Bab 17

138 15 0
                                    

"Karena wajah Sahara sudah menempel di kepalaku."

Sedetik setelah Ash mengatakan itu, mata Edmund langsung melebar. Dia menutup mulutnya dengan tangan, berusaha menahan tawa. "Astaga." Bisiknya. Masih berusaha untuk tidak tertawa.

'Novel yang sering di baca Lucy jadi kenyataan.' Batinnya tak percaya.

Sebelum pergi ke WildArea, dia sempat membaca novel favorit Lucy. Novel itu bercerita tentang seorang butler dengan lady yang dilayaninya. Dalam novel itu, sang butler jatuh hati pada lady yang dia layani. Semua itu berawal dari mereka yang menghabiskan waktu tak sengaja di pantai berdua karena tersesat. Persis seperti Ash dan Sahara yang bertatapan lalu hampir ciuman, di novel itu sang butler juga melakukan hal yang sama.

Selain itu, butler itu juga terlihat sudah mencintai sang lady meskipun dia selalu mengelak. Wajah sang lady juga di ceritakan selalu terbayang-bayang di kepala si butler. Persis seperti Ash sekarang. Meskipun Ash bukanlah butler, tapi dia rakyat biasa, kan? Jadi mirip saja.

Dan ini ... Berita bagus untuk Lucy.

Sepertinya Edmund bisa melihat hal menarik setelah sekian lama. Adiknya pasti akan menjadi Mak comblang di masa mendatang.

"Apa ... ada yang aneh?" Ash masih mengernyit. Tidak mengerti kenapa sikap Edmund begitu.

'Aku harus menceritakannya pada Lucy nanti'. Edmund kini menarik napas panjang sebelum menghembuskannya perlahan. Dia menoleh pada Ash lagi. Tapi kali ini dengan senyum kecil.

"Tidak ada. Pokoknya, selamat berusaha. Jangan lupa kalau kau tidak menyukai Sahara seorang diri. Gelagat kakakku seperti sudah menemukan wanita yang tepat untuk mengisi posisi Permaisuri." Lelaki itu kini bangkit dan mengambil lenteranya. Ash terlihat butuh dorongan kecil agar cerita ini bisa berlanjut dan mencapai happy ending.

"Hah? Apa maksudnya? Peter ingin menikahi Sahara?" Jelas sekali nada panik dari suaranya. "Mereka bahkan belum kenal hingga sebulan!"

"Apa masalahnya? Keuntungan memiliki Sahara di pihak kami terlalu banyak." Seringai kembali muncul di wajah Edmund. "Kalaupun Peter tidak mau, aku bisa maju dan menggantikannya. Sahara terlalu cantik untuk dilewatkan." Bohong. Edmund saja tidak peduli soal perempuan. Dia lebih mencintai pedangnya.

Meski begitu, akting Edmund cukup ampuh untuk membuat Ash membeku sesaat. Selagi itu terjadi, Edmund langsung berlalu. "Pokoknya jangan sedih saat Sahara sudah menggandeng lelaki lain."

Sepeninggal Edmund, Ash berdiri cukup lama disitu. Setelah beberapa menit seperti orang bodoh, dia akhirnya mengusap wajahnya kasar.

Tidak dia sangka saingannya kini ada dua. Oh, apakah mereka bisa disebut saingan? Entahlah. Ash bahkan tidak yakin perasaan macam apa yang dia rasakan ini. Karena itu, sepertinya dia harus memastikannya dulu.

Lelaki itu menoleh sambil mencoba untuk merasakan keberadaan Sahara. Dia adalah pencipta berwujud singa. Seluruh indranya berfungsi melebihi makhluk lain. Mengetahui posisi Sahara hanyalah hal sepele untuknya.

Sahara ada di dekat sana. Di sebuah kamar di lantai dua dengan balkon yang menghadap langsung ke arah laut.

Setelah tahu posisinya, Ash melangkah ke tanah di depan balkon kamar Sahara. Lantas dia memanjat celah dinding tanpa ragu. Menaiki balkon kamar Sahara tanpa melakukan sedikitpun kesalahan. Setelah tiba, dia menatap ke dalam kamar itu melalui kaca pintu. Cair Paravel meskipun dalamnya telah menggunakan lampu pijar, uniknya taman disekeliling masihlah gelap. Mungkin karena listriknya kurang. Entahlah.

Ash mengetuk pintu kaca itu dengan lembut.

Sahara nampak bangkit dan membuka pintu. Kalimat pertamanya langsung membuat Ash gelagapan.

Became An Extra CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang