil menangis dalam diam kini menengadah, mendapati sosok yang harusnya akan dimakamkan malah bangkit dan duduk seperti hidup kembali.

"Sahara?" Ash berbisik ragu.

Clara menatapnya lama. Dia tidak ingin hidup sebagai Sahara lagi. Sudah rindu dengan hidupnya sebagai Clara. Meski begitu, di dunianya yang sebelumnya tidak menerimanya. Jadi kemana dia pergi jika bukan disini?

"Bisakah paling tidak kau memanggilku dengan nama Clara?" Lirihnya. Dia bosan dan ingin hidup bekerja lagi. Tapi, dia sudah ada disini. Apa yang bisa dikeluhkan? Toh, dia tidak bisa kembali.

Ash tanpa ragu menarik tubuh Clara dan memeluknya erat. Menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Clara. Lelaki itu menghirup dalam aroma tubuh Clara. Tidak ada bau busuk mayat. Hanyalah aroma manis dan menangkan yang dia dapatkan. Clara sungguhan hidup kembali.

"Menyingkir kau, makhluk jejadian! Dia putriku! Saat kembali harusnya dia memeluk ayahnya, bukan pacarnya!" Zen melompati Ash dan mendorongnya menjauh.

Clara menatap Zen dengan ragu. "Aku... aku bukan putrimu. Aku bukan Sahara." Lirihnya pelan.

Zen mendengus. "Sudah kubilang. Baik itu memang kau atau bukan, selagi kau ditubuh putriku, kau akan terus menjadi putriku." Harimau itu segera menyandarkan kepalanya di bahu Clara.

Clara memeluk Zen dengan erat. "Terima kasih, ayah."

Suasana yang tadinya berduka, kini meriah. Para Pevensie yang hadir segera berlari menuju Clara. Mereka berbincang dan Clara menjelaskan semuanya.

Dia sudah tidak ingin berpura-pura menjadi Sahara. Dia ingin dipanggil sebagai Clara. Nama aslinya. Karena itu, dia memberitahukan segalanya pada para Pevensie itu.

Peter dan yang lainnya terkejut. Meski begitu, mereka juga tidak menolaknya. Toh, bagaimanapun dia tetaplah Sahara yang mereka kenal. Baik namanya Sahara, maupun Clara.

Mereka juga menceritakan kejadian setelah mereka meninggalkan Clara dan Ash itu. Juga tentang perang dengan musuh yang sangat kuat itu.

"Mereka adalah pasukan yang dibentuk untuk membangkitkan Jadis kembali. Mereka tidak mati bahkan jika masuk ke hutan beracun. Sungguh makhluk gila." Kata Edmund.

"Tapi mereka dengan bodohnya masuk ke WildArea. Kami yang tinggal damai disini membantai mereka semua." Zen melanjutkan.

"Jadi, WildArea dan Narnia sudah berdamai?" Sahara memasukkan sebiji anggur ke dalam mulutnya. Gadis itu mengunyah pelan dan menatap para Pevensie dan Zen bergantian.

Became An Extra CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang