Bab 23

128 11 2
                                    

Warning: episode ini memiliki adegan berdarah yang bisa membuat para pembaca menjadi tidak nyaman.



Lokasi perburuan nampak begitu sepi kala Edmund dan Sahara tiba. Mereka menemukan jejak darah dan juga bekas pertarungan. Tak lupa mayat-mayat minatour dan serigala. Sahara menahan napas. Takut sekali dengan keadaan Lucy dan yang lainnya.

Meski begitu, dia langsung menghela napas lega saat melihat siluet Lucy dan Susan di sana. Rupanya Susan berhasil menyusul Lucy tanpa terkendala.

"Lucy!" Sahara berteriak saat dia mendapati Lucy dan Susan sedang berdiskusi. Nampak wajah Lucy pucat melihat ke arah Sahara. Atau mungkin tepatnya ke belakang Sahara, yakni Edmund.

"ED!" Lucy berlari menghampiri Black yang mendekatinya. Susan ikut dari belakang.

"Edmund!" Susan dengan segera menarik adiknya turun dari kuda dengan perlahan. Dia  Membaringkannya secara tengkurap di atas rumput datar.

Kenapa tengkurap? Karena bagian panjang anak panah di lengan Edmund itu ada di belakang atas sikunya. Jika dia membuat Edmund terlentang, maka Edmund akan kesulitan karena anak panah itu.

"Apa yang terjadi?" Lucy bertanya. Matanya memerah, menahan air mata. Tadi dia sudah diserang habis-habisan, sekarang kakaknya kembali dalam keadaan sekarat. Anak panah di lengan kirinya itu nampak tembus  hingga ke sisi lain lengannya. Terlihat begitu mengerikan.

Tanpa bicara, Susan langsung memeriksa Edmund tanpa ragu. Dia mulai dengan denyut nadi Edmund dan juga memeriksa semua luka yang ada. "Dia kehilangan banyak darah."

Sahara menatap Susan dengan wajah pucat. "J-jadi bagaimana?" Sahara nampak sangat panik mendengarnya. "Apa... Apa Edmund akan mati?"

Susan menggelengkan kepalanya. "Tidak. Tidak akan masalah karena Lucy memiliki obat terbaik. Sepertinya itu juga bisa digunakan sebagai penambah darah. Atau tidak?" Susan menatap Lucy dengan wajah seriusnya.

Lucy menggelengkan kepala. Tidak tahu menahu apa fungsi lain dari healing potion miliknya selain menutup luka dan menyembuhkan semua penyakit. Meski begitu dia tanpa ragu dan langsung mengeluarkan healing potion pemberian Santa Claus saat mereka baru tiba di Narnia dulu.

Tapi Susan menahan tangannya. "Sebentar." Dia menatap Edmund dengan wajah berat hati. "Aku akan mengeluarkan anak panahnya dari lenganmu lebih dulu." Dia mungkin lembut. Tapi dia tahu saat dimana dia harus bersikap tegas.

Edmund balas menatapnya dengan mata yang hampir tertutup. "Laku ... kan ..." Bisiknya. Napasnya memburu seolah dia akan mati sebentar lagi. Wajahnya pucat pasi seperti mayat. Dia benar-benar berada di ambang batasnya.

"Ini akan sangat sakit." Susam bergumam. Dia mengelus lengan Edmund yang terluka.

"La ... kukan." Edmund berbisik lagi. Jelas sekali kalau dia tidak akan mengubah keputusannya.

Lucy mulai terisak kecil. Dia memotong lengan gaunnya dan menyumpal mulut Edmund dengan kain itu. "Tolong....  bertahanlah." Lirih gadis itu.

Sahara hanya bisa menonton tanpa bisa mengatakan apapun. Dia tidak punya pengetahuan semacam pertolongan pertama, atau apapun itu. Jadi dia hanya bisa diam dan berusaha untuk tidak mengganggu.

Became An Extra CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang