...
kita bukan robot yang bisa melakukan semua keinginan manusia.
~Mahatma Aswanta Wasesa~
...
"bodoh dasar anak autis""gak guna saya menyekolahkan dirimu disini benar benar bodoh"
Ucapan samar-samar itu terdengar oleh ketiga remaja yang sedang sembunyi di balik ukiran kayu besar pemisah gedung Atom dan Eunoia di sebelah timur, memang bagian sini dekat dengan pintu keluarnya.
Yaa mereka adalah Caka, Valitha, dan Nasha awalnya mereka ingin bertemu ketiga temannya di gedung Atom tapi tanpa sengaja mereka mendengar percakapan seseorang yang mungkin bisa mengundang perasaan kepo mereka.
bugh
Betapa kagetnya mereka saat mereka dapat melihat bahwa itu Mahar teman se perjuangan mereka. Suasana sunyi dan gelap membuat mereka mendengar jelas bunyi kepalan tangan yang mendarat mulus di rahang Mahar. Anehnya Mahar hanya diam. Dan arah matanya pun terlihat menghadap bawah dan tak berani menatap langsung mata orang yang menghajarnya.
Jantung mereka berdetak kian cepat sungguh mereka takut keringat dingin mulai turun perlahan lahan dari kening ke tiga remaja itu.
"a aa yah ma af kan Ma Ma har ayah"
Ucap Mahar disana, walaupun cukup gelap tapi bisa terlihat sedikit bahwa muka Mahar mengeluarkan cairan kental berbau amis itu.
Betapa terkejutnya mereka saat Mahar menyebutnya ayah, dan barusan yang Mahar panggil ayah telah mengolok olok Mahar dengan sebutan autis dan bodoh, padahal sejak Nasha mengenal Mahar dia asik dan tidak sekalipun mengeluh dengan jurusan yang katanya dipilihkan ortunya dan sekarang ortu Mahar sudah di depan mata mengolok olok Mahar dengan kejamnya bahkan rela memukul Mahar.
Sekali lagi ayah Mahar sangat kasar bahkan Mahar diseret kemudian didorong masuk ke dalam tembok pembatas itu. Dan apa ayah Mahar mengeluarkan kunci dan menguncinya.
Siapa ayah Mahar?
Apa kekuatannya disini?
Apa Mahar tau tentang buku tebal?
Pertanyaan-pertanyaan itu terus memenuhi kepala tiga remaja itu, mereka yang terlanjur kepo datang dengan sedikit berlari ke arah Mahar untuk menanyakan bagaimana kondisi Mahar. Langkah Mahar terlihat gontai disertai tangannya yang memegang amplop merah itu.
"Mahar!!" teriak Nasha lantang bermaksud supaya Mahar menghentikan langkahnya.
Yang ketiga remaja itu pikirkan ternyata salah, bahkan kini Mahar tengah tertawa terbahak-bahak memang benar wajahnya penuh lebam, seragamnya lusuh dengan luka seretan di tangannya."plis Mahar lo kenapa?" dengan hati-hati Nasha bertanya pada Mahar.
Kini tatapan Mahar lurus ke arah ketiga remaja itu, menatap tajam seolah siap menerkam mereka bertiga."bukan urusan lo" terdengar dingin ditelinga mereka bertiga.
"lo semua bodoh cuman gue yang pinter lo semua bodoh ngerti gak?!?!" ketiga telinga remaja itu sampai berdengung karena teriakan Mahar.
Sungguh ini sangat diluar ekspektasi mereka, Mahar terlihat mengerikan dan jangan lupakan smirknya yang masih menghiasi wajah tampan dan lebamnya itu.
Ketiga remaja itu terkejut, mereka hanya ingin membantu Mahar tapi Mahar malah berteriak lantang ke arah mereka bertiga. Tatapan mata Mahar tajam dan jangan lupakan smirk yang menghiasi wajah lebamnya. Langkah Mahar menuju ke arah labolatorium.
"ikut gue lo semua" nada bicara Mahar terkesan dingin lain dengan Mahar yang biasanya.
"gak lo mau ngapain kita?" tanya Caka was-was menghadap ke arah Mahar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA
Teen FictionKata-kata sakral yang diterapkan di gedung menjulang tinggi dengan lambang emas berbentuk huruf E ini sangat tak masuk akal, tak sejalan, dan jauh nyatanya dengan apa yang dilihat Akshita Narasha, salah satu siswi cantik di "Baswara High School". Ia...