"Ada benang merah pembunuhan yang mengalir dalam kehidupan yang tidak berwarna, dan tugas kita adalah mengungkapnya, mengisolasinya, dan mengungkap setiap incinya. Dan sekarang, untuk makan siang."
...
Saat ini hari sudah menjelang malam, senja mulai memudar dan tergantikan oleh cahaya bulan yang amat terang bintang pun bertaburan di atas sana membentuk kerlap kerlip cahaya yang indah. Kaki jenjang Nasha melangkah menuju gedung asramanya, setelah mengikuti PBM Nasha tidak kangsung kembali ke asrama melainkan melamun di taman sampai maghrib. Suasana di lorong sangat sepi apalagi ini sudah malam. Mungkin semua penghuni asrama sedang sibuk belajar karena rata-rata disini semua berambisi ingin di posisi paling atas. Banyak yang bilang tanpa ambisi dan pencapaian yang tinggi disini mereka tidak akan dianggap."hai Nasha?"
Nasha yang sedang mengganti sepatu dengan sandal pinknya pun menoleh. Teman sekamarnya itu ternyata sedang melihatnya daritadi, dengan senyuman yang membuat Nasha merinding.
"heum, lo udah makan?"
"gimana mau makan orang lo belum balik, khawatir tau gue" ucap Valitha yang mendramatis, seakan akan dialah teman paling baik Nasha.
"aelah biasa aja lo mau makan pun gue ga peduli"
"ish elu mah yaudah sono mandi habis itu pergi ambil makan" suruh Valitha pada Nasha yang sudah siap pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang lengket itu.
"gue bisa ambil sendiri, ga perlu lo tungguin"
"cih emang lo berani jam segini kesana sendiri? lo gatau apa tempat makan asrama tu angker" ucap Valitha benar adanya karena dirinya juga pernah bertemu dengan sosok itu.
"gue pernah ikut jurit malam dan lo gausah nungguin gue" ucap Nasha dengan mengarahkan jari telunjuk kanannya ke arah Valitha, ia berharap tidak boleh terlalu dekat dengan Valitha bagaimanapun Valitha adalah orang yang menjerumuskan dirinya ke masalah buku tebal itu.
Tak sesuai yang Nasha harapkan Valitha malah tersenyum sangat manis ke arah Nasha, sampai sampai matanya yang sipit makin menyipit membentuk bulan sabit.
"pokoknya gue mau nungguin lo, penjaga sekolah aja ketakutan apalagi elo"
"ck tempat makan asrama kan luas ga mungkin hantunya se ruangan juga banyaknya, emang lo pernah liat?"
"ituloh yang deket tempat cuci tangan anak kelas Bumantara yang katanya selalu bau wangi walaupun jarang dibersihin, dan gue liat hantunya Nasha, lo jangan belagu deh"
Nasha yang mendengar argumen tentang hantu itu tertarik dan akhirnya duduk di kursi meja belajar miliknya. Valitha yang merasa Nasha tertarik dengan pembahasannya akhirnya melanjutkan ceritanya.
"terus ya katanya si hantunya suka nyanyi suaranya merdu banget gila, tapi gue gatau itu lagu apa bahasanya asing"
"kalo lo percaya gue tetep ga percaya, dahlah gue mau mandi bye" Nasha capek menghadapi tingkah Valitha yang kadang baik, kadang kejam ,dan kadang juga random.
...
Valitha menunggu Nasha mandi dengan goleran di kasur, tanpa sengaja matanya melirik ke arah buku tebal yang ada di atas meja belajar milik Nasha, bibir Valitha tertarik ke samping membentuk sebuah smirk yang mungkin tidak banyak orang yang mengetahuinya.
Tapi soal hantu itu benar, Valitha takut pada hantu di tempat makan asrama itu, ditambah jika dirinya lewat tempat cuci tangan selalu bau wangi yang didapatnya. Opini teman sekelas bahkan dari jurusan lain juga sama mengatakan bahwa disana memang ada hantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA
Подростковая литератураKata-kata sakral yang diterapkan di gedung menjulang tinggi dengan lambang emas berbentuk huruf E ini sangat tak masuk akal, tak sejalan, dan jauh nyatanya dengan apa yang dilihat Akshita Narasha, salah satu siswi cantik di "Baswara High School". Ia...